Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Aksesibilitas Kredit Ketahanan Pangan dan Energi dan Dampaknya terhadap Kinerja Usahatani Padi di Kabupaten Kendal Jawa Tengah
View/ Open
Date
2018Author
Widhiyanto, Iman
Nuryartono, Nunung
Harianto
Siregar, Hermanto
Metadata
Show full item recordAbstract
Usahatani kecil selalu identik dengan kekurangan modal. Mereka sangat
membutuhkan pinjaman untuk modal pengadaan input dan pembelian peralatan
pertanian yang lebih modern. Aksesibilitas kredit khususnya kredit mikro di
daerah perdesaan masih sangat rendah dan terbatas yang disebabkan oleh
persyaratan ketat, ketiadaan agunan, tingkat bunga tinggi, tingkat pendapatan
rendah, tata operasional bank rumit, kurangnya edukasi keuangan dan perbankan,
biaya administrasi bank tinggi, serta jauhnya lokasi bank dari tempat tinggal
mereka.
Faktor lainnya yang menyebabkan sulit diaksesnya permodalan adalah
rendahnya tingkat literasi keuangan. Cole et al. (2010) menyatakan bahwa
rendahnya literasi keuangan dipercaya sebagai salah satu penghambat aksesibilitas
kredit di Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK 2014) menyatakan
bahwa pengetahuan dan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap lembaga,
produk, dan atau layanan jasa keuangan masih rendah dan tidak merata pada
setiap sektor jasa keuangan, sehingga berpengaruh terhadap rendahnya
pemanfaatan produk dan atau layanan jasa keuangan.
Pemerintah menggulirkan subsidi bunga Kredit Ketahanan Pangan dan
Energi (KKP-E) untuk mengatasi kendala permodalan bagi usahatani kecil sejak
tahun 2008. Sasaran utama penerima KKP-E adalah usahatani kecil yang
membudidayakan tanaman pangan, tanaman hortikultura, dan peternakan.
Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada usahatani padi. Pemerintah
bekerjasama dengan Bank Pelaksana menyalurkan KKP-E kepada usahatani padi
yang memenuhi syarat. Penyerapan KKP-E selama kurun waktu 2008-2014 masih
sangat rendah, plafon yang disediakan hanya mampu terserap rata-rata 32 persen.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan
Kabupaten Kendal didasari pada pemikiran bahwa (1) aksesibilitas KKP-E di
Kabupaten Kendal masih rendah, (2) produktivitas padi di Kabupaten Kendal di
bawah produktivitas padi Provinsi Jawa Tengah dan kabupaten/kota sekitarnya
yang memiliki kondisi geografis identik. Penelitian dilakukan pada April s.d. Juli
2017.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis penyediaan plafon KKP-E
dan pembayaran subsidi bunga KKP-E, (2) mengevaluasi literasi keuangan petani
dan menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhinya, (3) menganalisis
pengaruh literasi keuangan dan variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi
aksesibilitas KKP-E, dan (4) menganalisis dampak KKP-E terhadap kinerja
usahatani padi.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian pertama adalah
analisis diskriptif, tujuan kedua menggunakan regresi linear berganda dan regesi
tobit, tujuan ketiga menggunakan regresi logistic dan tujuan keempat
menggunakan regresi probit/logit dengan pendekatan propensity score matching
(PSM). Jenis data yang digunakan adalah kerat lintang (cross section). Data
primer diperoleh dari kuesioner dan wawancara langsung dengan responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PKP belum dipatuhi dan dilaksanakan
dengan baik khusunya dalam mengalokasikan plafon KKP-E. Pembayaran subsidi
bunga KKP-E mengalami keterlambatan yang disebabkan oleh terlambatnya
tagihan, lamanya waktu verifikasi tagihan, dan alokasi anggaran tidak cukup
tersedia.
Rata-rata indeks nilai literasi keuangan responden berada pada tingkat
sedang, sementara financial behavior masih menunjukkan tingkat yang rendah.
Variabel-variabel yang secara nyata dan signifikan mempengaruhi literasi
keuangan adalah umur, durasi pendidikan, total penerimaan setahun, kepemilikan
rekening, partisipasi dalam edukasi keuangan, zona agroekologi usahatani di
dataran rendah.
Penyaluran KKP-E masih belum sesuai harapan. Jangkauannya di bawah 10
persen, jumlah pinjaman belum menutupi kebutuhan, pinjaman tidak digunakan
sepenuhnya sesuai peruntukannya, pencairan tidak tepat waktu, dan penyaluran
masih jauh dibawah plafon. Penyebab KKP-E tidak diakses oleh usahatani (1)
tidak mengetahui adanya KKP-E, (2) tidak membutuhkan pinjaman, (3) tidak
memiliki agunan, (4) pinjam ke bank adalah riba, (5) pinjaman ditolak, (6) takut
pinjam ke bank, (7) kelompok tani tidak aktif. Variabel-variabel yang secara
nyata, dan signifikan mempengaruhi aksesibilitas KKP-E meliputi luas lahan
garapan, agunan, indeks literasi keuangan, status badan hukum kelompok tani,
pengalaman mengakses kredit di masa lalu, dan besarnya nilai pinjaman,
keaktifan kelompok tani, zona agroekologi dataran tinggi, penerimaan usahatani
dan tingkat suku bunga. Literasi keuangan secara positif, nyata, dan signifikan
mempengaruhi aksesibilitas KKP-E.
Subsidi bunga KKP-E berdampak positif terhadap kinerja usahatani padi
yaitu meningkatkan pengguaan pupuk 7.43 persen per hektar, penggunaan
pestisida 15.01 persen per hektar, penggunaan tenaga kerja dari luar rumah tangga
14.88 persen per hektar, produksi 3.33 persen per hektar, dan laba usahatani 9.46
persen per hektar. Usahatani penerima KKP-E menyatakan bahwa program
subsidi bunga perlu untuk dilanjutkan.
Implikasi kebijakan yang dapat diambil (1) penganggaran subsidi bunga
agar mencantumkan output dan outcome yang jelas dan terukur sesuai dengan
aspek penganggaran berbasis kinerja, (2) dibuat aplikasi pengajuan tagihan
pembayaran dan aplikasi verifikasi tagihannya, (3) edukasi keuangan harus terus
digalakkan dengan memasukkannya ke dalam silabus mata pelajaran di sekolah,
(4) pelatihan-pelatihan, sosialisasi, workshop, dan promosi edukasi keuangan
harus terus dilakukan dengan melibatkan peran serta perbankan, pemerintah dan
unsur terkait lainnya, (5) pemantapan dan pembinaan kelompok tani harus
dilakukan secara konsisten dan terus menerus oleh instansi terkait, (6)
kemudahan-kemudahan mengakses kredit melalui kelompok tani harus
dipertahankan dan dibawa ke dalam skim subsidi bunga kredit yang baru yaitu
KUR Sektor Pertanian, dan (7) Pemerintah perlu menyederhanakan birokrasi,
serta canel-canel penyaluran kredit bersubsidi agar terus ditambah.