Prevalensi Defisiensi Asupan Gizi Mikro Penduduk Dewasa Indonesia Menggunakan Metode Probabilitas serta Elastisitas Konsumsi Pangan
View/ Open
Date
2018Author
Prasetyo, Teguh Jati
Hardinsyah
Baliwati, Yayuk Farida
Dadang, Sukandar
Metadata
Show full item recordAbstract
Tubuh memerlukan zat gizi mikro dalam jumlah yang kecil, tetapi penting untuk proses metabolisme, menjaga fungsi fisiologis dan mencapai derajat kesehatan optimal. Defisiensi zat gizi mikro terutama Ca, Fe, Zn, Vitamin A dan C dapat berdampak pada peningkatan penyakit infeksi, penurunan tingkat kecerdasan, penurunan produktivitas kerja, bahkan dapat pula meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Selain itu, defisiensi zat gizi mikro juga berdampak pada status kesehatan global dan memiliki konsekuensi peningkatan biaya ekonomi.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prevalensi defisiensi zat gizi mikro (Ca, Fe, Zn, Vitamin A dan C) penduduk dewasa Indonesia dengan metode probabilitas (PBM) dan cut off point (CPM) serta elastisitas konsumsi pangan. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data Survei Diet Total (SDT) yang dilakukan Kementerian Kesehatan dengan menggunakan metode food recall 1 x 24 jam. Jumlah subjek sebanyak 58 014 orang dewasa berusia 19-49 tahun. Kebutuhan zat gizi dari Institute of Medicine digunakan sebagai acuan. PBM dan CPM digunakan untuk menentukan prevalensi defisiensi zat gizi mikro. Elastisitas pangan dianalisis berdasarkan review dari berbagai studi di Indonesia dengan skala data nasional. Hasil kajian mengenai elastisitas ini kemudian dianalisis implikasinya terhadap perbaikan konsumsi pangan sumber zat gizi mikro.
Konsumsi pangan penduduk dewasa Indonesia sebagian besar berasal dari kelompok padi-padian. Laki-laki diketahui lebih banyak mengonsumsi semua jenis kelompok pangan kecuali sayur dan buah. Secara umum, pangan sumber zat gizi mikro penduduk dewasa Indonesia berasal dari kelompok pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah. Tingkat asupan gizi penduduk dewasa Indonesia telah mencapai 100% kecuali untuk kalsium dan vitamin C. Laki-laki memiliki tingkat asupan gizi yang lebih besar dibandingkan perempuan kecuali vitamin C. Hal ini diduga disebabkan oleh konsumsi sayur dan buah pada laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan.
Penerapan PBM pada penduduk dewasa Indonesia menunjukkan prevalensi defisiensi kalsium, besi, seng, vitamin A dan C sebesar 54.2%, 32.4%, 35.5%, 44.8% dan 71.4% secara berturut-turut, sementara dengan CPM-100 diketahui prevalensi defisiensi kalsium, besi, seng, vitamin A dan C sebesar 63.9%, 37.1%, 42.1%, 55.8% dan 81.7% secara berturut-turut. Penggunaan PBM menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami defisiensi gizi mikro Zn, vitamin A dan C serta lebih banyak perempuan yang mnegalami defisiensi Ca dan Fe. Penggunaan CPM-100 cenderung memperoleh hasil defisiensi zat gizi mikro yang overestimate dibandingkan dengan PBM. Densitas zat gizi mikro Ca, Fe, Zn, Vitamin A dan C lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki (p<0.05). Densitas Ca, Zn, vitamin A dan C masih di bawah anjuran baik bagi laki-laki maupun perempuan. Hasil ini menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi mikro umum terjadi pada penduduk dewasa Indonesia sehingga kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia perlu
ditingkatkan dengan memperbanyak konsumsi pangan sumber protein, buah dan sayur sebagai pangan sumber zat gizi mikro.
Secara umum, penelitian ini menunjukkan bahwa zat gizi mikro diperoleh dari sumber pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah. Sehubungan dengan itu, dalam rangka menurunkan angka prevalensi defisiensi zat gizi mikro maka diperlukan upaya meningkatkan konsumi pangan sumber zat gizi mikro bagi penduduk dewasa Indonesia. Perubahan harga dan pendapatan yang dapat dilihat berdasarkan elastisitas pangan memiliki implikasi terhadap konsumsi pangan masyarakat. Hasil studi berbagai elastisitas pangan sumber zat gizi mikro menunjukkan bahwa elastisitas harga sendiri cenderung inelastis dan bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan harga pangan maka konsumsi masyarakat terhadap pangan tersebut akan menurun. Hasil studi mengenai elastisitas pendapatan memiliki kecenderungan inelastis dan bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan maka konsumsi pangan sumber zat gizi mikro semakin meningkat. Elastisitas pendapatan pangan hasil peternakan seperti daging ayam dan sapi cenderung lebih elastis dari pada telur dan ikan. Dengan demikian, telur dan ikan dapat menjadi sumber alternatif zat gizi mikro dari pangan hewani.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]