Hubungan Kualitas Air dengan Penyakit yang diderita Masyarakat di Pulau Galang Kepri
Abstract
Pulau Galang terletak di bagian selatan Pulau Batam dengan jumlah
penduduk 1685 jiwa, 475 kepala keluarga terdiri dari 880 laki laki dan 776
perempuan dengan mata pencaharian sebahagian besar nelayan dan kebun. Air
bersih yang digunakan masyarakat setempat adalah dari air hujan dan air sumur
dangkal dengan sumber utama mata air. Air minum berasal dari depot air minum
dengan jarak tempuh sekitar 15 km sampai 40 km. Selain dari depot air minum.
Hasil wawancara 170 responden dengan dua kategori pelajar SMA sebanyak 70
responden dan masyarakat di Sijantung, Dapur Tiga (Kampung Air Naga)
sebanyak 100 responden, didapatkan data yang relevan dengan kualitas air bersih
dan air minum serta beberapa jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat.
Lingkungan masih alami, tetapi penyakit berhubungan dengan air terus
berkembang. Survei menunjukkan tingkat persediaan air bersih dan air minum
yang tidak layak sehingga kejadian penyakit diare, sakit perut dan mual, diare dan
sakit kepala, diare, demam dan batuk filek, diare dan pusing, keram otot, migraine,
sakit mata, sakit kepala, kejang otot yang diderita oleh masyarakat. Penelitian
dilakukan pada bulan September-Oktober 2017 di Pulau Galang dengan 7 lokasi
yaitu Sijantung, Pustu Sijantung, Vietnam Camp, Dapur Tiga (Kampung Air
Naga), Simpang Dapur Tiga, Pantai Melur, Pantai Mirotha. Data kualitas air
bersih dan air minum parameter biologi (total coliform dan E.coli) dilakukan
analisa odds rasio membandingkan hasil wawancara dan kejadian penyakit diare
yang diderita masyarakat. Data kualitas air minum parameter kimia yang bersifat
karsinogenik dan nonkarsinogenik berpotensi menyebabkan kanker yaitu chrom
valensi (VI) (Cr6+), fluoride (F), mangan (Mn), nitrat sebagai NO3, sulfat (H2SO4)
dilakukan analisis metode ARKL (Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan) waktu
real time, 10 tahun, 20 tahun dan 30 tahun.
Dari 170 responden hanya 25.29% yang tidak mengalami diare dan
keseluruhan yang menggunakan air bersih atau yang menkonsumsi air minum
baik memenuhi syarat atau tidak, sebanyak 74.71% mengalami diare. Hasil
analisis risiko kesehatan lingkungan mengenai kualitas air minum dapat
dinyatakan bahwa parameter zat pencemar berupa fluorida pada konsentrasi
minimal dan rata-rata dinyatakan tidak beresiko. Tetapi pada konsentrasi
maksimal dinyatakan beresiko terhadap kesehatan. Serta zat pencemar sulfat
pada semua tingkat konsentrasi baik yang tidak menyebabkan kanker bersifat
nonkarsinogenik apabila periode waktu rata-rata terpajan setiap hari selama 30
tahun maupun yang menyebabkan kanker bersifat karsinogenik apabila terpajan
periode waktu rata rata setiap hari selama 70 tahun serta nitrat bersifat
karsinogenik semua tingkat konsentrasi berbahaya terhadap responden dan
menyebabkan gangguan kesehatan serta kejadian kanker.