Status Keberlanjutan Pembangunan Kota Tepian Pantai (Studi Kasus Kota Baubau Propinsi Sulawesi Tenggara).
View/ Open
Date
2018Author
Supardi, Suparman
Hariyadi, Sigid
Fahrudin, Achmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Kompleksitas pembangunan di wilayah pesisir Kota Baubau jika tidak diantisipasi secara hati-hati dikhawatirkan dapat mengganggu dan mengancam keberlanjutan ekosistem pesisir. Degradasi lingkungan dan sumberdaya alam akibat pembangunan dapat membawa bencana yang merugikan tidak hanya pada aspek ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga jiwa manusia. Pembangunan yang dilakukan harus senantiasa mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian terkait status keberlanjutan pembangunan Kota Baubau sebagai Kota Tepian Pantai. Tujuan penelitian ini adalah: a) menjelaskan kondisi kualitas perairan Kota Baubau selama periode tahun 2003-2015, b) Mendeskripsikan dan menjelaskan status keberlanjutan dan atribut sensitif keberlanjutan pembangunan Kota Baubau pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial, infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagaan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi literatur, diskusi pakar/stakeholder, wawancara, kuesioner, dan survei lapangan. Analisis kualitas perairan berupa data sekunder (time series) hasil pemantauan tahun 2003-2015, yang dihitung menggunakan Indeks Pencemaran (Pollution Index). Analisis keberlanjutan menggunakan perangkat rapfish dengan melakukan beberapa analisis, yakni: analisis multidimensional scaling, analisis leverage, analisis pareto, analisis monte carlo, penentuan nilai Stress (S), dan penentuan nilai koefisien determinasi (R2). Hasil penelitian menunjukkan: a) kualitas perairan Kota Baubau secara umum mengalami penurunan sejak tahun 2003 hingga 2015, b) Status keberlanjutan pembangunan pesisir Kota Baubau berdasarkan dimensi ekologi berada dalam kategori kurang berkelanjutan (32.39) dengan 7 atribut sensitif, dimensi ekonomi berada dalam kategori kurang berkelanjutan (42.71) dengan 7 atribut sensitif, dimensi sosial berada dalam kategori tidak berkelanjutan 19.45) dengan 8 atribut sensitif, dimensi infrastruktur dan teknologi berada dalam kategori cukup berkelanjutan (74.77) dengan 7 atribut sensitif, serta dimensi hukum dan kelembagaan berada dalam kategori cukup berkelanjutan (65.87) dengan 7 atribut sensitif. Secara multidimensi, pembangunan Kota Baubau berada dalam kategori kurang berkelanjutan (47.27). Nilai stress pada kelima dimensi keberlanjutan berada pada kisaran 0.12 sampai 0.13, sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) ditiap dimensi adalah 0.95. Perbedaan status keberlanjutan pada kelima dimensi menunjukkan bahwa pembangunan yang dilakukan di Kota Baubau belum merata. Perlu perencanaan, pengelolaan serta keterpaduan antar sektor dalam melaksanakan pembangunan agar tercapai pembangunan kota tepian pantai (Kota Baubau) yang berkelanjutan.
Collections
- MT - Fisheries [3019]