Peningkatan Daya Tahan Anak Domba terhadap Infeksi Haemonchus contortus melalui Perbaikan Lingkungan Mikrouterus Induk
View/ Open
Date
2018Author
Arif, Ridi
Manalu, Wasmen
Boediono, Arief
Winarto, Adi
Satrija, Fadjar
Metadata
Show full item recordAbstract
Infeksi cacing Haemonchus contortus pada domba merupakan permasalahan
penting karena menimbulkan kerugian besar yang tidak terlihat sehingga perlu
dicari solusinya. Menghasilkan anak domba dengan tingkat ketahanan tinggi
terhadap H. contortus merupakan salah satu solusi yang dapat ditempuh.
Perbaikan pertumbuhan selama perkembangan intrauterus sangat potensial untuk
dapat menghasilkan generasi yang memiliki ketahanan tinggi terhadap H.
contortus. Pertumbuhan fetus yang baik selama perkembangan intrauterus akan
mendukung terbentuknya jaringan, organ, dan sistem organ yang berfungsi
optimal, termasuk peningkatan kualitas sistem imunitas. Aktivitas pertumbuhan
secara dominan diatur oleh sistem pengaturan hormonal. Hormon-hormon kunci
kebuntingan dapat ditingkatkan sekresinya dengan melakukan stimulasi ovarium
calon induk sebelum perkawinan. Hasil stimulasi ovarium sebelum perkawinan
adalah sekresi hormon kunci kebuntingan yang meningkat sehingga didapatkan
pertumbuhan dan perkembangan uterus serta fetus yang lebih baik.
Penelitian ini terdiri atas penelitian pada induk domba dari sebelum bunting
sampai melahirkan dan penelitian pada anak domba yang dilahirkan dari induk
tersebut. Penelitian pada induk merupakan pengamatan terhadap karakter
morfometrik dan histometrik uterus pada usia kebuntingan 7 dan 15 minggu.
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal betina
sebanyak 36 ekor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap. Domba percobaan dibagi ke dalam dua perlakuan dengan 6 ulangan.
Kelompok pertama adalah kelompok domba yang tidak distimulasi ovariumnya
sebelum kawin (NSO) dan kedua adalah kelompok domba yang sebelum kawin
distimulasi ovariumnya (disuntik PMSG dosis 7.5 IU/kgBB). Pada umur
kebuntingan 7 minggu dan 15 minggu, domba percobaan dikorbankan untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan uterus dan fetus yang ada di dalamnya.
Pengamatan sampel uterus terdiri atas variabel makro dan mikrouterus.
Selanjutnya, sisa domba percobaan pada masing-masing kelompok dibiarkan
melahirkan secara normal. Setiap anak domba yang lahir diamati kondisinya saat
neonatus dan usia prasapih (1 dan 3 bulan). Anak domba tersebut dipelihara sampai
dengan usia lepas sapih. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan
acak lengkap untuk anak domba yang baru lahir sampai dengan usia 3 bulan
sedangkan untuk periode lepas sapih menggunakan rancangan pola faktorial 2 X 2.
Rancangan acak lengkap biasa terdiri atas dua kelompok yaitu anak domba hasil
induk yang tidak distimulasi ovariumnya sebelum kawin dan anak domba hasil dari
induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin. Pada rancangan acak lengkap
pola faktorial 2 X 2, faktor pertama adalah perlakuan stimulasi ovarium pada induk
dan faktor kedua adalah pemberian infeksi larva L3 H. contortus pada anak domba.
Faktor pertama terdiri atas 2 level yaitu induk yang tidak distimulasi ovariumnya
sebelum kawin (NSO) dan yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin (SO).
Faktor kedua terdiri atas 2 level yaitu kelompok anak domba yang tidak diinfeksi
dan yang diinfeksi larva L3.
Variabel yang diamati pada usia anak 1-3 bulan antara lain jumlah anak, bobot
anak, dan ukuran panjang tubuhnya serta diamati gambaran sel darah merah dan
putihnya. Pada anak domba lepas sapih, diamati pertambahan bobot badannya dari
sebelum diinfeksi sampai dengan dua setengah bulan setelah diinfeksi, jumlah telur
tiap gram tinja (TTGT), jumlah, panjang, dan fekunditas cacing H. contortus betina
pada abomasum anak domba yang diinfeksi.
Uterus induk yang ovariumnya distimulasi sebelum kawin memiliki karakter
makro yang meningkat dibandingkan dengan induk yang tidak distimulasi
ovariumnya baik pada usia kebuntingan 7 maupun 15 minggu. Karakter mikrouterus
induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin yang memiliki nilai lebih tinggi
dibanding induk yang tidak distimulasi ovariumnya baik pada 7 maupun 15 minggu
antara lain ketebalan dinding uterus, jumlah kelenjar uterus, dan jumlah pembuluh
darah. Pengamatan pada sel kelenjar uterus menunjukkan bahwa hanya luas lumen
kelenjar uterus dan nilai rasio luas inti sel kelenjar terhadap luas area sitoplasma pada
usia kebuntingan 15 minggu yang berbeda secara signifikan sedangkan luas kelenjar
uterus, luas inti sel, dan luas sitoplasma kelenjar tidak berbeda. Peningkatan karakter
makro dan mikro uterus tersebut juga diikuti dengan peningkatan morfometrik fetus
yang dikandung. Bobot neonatus yang dihasilkan induk yang distimulasi ovariumnya
sebelum kawin meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan neonatus yang lahir
dari induk yang tidak distimulasi ovariumnya sebelum kawin. Gambaran darah
neonatus sampai dengan usia 3 bulan tidak berbeda nyata namun anak dari induk
yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin cenderung memiliki kondisi yang lebih
baik yang terlihat dari gambaran sel darah merah, hemoglobin, sel darah putih, dan
trombositnya. Pada anak domba yang tidak diinfeksi, anak hasil induk yang
distimulasi ovariumnya sebelum kawin memiliki percepatan pertumbuhan yang jauh
lebih baik dibandingkan anak yang lahir dari induk biasa. Pada anak domba yang
diinfeksi, anak hasil induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin tetap mampu
memiliki kenaikan bobot badan sedangkan anak yang lahir dari induk biasa
cenderung mengalami penurunan bobot badan. Anak domba hasil induk yang
distimulasi ovariumnya sebelum kawin memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap
infeksi H. contortus yang terlihat dari rendahnya nilai TTGT (telur tiap gram tinja),
peningkatan bobot yang stabil pascainfeksi, dan rendahnya fekunditas cacing H.
contortus betina di dalam abomasum.
Faktor infeksi secara signifikan memberikan pengaruh pada penurunan bobot
badan dan faktor stimulasi ovarium pada induk secara signifikan memberikan
pengaruh peningkatan bobot anak yang dihasilkan namun kedua faktor tersebut tidak
menunjukkan adanya interaksi. Faktor stimulasi ovarium pada induk sebelum kawin
memberikan pengaruh lebih kuat dalam meningkatkan bobot anak yang dihasilkan
sehingga mampu menutup pengaruh penurunan bobot badan oleh faktor infeksi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbaikan lingkungan mikrouterus induk
selama kebuntingan melalui stimulasi ovarium terbukti mampu meningkatkan daya
tahan anak domba yang dihasilkan terhadap infeksi H. contortus.
Collections
- DT - Veterinary Science [287]