Potensi Bekatul Beras Hitam untuk Mengubah Konsentrasi Asam Lemak Rantai Pendek dan Aktivitas Enzim β-glucuronidase sebagai Penghambat Perkembangan Kanker Kolon secara In vivo.
View/ Open
Date
2018Author
Nurtiana, Winda
Budijanto, Slamet
Nuraida, Lilis
Metadata
Show full item recordAbstract
Kanker kolon adalah penyakit yang terjadi di permukaan usus besar. Dari
semua kasus kanker, penyakit ini menempati urutan ketiga yang sering didiagnosa
pada wanita dan urutan kedua pada pria. Faktor terbesar penyebab penyakit ini
adalah kurangnya konsumsi serat pangan dan senyawa bioaktif pada diet seharihari.
Salah satu bahan pangan yang kaya akan serat pangan dan senyawa bioaktif
adalah bekatul beras hitam.
Bekatul beras hitam merupakan salah satu bahan pangan yang kurang
termanfaatkan. Bekatul beras hitam ini mengandung serat pangan yang lebih
tinggi dibandingkan sumber serat pangan yang lain seperti sayuran dan buahbuahan.
Senyawa bioaktif yang terdapat pada padi terkamulasi pada bekatul. Serat
pangan dan senyawa bioaktif ini memiliki kemampuan dalam menghambat
perkembangan kanker kolon.
Serat pangan larut sangat mudah untuk difermentasi oleh bakteri baik yang
terdapat pada kolon seperti bakteri asam laktat. Hasil proses fermentasi ini adalah
asam lemak rantai pendek. Asam lemak rantai pendek terutama asam butirat
memiliki sifat protektif terhadap kanker kolon. Asam lemak rantai pendek akan
menurunkan pH kolon, meningkatkan jumlah bakteri asam laktat dalam kolon,
dan menurunkan aktivitas enzim β-glucuronidase yang merupakan salah satu
penanda kanker kolon. Senyawa bioaktif dapat mencegah karsinogen mencapai
sel target sehingga tidak terjadi mutasi DNA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi bekatul beras hitam
dalam menghambat perkembangan kanker kolon secara in vivo melalui
identifikasi aktivitas enzim β-glucuronidase pada dinding sekum, konsentrasi
asam lemak rantai pendek pada feses dan isi sekum, pH feses dan isi sekum, dan
total bakteri asam laktat pada feses dan isi sekum mencit BALB/c yang diinduksi
karsinogen kanker kolon.
Pada penelitian ini, mencit BALB/c jantan dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu kelompok kontrol positif yang diinduksi karsinogen AOM+DSS dan diberi
ransum standar (K+), kelompok kontrol negatif yang tidak diinduksi karsinogen
AOM+DSS dan diberi ransum standar (K-), dan kelompok perlakuan yang
diinduksi karsinogen AOM+DSS dan diberi ransum yang sumber seratnya
dimodifikasi oleh bekatul beras hitam (BBH). Analisis dilakukan pada feses dan
sekum mencit yaitu pada tahap pra-induksi ketika mencit diberi ransum standar,
pra-induksi ketika mencit diberi ransum uji, delapan minggu pasca induksi AOM,
dan 16 minggu pasca induksi AOM. Analisis pada sekum dianalisis sesaat setelah
mencit di-euthanasia yaitu 17 minggu pasca induksi AOM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam lemak rantai pendek
terutama asam butirat pada feses kelompok BBH pada 16 minggu pasca induksi
AOM lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K+ (22.82±2.88 mmol vs
6.21±1.71 mmol), nilai pH feses kelompok BBH pada 16 minggu pasca induksi
AOM lebih rendah dibandingkan dengan kelompok K+ (7.38±0.06 vs 8.17±0.06),
total BAL pada feses kelompok BBH pada 16 minggu pasca induksi AOM lebih
tinggi dibandingkan kelompok K+ (8.24±0.09 log CFU/g vs 6.97±0.56 log
CFU/g), dan aktivitas total enzim β-glucuronidase pada dinding sekum mencit
kelompok BBH pada 17 minggu pasca induksi AOM lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok K+ (222.85±17.05 nmol fenolftalein/sekum/menit vs
360.29±74.19 nmol fenolftalein/sekum/menit).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa bekatul beras hitam dapat menghambat
perkembangan kanker kolon. Hasil evaluasi histopatologi jaringan kolon mencit
menunjukkan bahwa perkembangan karsinogenesis baik pada kelompok BBH
maupun K+ telah terjadi displasia. Meskipun tahapan perkembangan
karsinogenesisnya sama, tetapi perkembangan kanker kolon pada kelompok BBH
dapat lebih dihambat dibandingkan dengan kelompok K+ yang ditujukkan dengan
jumlah nodul yang terjadi pada permukaan kolon kelompok BBH dan K+ yaitu
16±4.53 buah vs 6±2.49 buah.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2271]