Karakteristik Erapan Fosfor Tanah Sawah di Jawa Barat pada Ketinggian 0–100 Meter di Atas Permukaan Laut
Abstract
Pembentukan, perkembangan, dan pelapukan tanah dipengaruhi oleh
faktor-faktor bahan induk, organisme, topografi, iklim, dan waktu. Topografi
terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relatif
(elevasi). Lahan sawah merupakan suatu tipe penggunaan lahan yang
pengelolaannya memerlukan genangan air. Proses penggenangan dan
pengeringan menyebabkan perubahan sifat kimia tanah sawah yang dapat
mempengaruhi ketersediaan fosfor bagi tanaman. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik erapan fosfor pada tanah sawah di Jawa
Barat pada ketinggian 0 – 100 meter di atas permukaan laut. Analisis erapan
fosfor dilakukan dengan metode Fox dan Kamprath (1970). Data erapan P
diperoleh dengan menjenuhkan tanah dengan 30 mL larutan 0.002 mol L-1CaCl2
yang mengandung larutan seri P dengan berbagai konsentrasi (0-240 mg/L)
dalam bentuk KH2PO4 selama enam hari pada suhu kamar yang kemudian
ditetapkan dengan menggunakan UV-VIS Spectrophotometer dengan panjang
gelombang 660 nm, kemudian dianalisis dengan menggunakan persamaan
Langmuir. Tanah yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 24 contoh tanah
yang diambil pada 24 lokasi di Jawa Barat. Lokasi pengambilan contoh tanah
berasal dari 9 Kabupaten di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Subang, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Cianjur,
Kabupaten Karawang, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Garut, dan
Kabupaten Bekasi. Hasil menunjukkan bahwa tanah sawah pada ketinggian 0 –
100 m dpl di Jawa Barat memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Contoh
tanah sawah pada penelitian ini memiliki pH yang tergolong sangat masam
hingga agak masam. Tekstur dari contoh tanah sawah ini adalah pasir
berlempung hingga klei. Pada tapak pertama erapan P pada tanah sawah dengan
ketinngian 0 – 100 m dpl memiliki nilai yang berkisar antara 158,73 mg kg-1
hingga 1428,57 mg kg-1 dan energi ikatan berkisar 0.01 L mg-1 hingga 15,67 L
mg-1, sedangkan pada tapak kedua erapan P memiliki nilai yang berkisar antara
238,10 mg kg-1 hingga 3333,33 mg kg-1 dan energi ikatan berkisar 0.01 L mg-1
hingga 0.32 L mg-1. Nilai koefisien determinasi (R2) antara 0.90 hingga 0.98 hal
tersebut memiliki arti bahwa data dapat digambarkan dengan baik oleh
persamaan Langmuir.