Kinerja Rantai Pasok Sayuran Organik di PT. Simply Fresh Organic Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur
Abstract
PT Simply Fresh Organic (PT SFO) selalu berusaha mengutamakan
pemenuhan kebutuhan retail, namun permasalahannya banyak pasokan petani yang
tidak sesuai dengan standar sehingga tidak bisa dikirim ke retail. Ketidaksesuaian
produk dengan standar yang sulit diprediksi menyebabkan perusahaan susah untuk
melakukan peramalan permintaan dan melakukan order untuk persediaan.
Sementara itu, kesalahan dalam peramalan dapat menyebabkan ketidaksesuaian
jumlah produk yang tersedia di PT SFO dengan kebutuhan retail. Biasanya untuk
mengantisipasi produk yang tidak sesuai dengan standar dan permintaan yang tidak
terduga, setiap lembaga rantai pasok menambah jumlah permintaan pesanan yang
diterima dari lembaga rantai pasok berikutnya. Padahal kelebihan permintaan di
setiap lembaga rantai pasok dapat menyebabkan bullwhip effect. Bullwhip effect
merupakan salah satu sumber kendala yang menciptakan supply chain tidak efisien.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis gambaran umum rantai pasok
sayuran organik di PT SFO; (2) Menganalisis bullwhip effect rantai pasok sayuran
organik di PT SFO; (3) Menganalisis kinerja rantai pasok sayuran organik di PT
SFO; dan (4) Menganalisis efisiensi rantai pasok sayuran organik di PT SFO.
Penelitian dilaksanakan di PT SFO, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, yang
dipilih secara purposive sampling dengan pendekatan studi kasus. Sampel pada
penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, yang terdiri dari satu
perusahaan, yaitu PT SFO, 16 petani mitra selaku pemasok sayur di perusahaan,
dan 4 retail mitra sebagai konsumen perusahaan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data diolah dengan
menggunakan empat metode analisis. Analisis pertama merupakan analisis
deskripsi rantai pasok sayuran organik dengan menggunakan metode Food Supply
Chain Networks (FSCN). Analisis kedua yaitu untuk melihat fenomena bullwhip
effect dengan menggunakan perbandingan antara koefisien variansi pesanan yang
diciptakan dan koefisien variansi permintaan yang diterima oleh lembaga rantai
pasok. Analisis ketiga berupa kinerja rantai pasok sayuran organik yang akan
diukur dengan membandingkan nilai kinerja eksternal dan internal pada petani
mitra dan perusahaan dengan nilai superior pada foodSCORcard. Kinerja eksternal
terdiri dari atribut reliability, fleksibility, dan responsiveness yang mencakup enam
indikator yaitu kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, kesesuaian dengan standar,
reliabilitas, lead time pemenuhan pesanan dan siklus pemenuhan pesanan.
Sedangkan kinerja internal terdiri dari atribut asset dan cost yang mencakup
indikator cash to cash cycle time, persediaan harian, dan total supply chain
management cost. Ke empat, efisiensi kinerja rantai pasok sayuran organik
dianalisis menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan asumsi
Variable Return to Scale (VRS).
Berdasarkan pendekatan FSCN diketahui bahwa gambaran umum rantai
pasok sayuran organik di PT SFO sudah berjalan dengan baik namun masih perlu
ditingkatkan pada beberapa aspek. Koordinasi dan komunikasi antar lembaga rantai
pasok sudah terjalin kuat untuk sama-sama mencapai kesejahteraan. Di bagian hilir,
PT SFO selalu menjaga dan memperluas pasar di area Jabodetabek sementara itu di
bagian hulu, petani senantiasa memperbaiki kualitas dan meningkatkan kuantitas
pasokan. Penguatan manajemen rantai pasok juga dilakukan perusahaan melalui
pendampingan ke petani dan evaluasi kerjasama dengan retail mitra. Baik anggota
primer maupun anggota pendukung rantai pasok selalu berkoordinasi dalam
menjalankan peran dan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan rantai
pasok. Pola aliran barang dan informasi secara umum sudah baik, namun aliran
keuangan sedikit terhambat karena sebagian retail tidak memberikan pembayaran
produk dengan tepat waktu. Menurut proses bisnis rantai pasok, PT SFO
menjalankan tiga proses bisnis yaitu procurement, replenishment, dan customer
order. Salah satu kendala pengembangan rantai pasok sayuran organik adalah
penerapan teknologi yang belum optimal.
Analisis bullwhip effect dilakukan untuk mengetahui variabilitas permintaan
sayuran organik di setiap lembaga rantai pasok. Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa nilai bullwhip effect di PT SFO 1.3926, lebih besar daripada nilai bullwhip
effect di retail yaitu 0.8228. Artinya PT SFO mengalami bullwhip effect sedangkan
retail tidak atau permintaan di retail cenderung tetap. Menurut pengukuran bullwhip
effect berdasarkan agregat produk di PT SFO, terdapat empat komoditas yang
mengalami bullwhip effect, antara lain: bayam hijau, brokoli, horenso, dan wortel
super. Sementara wortel baby merupakan satu-satunya komoditas di PT SFO yang
tidak mengalami bullwhip effect. Bullwhip effect pada sayuran organik di PT SFO
terjadi karena error forcasting dan rationing and shortage gaming.
Hasil pengukuran kinerja rata-rata petani mitra menunjukkan bahwa terdapat
empat indikator kinerja yang memerlukan perbaikan untuk mencapai posisi kinerja
terbaik, antara lain: kinerja pengiriman (94.80 persen), kesesuaian dengan standar
(88.36 persen), persediaan harian (0.31 persen), dan total supply chain management
cost (10.00 persen). Sementara itu ditingkat perusahaan, indikator kinerja yang
membutuhkan perbaikan antara lain: pemenuhan pesanan (80.00 persen),
kesesuaian dengan standar (86.00 persen), dan total supply chain management cost
(31.75 persen). Berdasarkan pengukuran efisiensi kinerja rantai pasok, terdapat
delapan petani brokoli mitra (66.67 persen) yang sudah efisien secara teknis karena
memiliki nilai efisiensi kinerja sama dengan 1.00.
Upaya perbaikan kinerja rantai pasok dapat dimulai dengan optimalisasi pola
aliran informasi melalui peningkatan intensitas sharing information antar anggota
rantai pasok. Sementara itu, pencegahan bullwhip effect dapat dilakukan perusahaan
melalui perbaikan penyimpanan data dengan sistem komputerisasi untuk menjamin
akurasi data peramalan permintaan. Upaya untuk meningkatkan kinerja dan
efisiensi rantai pasok dapat difasilitasi PT SFO melalui pelatihan pascapanen secara
rutin kepada petani mitra, supaya kualitas produk yang dikirim sesuai dengan
standar retail. Di samping itu, baik petani maupun perusahaan harus berusaha untuk
meminimalisir jumlah sayur tolakan.
Collections
- MT - Economic and Management [2971]