Bioakumulasi Dan Kajian Dosimetri Radionuklida Antropogenik 137Cs oleh Bandeng (Chanos chanos).
View/ Open
Date
2018Author
Prihatiningsih, Wahyu Retno
Zamani, Neviaty Putri
Suseno, Heny
Soedharma, Dedi
Metadata
Show full item recordAbstract
Keberadaan radionuklida antropogenik 137Cs di teluk Jakarta tidak hanya
berasal dari laut global melainkan juga dari fasilitas nuklir yang beroperasi di
Serpong dekat teluk Jakarta. Perairan teluk Jakarta diketahui memiliki
sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya yang berlimpah dan memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pemenuhan kebutuhan pangan perikanan bagi
masyarakat Indonesia. Jenis produksi budidaya laut yang banyak dibudidayakan
di teluk Jakarta antara lain ikan bandeng. Ikan bandeng tergolong jenis yang
mampu bertahan hidup dalam rentang salinitas yang luas, selain itu ikan bandeng
diketahui mampu mengakumulasi berbagai jenis kontaminan dari lingkungan.
Penelitian kali ini mempelajari secara komprehensif hubungan besar lepasan 137Cs
ke lingkungan akuatik dan pengaruhnya pada kemampuan akumulasi serta dosis
radiasi yang diterima oleh bandeng berdasarkan pengaruh ukuran tubuh dan
kondisi lingkungan (temperatur dan salinitas).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui faktor konsentrasi bandeng dengan
kisaran ukuran 2,46 – 9,86 g adalah sebesar 10,66 – 3,98 mL.g-1. Bioakumulasi
maksimum 137Cs pada tubuh bandeng yaitu 49,14; 22,8; 12,70; dan 39,97%
berturut-turut untuk ukuran 2,46; 5,29; 8,32 dan 9,86 g, dimana laju pelepasan
137Cs oleh bandeng untuk ukuran tersebut diketahui sebesar 0,71; 0,55; 0,49 dan
0,46 hari-1 nilai ini memberikan nilai waktu paruh biologis dalam kisaran 0,97
sampai 1,51 hari. Distribusi terbesar 137Cs pada bandeng terdapat pada daging
ikan dengan persentase 48,16 dan 43,08 masing-masing pada akhir periode
pengambilan dan pelepasan. Effisiensi assimilasi melalui jalur pakan untuk
bandeng antara 35 – 37% dengan waktu paruh biologis 0,97 – 1,51 hari. Hasil
ekperimen menunjukkan bahwa parameter akumulasi seperti faktor konsentrasi,
laju pengambilan dan laju pelepasan dipengaruhi oleh ukuran tubuh bandeng.
Pengambilan 137Cs oleh bandeng pada temperatur yang berbeda
memberikan Faktor Konsentrasi yang beragam, untuk temperatur 25, 27, 29 dan
31oC pada kondisi steady state berturut-turut diperoleh faktor konsentrasi 5,25;
5,91; 6,78 dan 9,98 mL.g-1. Pada salinitas yang berbeda pengambilan 137Cs oleh
bandeng juga menunjukkan hal yang serupa. Faktor Konsentrasi untuk
pengambilan 137Cs pada salinitas 26, 29, 32 dan 35‰ masing masing sebesar
6,23; 9,93; 9,24 dan 6,86 mL.g-1. Faktor lingkungan seperti temperatur dan
salinitas mempengaruhi kemampuan metabolisme ikan, pertumbuhan dan
berkonsekuensi pada proses pengambilan 137Cs.
Perangkat ERICA digunakan unuk menghitung dosis total, eksternal dan
internal yang diterima bandeng dalam ukuran yang lebih realistik dengan kondisi
sebenarnya di lingkungan. Dosis total, dosis eksternal dan dosis internal yang
didapatkan dari hasil pengujian bandeng dengan variasi ukuran 2,46 – 9,86 g
menunjukkan hasil pada kisaran 8 × 10-8 μGy.h-1 untuk eksternal dosis, 3 × 10-7
μGy.h-1 untuk internal dosis dan 4 × 10-7 μGy.h-1 untuk total dosis, nilai ini jauh
berada dibawah nilai screening value yang ditetapkan ERICA sebesar 10 μGy.h-1.
Dengan tingkat keyakinan yang tinggi dapat disimpulkan bahwa tidak ada efek
terhadap berbagai ukuran bandeng yang terkontaminasi 137Cs.
Berdasarkan hasil perhitungan daily intake menggunakan data input faktor
konsentrasi dari variasi ukuran tubuh diperoleh daily intake berada pada kisaran
0,51 – 0,38 Bq.hari-1 dengan dosis efektif di kisaran 3,95 × 10-6 - 1,06 × 10-5
mSv.tahun-1. Sedangkan pada variasi temperatur dan salinitas diperoleh daily
intake berturut turut sebesar 0,68 – 1,29 Bq.hari-1 dan 0,80 – 1,28 Bq.hari-1 dengan
nilai dosis efektif maksimum sebesar 9,90 × 10-6 mSv.tahun-1 pada temperatur
31oC dan 9,85 × 10-6 mSv.tahun-1 untuk salinitas 29 ‰. Dibandingkan dengan Deff
standar internasional sebesar 0,30 mSv.tahun-1, nilai tersebut masih berada dalam
batas yang diperkenankan. Artinya konsumsi ikan sesuai perhitungan hasil studi
tidak memberikan ancaman terhadap kesehatan masyarakat karena tidak akan
memberikan efek radiologis.
Skenario beragam kondisi lepasan 137Cs pada lingkungan perairan yang
mencerminkan keadaan latar, ekperimen bahkan kondisi ekstrem saat kecelakaan
disimulasikan untuk memperoleh nilai real terhadap total dosis yang diterima oleh
ikan bandeng. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pada kondisi latar
dengan aktivitas 137Cs di perairan sebesar 1,16 × 10-3 Bq.L-1 diperoleh total dosis
radiasi yang diterima bandeng sebesar 2,17 × 10-6 μGy.h-1 (1 Gy = 1 Sv). Nilai
tersebut masih berada pada kisaran aman dibawah batas dosis yang diperkenankan
sebesar 0,30 mSv.tahun-1. Demikian halnya pada kondisi ekperimen berada pada
kisaran dosis total yang diperkenankan, dimana dengan aktivitas 137Cs sebesar
2,00 × 103 Bq.L-1 diperoleh total dosis serapan sebesar 3,75 × 10-1 μGy.h-1.
Berbeda dengan dua keadaan sebelumnya, pada kondisi kecelakaan dimana
aktivitas 137Cs perairan mencapai 1,00 × 105 Bq.L-1 diperoleh total dosis serapan
sebesar 1,87 × 102 μGy.h-1. Nilai tersebut sudah melewati batas total dosis yang
diperkenankan sebesar 0,30 mSv.tahun-1. Dengan beberapa skenario lepasan yang
menghasilkan rekomendasi terhadap dampak radiasi di lingkungan, konsep
perlindungan ekosistem dan dari bahaya radiasi berbasis riset radioekologi dapat
dijadikan acuan untuk upaya perlindungan lingkungan perairan laut. Selain itu
skenario penentuan dosis serapan oleh bandeng menggunakan data yang
mendekati keadaan sebenarnya (konsentrasi 137Cs, dimensi tubuh dan konsentrasi
faktor) diharapkan mampu mewakili kondisi radiologis lingkungan pesisir Teluk
Jakarta. Hal ini dapat merepresentasikan tingkat keselamatan dan keamanan
pengoperasian reaktor nuklir sekaligus menjawab pertanyaan publik akan
keberlangsungan kehidupan biota akibat pengoperasian reaktor.
Collections
- DT - Fisheries [725]