Pola Pergerakan Tikus Sawah (Rattus argentiventer) di Ekosistem Sawah Irigasi dan Kelemahan Utama dalam Tindakan Pengendaliannya.
View/ Open
Date
2018Author
Siregar, Hamdan Maruli
Priyambodo, Swastiko
Hindayana, Dadan
Metadata
Show full item recordAbstract
Tikus sawah merupakan salah satu hama utama tanaman padi yang menjadi
kendala dalam peningkatan produktivitas padi nasional. Sebagai hama yang
bersifat multisektoral, tikus sawah memiliki mobilitas yang tinggi dalam
melakukan aktivitasnya dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap setiap
perubahan kondisi lingkungan. Distribusi kerusakan akibat serangan tikus sawah
dapat terjadi pada setiap musim tanam (hujan dan kemarau) di semua stadia
pertumbuhan tanaman padi. Oleh karena itu, pemahaman mengenai bioekologi
tikus sawah merupakan pengetahuan dasar yang harus dimiliki dalam melakukan
tindakan pengendalian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pola
pergerakan tikus sawah berdasarkan stadia pertumbuhan tanaman padi, serta
menguji dan mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam
pengendalian tikus sawah.
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi (KP BB Padi), Sukamandi, Subang dan lahan pertanaman padi milik petani
di Desa Wirakanan, Indramayu. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah
pemerangkapan tikus sawah dengan menggunakan linear trap barrier system
(LTBS) dan survei petani. Pemasangan LTBS dilakukan di 2 jenis habitat, yaitu
tepi kampung dan tanggul irigasi dengan 3 unit LTBS untuk setiap habitat. LTBS
dipasang selama 1 musim taman dengan 3 periode pemasangan, yaitu stadia
vegetatif, awal generatif, dan akhir generatif. Pada setiap periode pemasangan,
LTBS dipasang selama 25 hari dan dipindah sejauh 200 m dari posisi awal
pemasangan. Pengamatan LTBS dilakukan setiap hari pada setiap periode
pemasangan. Variabel yang diamati adalah komposisi tangkapan, jumlah
tangkapan, arah tangkapan, nisbah kelamin tangkapan, dan kerusakan tanaman
padi akibat serangan tikus sawah. Metode yang digunakan dalam pengamatan
kerusakan tanaman padi adalah double diagonal dengan 50 sampel rumpun padi
untuk setiap petak pengamatan. Pengambilan sampel dilakukan pada setiap
periode pemasangan LTBS yang meliputi stadia anakan maksimum, bunting, dan
pematangan. Sementara itu, survei petani dilakukan melalui wawancara langsung
terhadap petani padi yang ada di sekitar lokasi pemasangan LTBS. Jumlah petani
responden yang dipilih adalah 20 orang untuk setiap lokasi. Data yang
dikumpulkan meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam melakukan
pengendalian tikus sawah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasangan LTBS berdasarkan stadia
pertumbuhan tanaman padi berpengaruh terhadap rata-rata jumlah tangkapan tikus
sawah. Stadia awal generatif merupakan periode pemerangkapan dengan rata-rata
jumlah tangkapan tertinggi. Sebaliknya, pada stadia vegetatif dan akhir generatif
rata-rata jumlah tangkapan relatif sama rendahnya. Meskipun demikian, stadia
pertumbuhan tanaman padi tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap aktivitas
pergerakan tikus di pertanaman padi. Tikus selalu bergerak aktif (keluar-masuk)
pada setiap stadia pertumbuhan dan tidak tinggal menetap di dalam pertanaman
padi. Begitu pula dengan nisbah kelamin tikus yang menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pergerakan tikus jantan dan betina pada
setiap stadia pertumbuhan tanaman padi.
Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat keberhasilan pengendalian
tikus sawah adalah rendahnya tingkat pengetahuan petani mengenai strategi
pengendalian tikus sawah. Petani cenderung melakukan tindakan pengendalian
dengan cara yang dianggap lebih praktis dan ekonomis, sehingga tindakan
pengendalian yang dilakukan seringkali tidak tepat. Beberapa kelemahan utama
petani dalam pengendalian tikus sawah, yaitu pengamatan yang lemah,
pengendalian yang bersifat individual, dan ketidaktepatan dalam menentukan
waktu pengendalian, sasaran pengendalian, dan teknik pengendalian.
Collections
- MT - Agriculture [3683]