Tingkat Ketahanan Pangan dan Gizi di Berbagai Provinsi di Indonesia Berdasarkan Indikator Output dan Outcome
View/ Open
Date
2018Author
Vidyarini, Andra
Martianto, Drajat
Syarief, Hidayat
Metadata
Show full item recordAbstract
Evaluasi tingkat ketahanan pangan dan gizi dapat dilakukan melalui input,
proses, output hingga outcome. Pengukuran tingkat ketahanan pangan dan gizi
melalui indikator output dan outcome untuk melihat hasil suatu program jangka
pendek maupun jangka panjang serta mengevaluasi perubahan kebijaksanaan atau
program dalam mencapai target di masa depan (outcome). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengevaluasi tingkat ketahanan pangan dan gizi pada tingkat
provinsi berdasarkan indikator output dan outcome di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan pengumpulan data
dilakukan pada bulan Maret hingga Agustus 2017 dari instansi terkait melalui
penelusuran di laman masing – masing instansi. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data sekunder yang terdiri dari data indikator output dan
outcome dengan unit analisis 32 provinsi di Indonesia. Data calon indikator output
terdiri dari aspek pangan dan gizi, sedangkan data calon indikator outcome terdiri
dari aspek gizi dan kesehatan. Indikator output menggunakan data yang
dipublikasi tahun 2011-2015 (sesuai dengan ketersediaan data), sedangkan
indikator outcome menggunakan data yang dipublikasi tahun 2012 dan 2013
(didasarkan pada ketersediaan data outcome terbaru di Indonesia tahun 2013 dan
data angka kematian pada balita pada tahun 2012).
Evaluasi tingkat ketahanan pangan dan gizi berdasarkan indikator output
dan outcome dilakukan dalam beberapa tahap yaitu (1) identifikasi dan seleksi
indikator, (2) perhitungan nilai evaluasi, (3) perangkingan setiap provinsi
berdasarkan nilai evaluasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
kepada metode Global Hunger Index (GHI) yang dimodifikasi. Modifikasi yang
digunakan adalah jenis indikator yang digunakan dan kontribusi persen tiap
indikator dalam perhitungan. Berdasarkan hasil identifikasi indikator diperoleh 30
calon indikator output dan 14 indikator outcome, lalu dilakukan seleksi sehingga
diperoleh 14 indikator output (2 indikator pilar ketersediaan, 3 indikator pilar
keterjangkauan dan 9 indikator pilar pemanfaatan) dan 6 indikator outcome yang
digunakan dalam mengevaluasi tingkat ketahanan pangan dan gizi.
Perhitungan nilai evaluasi tingkat ketahanan pangan dan gizi berdasarkan
indikator output dilakukan untuk tahun 2011 – 2015. Berdasarkan hasil
perhitungan, nilai capaian output ketahanan pangan dan gizi hasil yang diperoleh
adalah kurang dari sepertiga provinsi memiliki nilai evaluasi baik dan 78,12
persen memiliki capaian dengan kategori sedang. Tingkat ketahanan pangan dan
gizi terbaik berdasarkan output selama tahun 2011 – 2015 terdapat di provinsi
Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Lampung dan Sumatera Selatan. Tingginya
nilai skor pada ketiga provinsi tersebut dikarenakan tingkat ketersediaan energi
dan protein yang cukup tinggi sehingga menyebabkan tingginya tingkat konsumsi
dan peningkatan capaian program kesehatan. Peningkatan capaian program
kesehatan diindikasikan dari tingginya cakupan imunisasi pada anak balita,
pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil, serta rumah tangga dengan PHBS
yang baik di sebagian besar provinsi di Indonesia. Provinsi dengan capaian output
terendah selama 2011 – 2015 adalah Papua Barat, Nusa Tenggara Timur dan
Papua. Rendahnya kualitas konsumsi pangan di ketiga provinsi tersebut
dipengaruhi rendahnya ketersediaan pangan wilayah dan didukung rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sanitasi dan kesulitan mendapatkan air
bersih.
Berdasarkan hasil perhitungan skor evaluasi tingkat ketahanan pangan
berdasarkan indikator outcome tahun 2013, hampir seluruh provinsi di Indonesia
masuk kedalam kategori sedang dan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
ketahanan pangan dan gizi berdasarkan outcome di Indonesia masih belum baik,
sehingga kinerja pemerintah dalam ketahanan pangan dan gizi harus ditingkatkan,
khususnya dalam menangani masalah pangan dan gizi. Provinsi Bali, DI
Yogyakarta dan DKI Jakarta memiliki skor tertinggi bila dibandingkan provinsi
lainnya. Provinsi Papua Barat, NTT dan Papua memiliki skor evaluasi yang paling
rendah dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]