Praktik Politik Identitas dan Pembangunan di Pedesaan (Studi Kasus Tentang Belah Uken dan Toa Dalam masyarakat Gayo Lut).
View/ Open
Date
2018Author
Wantona, Saradi
Kinseng, A Rilus
Sjaf, Sofyan
Metadata
Show full item recordAbstract
Praktik politik identitas yang terdapat pada masyarakat Gayo Lut terjadi
dalam dua bentuk praktik di arena politik lokal. Pertama, kekuatan politik yang
dibangun oleh aktor- aktor politik yang bertarung dalam pemilihan kepala daerah
antara Belah Uken dan Toa dengan melakukan kolaborasi (afiliasi). Kolaborasi ini
adalah bentuk strategi penyatuan untuk mempengaruhi basis massa di akar rumput
saat kontestasi berlangsung. Kedua, praktik politik yang terjadi dengan
membentuk pemisahan (deafiliasi) yang dilakukan oleh aktor Belah Toa. Bentuk
pemisahan ini terjadi akibat aktor politik dari Belah Toa merasa unggul (superior)
atas kelompok lain, dan memiliki (bargaining) politik yang kuat, seperti
dukungan kelompok massa, partai politik dan dana kampanye politik.
Penelitian ini bertujuan; 1) menganalisis bentuk modal-modal yang
digunakan oleh aktor politik yang bertarung pada pilkada tahun 2012; 2)
menganalisis peranan masing habitus aktor dalam kontestasi politik lokal; 3)
menganalisis dampak praktik politik identitas terhadap pembangunan di pedesaan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan case study.
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam
melalui informan kunci yakni, aktor yang bertarung dalam pilkada Aceh Tengah
tahun 2012. Sementara itu, data sekunder diproleh dari literatur sejarah, instansi
pemerintah, yakni Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Aceh Tengah
dan Badan Pusat Statistik. Pemilihan informan kunci dilakukan dengan teknik
purposive sampling dan snowball sampling yang mengetahui kontestasi pemilihan
kepala daerah di tingkat lokal. Dari kriteria tersebut, informan yang diwawancarai
masing-masing 3 aktor kandidat pilkada, 1 ketua partai politik, dan mantan ketua
KIP Aceh Tengah dan 2 tokoh sejarah dari 18 informan kunci. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari hingga April tahun 2018 yang berlokasi di Desa
Bukit dan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, praktik politik identitas dan
pembangunan di pedesaan ditandai dengan empat pokok utama temuan. Pertama,
proses pemilihan kepala daerah di era desentralisasi diakibatkan menguatnya
identitas etnik sebagai alat legitimasi kampanye politik di arena politik lokal.
Kedua, dalam pertarungan politik antar aktor, kekuatan yang dibangun
berdasarkan akumulasi kekuatan modal. Modal itu berupa, politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan simbolik. Dalam kontestasi pilkada Aceh Tengah tahun 2012
modal yang dominan dipertaruhkan aktor adalah modal ekonomi dan modal sosial.
Modal ekonomi, meliputi; aset kekayaan, finansial dan modal sosial meliputi
hubungan aktor antar lembaga-lembaga yang ada di tingkat pedesaan dan
kabupaten.
Lembaga-lembaga itu meliputi, kelompok asosiasi, kontraktor, kelompok
tani, dan kelompok keagamaan. Selain itu pula, proses politik lokal didominasi
oleh kekuatan modal politik, dibangun melalui kekuatan ekonomi yang dimiliki
olek aktor politik ketika bertarung dalam pemilihan kepala daerah. Sementara itu,
kekuatan modal simbolik yang dimainkan aktor melalui sentimen urang-urang
(kesadaran identitas), yakni belah Toa dan belah Uken yang berkembang dalam
masyarakat Gayo Lut. Ketiga, praktik politik berbasis identitas yang
mempopulerkan sentimen urang-urang dalam proses politik lokal adalah bagian
dari habitus aktor yang tumbuh dan berkembang melalui sejarah, budaya, dan
agama. Terdapat perbedaan yang signifikan habitus politik aktor Belah Toa yang
meliputi; pragmatisme, tradisional dan loyalitas. Sedangkan, aktor Beleh Uken
meliputi; realisme, modernisme, dan royal. Habitus politik yang dimiliki oleh
aktor Belah Toa dan Belah Uken mempengaruhi praktik sosial mereka dalam
kontestasi politik.
Praktik kekuasaan yang dibangun atas dasar sentimen urang-urang adalah
akibat praktik politik adu domba yang diciptakan oleh pemerintahan kolonialisme.
Keempat, praktik politik berbasis sentimen Belah untuk memproleh jabatan
politik dan proyek APBD di pemerintahan. Proses politik ini adalah politik
transaksional yang dilakukan oleh aktor politik yang berafliasi melalui tim sukses
politik, donatur politik dan parta politik pengusung kandidat yang bertarung.
Praktik politik yang mengedepan sentimen Belah secara signifikan mempengaruhi
pembangunan di wilayah pedesaan antara Uken dan Toa. Pola praktik politik yang
mengatasnamakan belah Uken dan belah Toa tidak hanya berlangsung antar aktor,
melainkan juga berkembang dan berlangsung di akar rumput (grassroot).
Sentimen Uken-Toa yang berlangsung di tataran elit, yakni mengenai
pembagian jabatan politik dan penentuan proyek pemerintahan. Sedangkan di
wilayah pedesaan praktik politik identitas dilakukan dengan memekarkan desadesa
sebagai objek pembangunan untuk memplot anggaran daerah dan sebagai
strategi untuk mengamankan massa di akar rumput. Jika dilihat dari kemajuan
pembangunan di pedesaan di antara wilayah Uken dan Toa, sebagaimana
kampung Bukit yang merepresentasikan wilayah Uken, perkembangan
pembangunannya cenderung baik. Sedangkan, di Kampung Bebesen yang
mempresentasikan sebagai wilayah Toa hampir sama dengan Kampung Bukit
yang berada dalam tipologi desa berkembang.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]