Karakterisasi dan Seleksi Galur-Galur Padi (Oryza sativa L.) Dihaploid Adaptif Cekaman Salinitas
View/ Open
Date
2018Author
Anshori, Muhammad Fuad
Purwoko, Bambang Sapta
Dewi, Iswari Saraswati
Wahyuning, Ardie. Sintho
Metadata
Show full item recordAbstract
Salinitas merupakan salah satu cekaman abiotik yang disebabkan oleh
peningkatan kandungan garam pada daerah pertanaman. Indonesia, sebagai negara
kepulauan yang memiliki banyak daerah persawahan di sekitar pantai, akan
mengalami dampak serius dari peningkatan salinitas melalui intrusi air laut.
Dampak tersebut dapat menurunkan produksi padi di Indonesia. Salah satu
solusinya ialah perakitan varietas adaptif terhadap cekaman salinitas melalui
teknologi tanaman dihaploid.
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yang dikemas dalam 3 bab.
Penelitian pertama dibahas dalam dua bab yaitu (1) karakterisasi galur-galur padi
dihaploid dan (2) seleksi galur-galur padi dihaploid yang memiliki sifat agronomi
baik. Penelitian ke dua dibahas dalam satu bab yaitu (3) respon galur-galur padi
dihaploid terhadap cekaman salinitas pada kultur hidroponik. Penelitian ini
menggunakan 56 galur padi dihaploid dan 4 varietas pembanding. Penelitian
pertama dilakukan dengan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 3
ulangan yang dilakukan di Kebun Percobaan Sawah Baru IPB Dramaga. Sementara
itu penelitian ke dua dilaksanakan di rumah kaca BB Biogen Cimanggu dengan
rancangan tersarang RKLT.
Penelitian pertama menunjukkan bahwa karakterisasi pada semua genotipe
menghasilkan keragaman dan heritabilitas yang tinggi pada seluruh karakter.
Genotipe padi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama.
Pengelompokan tersebut didasarkan oleh karakter anakan produktif, persentase
gabah isi, tinggi vegetatif, panjang malai, dan bobot 1000 butir. Adapun karakter
jumlah gabah isi, dan anakan produktif dapat dijadikan sebagai karakter seleksi
bersama dengan karakter produktivitas.
Seleksi dilakukan melalui metode seleksi indeks. Penggunaan indeks
seleksi didasarkan oleh kombinasi analisis multivariat, yaitu sidik lintas, regresi
multivariat stepwise dan analisis komponen utama. Karakter yang digunakan dalam
seleksi indeks yaitu karakter anakan produktif, jumlah gabah isi, dan produktivitas
yang nilai bobotnya didasarkan pada eigen vektor variabel PC2. Indeks seleksi yang
didapatkan yaitu Indeks seleksi = 0.465 produktivitas + 0.433 anakan produktif +
0.31 jumlah gabah isi. Seleksi berdasarkan seleksi indeks menghasilkan 24 galur
padi dihaploid yang memiliki peringkat lebih baik dibandingkan Inpari 34 Salin
Agritan. Seleksi ini juga memiliki tingkat selektifitas lebih baik dibandingkan
seleksi langsung. Hal ini menandakan penggunaan kombinasi multivariat dinilai
efektif untuk menyeleksi genotipe padi dihaploid.
Penelitian kedua menunjukkan bahwa cekaman salinitas memberikan
dampak yang lebih besar pada karakter tajuk dibandingkan karakter terkait akar.
Tanaman toleran memiliki pola penurunan yang lebih rendah dibandingkan
tanaman moderat dan peka, terutama karakter terkait tajuk. Karakter terkait tajuk,
terutama karakter bobot basah tajuk dan tinggi tajuk, dapat dijadikan sebagai
karakter seleksi pada penapisan salinitas fase bibit melalui kultur hidroponik.
iv
Terdapat 25 galur padi dihaploid yang memiliki sifat toleransi lebih baik
dibandingkan Inpari 29 sebagai pembanding terbaik pada keadaan salin. Penelitian
ini juga menggunakan analisis clustergram yang dikombinasikan dengan heatmap.
Analisis ini mampu menyeleksi genotipe dengan sifat toleransi baik dan
menentukan karakter seleksi pentingnya sehingga dinilai efektif dan selektif
terhadap penapisan salinitas fase bibit.
Kedua penelitian dikombinasikan menghasilkan indeks seleksi gabungan.
Indeks ini dinilai efektif untuk mendapatkan galur-galur yang memiliki tingkat
adaptasi yang baik. Efektivitas seleksi indeks gabungan untuk sifat toleransi sebesar
90.9% dan agronomi baik sebesar 95.83%. Terdapat 33 galur padi dihaploid yang
dinilai adaptif dan lebih baik dibandingkan varietas Inpari 29 sebagai pembanding
terbaik pada indeks seleksi gabungan, diantaranya terdapat 13 galur toleran dengan
agronomi baik, 7 galur moderat dengan agronomi baik, 10 galur toleran dengan
agronomi kurang baik, dan 3 galur peka tetapi memiliki agronomi baik.
Keseluruhan percobaan juga menyimpulkan bahwa galur padi dihaploid
membentuk keragaman yang luas walaupun jumlah genotipe yang diuji tidak terlalu
besar. Hal ini menjadi pembuktian efektivitas dari teknologi dihaploid
Collections
- MT - Agriculture [3781]