Pendugaan Emisi Gas CH4 dan N2O dari Padi Sawah Menggunakan Artificial Neural Network (ANN) dan Denitrification- Decomposition (DNDC).
Abstract
Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang terus menerus di atmosfer
menimbulkan pemanasan global yang tak diragukan lagi. Sektor pertanian
merupakan sumber antropogenik utama penghasil CH4 dan N2O. Indonesia sebagai
salah satu Negara penghasil beras terbesar di dunia dengan luas area sawah lebih
dari 8 juta hektar. Observasi langsung emisi GRK dalam jangka waktu panjang
tidaklah mudah dikarenakan perbedaan manajemen lahan, faktor lingkungan,
terbatasnya waktu dan biaya. Oleh karena itu, sangatlah penting penggunaan alat
bantu untuk menduga emisi GRKdari berbagai sistem pengelolaan air tersebut baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Pendugaan emisi GRK dalam jangka
panjang kedepannya akan sangat bermanfaat terhadap strategi mitigasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produksi emisi GRK selama masa
budidaya pada 3 jenis rejim air, menganalis antara fluks gas hasil observasi lapang
dengan simulasi model DNDC dan model ANN, dan menilai kemampuan model
DNDC dan membandingkannya dengan model ANN dalam mengestimasi emisi
GRK dari sawah dengan berbagai rejim air.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Departemen Teknik
Sipil dan Lingkungan IPB untuk penanaman padi. Pengujian emisi GRK dilakukan
di Laboratorium Gas Rumah Kaca Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Jakenan-
Pati, Jawa Tengah. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Pengujian Balai
Penelitian Tanah, Bogor. Penelitian dilaksanakan selama satu musim tanam pada
Januari - Mei 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, pengukuran,
dan hasil uji laboratorium. Data diolah menggunakan MS. Excel 2010, model ANN,
dan model DNDC 95.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi emisi gas CH4 dan N2O
dipengaruhi oleh parameter biofisik lingkungannya dengan nilai R2 sebesar 0.43
untuk CH4 dan 0.36 untuk gas N2O. Produksi emisi gas CH4 tertinggi didapat pada
pengelolaan air rejim tergenang, dan terendah didapat pada pengelolaan air rejim
kering. Sedangkan, produksi emisi gas N2O tertinggi didapat pada pengelolaan air
rejim kering dan terendah pada pengelolaan air rejim tergenang. Pengelolaan air
yang mampu menurunkan produksi gas emisi yang dihasilkan dan tetap
menghasilkan hasil panen tertinggi adalah pengelolaan air rejim basah.
Hasil simulasi model DNDC memperlihatkan bahwa masih terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil observasi dengan hasil simulasi, baik untuk
gas CH4 dan N2O. Model ANN dalam memprediksi emisi sudah cukup baik yang
ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 0.72 untuk gas CH4 dan 0.78 untuk gas N2O.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa model DNDC masih perlu disesuaikan dan
dikembangkan lebih lanjut dengan kondisi lingkungan Indonesia sehingga bisa
memprediksi lebih akurat, sedangkan model ANN bisa digunakan untuk
memprediksi emisi gas rumah kaca dari lahan padi sawah.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2208]