Keragaman Genetik dan Ketahanan terhadap Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp cepae) Bawang Merah (Allium cepa L. var. aggregatum) Indonesia
Abstract
Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum) merupakan komoditas
strategis yang bernilai ekonomi tinggi. Bawang merah memiliki fungsi penting
bagi masyarakat Indonesia karena sebagai komponen utama hampir semua bumbu
masakan, sehingga selalu dibutuhkan baik oleh kalangan rumah tangga maupun
industri masakan. Komoditas bawang merah juga memiliki nilai ekspor yang
cukup tinggi sehingga berperan dalam peningkatan ekonomi nasional. Oleh sebab
itu, untuk memenuhi permintaan konsumen baik dalam maupun luar negeri, maka
peningkatan produksi harus terus dilakukan, salah satunya dengan perakitan
varietas unggul berproduktivitas tinggi. Penyakit layu fusarium yang disebabkan
oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp cepae merupakan salah satu penyakit
penting yang mempengaruhi produksi bawang merah, sehingga penting untuk
menyertakan karakter ketahanan terhadap penyakit layu fusarium dalam perakitan
varietas unggul bawang merah.
Pengumpulan plasma nutfah dari berbagai wilayah di Indonesia, telah
dilakukan oleh Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB sebagai langkah
awal dalam pemuliaan tanaman bawang merah. Plasma nutfah yang terkumpul
sebanyak 19 genotipe diantaranya genotipe Batu Ijo, Bauji, Bentanis, Bima
Brebes, Bima Curut, Biru Lancor, Katumi, Kramat 1, Lembah Palu, Maja
Cipanas, Manjung, Mentes, Palasa, Pancasona, Pikatan, Rubaru, Super Philip,
Tajuk, and Trisula. Tahapan kedua dalam pemuliaan tanaman adalah identifikasi
keragaman genetik dan karakter-karakter yang diinginkan dalam plasma nutfah
yang berhasil terkumpul. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi
keragaman genetik berdasarkan marka morfologi dan molekuler, dan ketahanan
terhadap penyakit layu fusarium dari 19 genotipe bawang merah.
Hasil analisis marka morfologi menunjukkan terdapat keragaman pada 19
genotipe bawang merah. Keragaman tersebut terlihat pada fenotipe tanaman
diantaranya pada karakter jumlah daun, panjang daun, intensitas warna hijau
daun, diameter daun, bentuk umbi secara membujur, warna dasar kulit luar umbi
kering, intensitas warna dasar kulit umbi kering, ukuran umbi, tinggi umbi,
diameter umbi, rasio tinggi/diameter umbi, posisi diameter terluas umbi, lebar
leher umbi, bentuk ujung batang, dan bentuk ujung akar. Keragaman juga terlihat
pada hasil dendrogram yaitu terpisahnya genotipe kedalam empat kelompok pada
koefisien ketidakmiripan 0.38. Kelompok 1 terdiri dari genotipe Batu Ijo;
Kelompok II terdiri dari genotipe Bentanis; kelompok III terdiri dari genotipe
Bauji, Manjung, Mentes, Katumi, Kramat 1, Maja Cipanas, Bima Curut, Super
Philip, Pikatan, Bima Brebes, Tajuk, Trisula, Pancasona, dan Biru Lancor;
kelompok IV terdiri dari genotipe Lembah Palu, Palasa, dan Rubaru. Karakterkarakter
penting dalam pengamatan morfologi bawang merah, berdasarkan PC1,
PC2, dan PC3 dalam analisis komponen utama adalah ukuran umbi, tinggi umbi,
diameter umbi, lebar leher umbi, bentuk ujung akar, panjang daun, intensitas
warna hijau daun, diameter daun, jumlah daun, bentuk umbi, rasio
panjang/diameter umbi, intensitas warna umbi, dan jumlah daun.
Hasil analisis marka molekuler juga menunjukkan adanya keragaman yang
terlihat pada hasil pita polimorfik sebesar 92.11% dari total pita yang dihasilkan
dan terpisahnya genotipe kedalam lima kelompok pada koefisien ketidakmiripan
0.38. Kelompok I terdiri dari genotipe Bima Brebes dan Manjung; kelompok II
terdiri dari genotipe Mentes, Pancasona, Kramat 1, Katumi, Maja Cipanas,
Pikatan, Super Philip, dan Biru Lancor; kelompok III terdiri genotipe Tajuk,
Bauji, dan Trisula; kelompok IV terdiri dari genotipe Bentanis, Batu Ijo, dan
Bima Curut. Kelompok V terdiri dari genotipe Lembah Palu, Palasa, dan Rubaru.
Hasil analisis ketahanan terhadap penyakit layu fusarium menunjukkan
adanya keragaman tingkat ketahanan terhadap penyakit layu fusarium pada 19
genotipe bawang merah yang diuji. Keragaman tingkat ketahanan tersebut
meliputi rentan, agak rentan, dan tahan. Genotipe Bima Brebes, Bima Curut,
Bauji, Bentanis, Pancasona, Manjung, Mentes, Kramat 1, Maja Cipanas, dan
Super Philip tergolong kedalam genotipe rentan. Genotipe Lembah Palu, Pikatan,
Palasa, Trisula, Katumi, Tajuk, dan Biru Lancor tergolong kedalam genotipe agak
rentan. Genotipe Batu Ijo dan Rubaru merupakan genotipe yang tergolong tahan.
Collections
- MT - Agriculture [3778]