Pendekatan Ekonomi Ergonomika untuk Perancangan Optimal Tenaga Kerja dan Mekanisasi pada Produksi Beras (Studi Komparasi Padi Sawah Organik dan Konvensional).
Abstract
Manusia sebagai tenaga kerja memiliki peranan penting dalam meningkatkan produktivitas beras. Namun, selama ini ditemukan beberapa kendala diantaranya yaitu ketersediaan tenaga kerja yang semakin langka disebabkan salah satunya tingkat pendapatan yang kurang menarik. Rendahnya pendapatan menyebabkan tenaga kerja lebih memilih bekerja di luar sektor pertanian. Disisi lain, kemampuan yang tidak sama setiap individu, serta kebiasaan dan keterlatihan yang berbeda menyebabkan perbedaan produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk mendapatkan formulasi optimal tenaga kerja yang produktif dan berkelanjutan, metode studi dengan pendekatan ekonomi ergonomika bertujuan untuk: (1) mendefinisikan elemen kerja produksi beras, (2) membuat formulasi kebutuhan dan distribusi tenaga kerja, (3) analisis kesesuaian produktivitas pendapatan tenaga kerja, dan (4) membuat berbagai skenario ideal untuk produktivitas dan pendapatan optimal.
Tenaga kerja yang diamati pada penelitian ini meliputi laki-laki dan perempuan yang sudah terbiasa bekerja dalam kegiatan yang dimaksud. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama analisis beban kerja ergonomi dan tahap kedua analisis ekonomi ergonomika, serta dilakukan optimasi produktivitas tenaga kerja. Optimasi dilakukan dalam dua skenario, yaitu (1) meningkatkan jam kerja menjadi jam kerja normal (standar Kabupaten Bogor) tanpa merubah sistem kerja yang sudah ada, (2) menambahkan input mekanisasi pada beberapa elemen kerja secara selektif. Penambahan mekanisasi ini diasumsikan dengan dua sub skenario, yaitu mesin sewa dan mesin milik sendiri.
Berdasarkan hasil analisis gerak makro, diketahui rangkaian proses kerja produksi beras dapat dibagi menjadi 15 elemen kerja yaitu penyemaian (Se), pembajakan (Ti), penggaruan (Ha), penanaman (Tr), pemupukan (Fe), penyiangan (We), pemotongan (Ct), pengangkutan padi (Ev), perontokan padi (Th), pengangkutan gabah (Tp), penjemuran (Dr), penggilingan (Hs), penyosohan (Pl), pemutuan (Gr), dan pengemasan (Pc). Sesuai kondisi dan sistem kerja di lokasi studi, maka hasil analisis waktu dan beban kerja menunjukkan bahwa kesetaraan distribusi hasil dari satu musim tanam adalah sebagai berikut: Se : 13 orang.hari/ha, Ti : 56 orang.hari/ha, Ha : 9 orang.hari/ha, Tr : 22 orang.hari/ha, Fe : 6 orang.hari/ha, 2 orang.hari/ha (organik, konvensional), We : 24 orang.hari/ha (organik), Ct : 37 orang.hari/ha, Ev : 15 orang.hari/ha, Th : 38 orang.hari/ha, Tp : 9 orang.hari/ha, Dr : 12 orang.hari/ha, Hs : 9 orang.hari/ha, Pl : 4 orang.hari/ha, Gr : 2 orang.hari/ha, dan Pc : 4 orang.hari/ha.
Oleh karena itu, berdasarkan kondisi kerja dan sistem pengupahan sebagaimana yang berlaku di lokasi studi saat ini dengan jam kerja rata-rata 4.8 jam/hari, 5 hari/minggu dengan upah laki-laki Rp50 000 per hari dan upah perempuan Rp35 000 per hari, maka hasil analisis ekonomi ergonomika membuktikan bahwa potensi pendapatan rata-rata Rp1 174 030 per orang.bulan
5
dan Rp1 147 596 per orang.bulan, berurutan untuk sistem sawah organik dan konvensional. Pendapatan ini masih di bawah standar UMR Kabupaten Bogor.
Selanjutnya hasil optimasi pada skenario (1) dengan meningkatkan jam kerja dari 4.8 jam/hari menjadi 7 jam/hari tanpa merubah sistem kerja yang sudah ada, maka pendapatan tenaga kerja sebesar Rp1 746 354 per orang.bulan sistem sawah organik dan Rp1 766 204 per orang.bulan sistem sawah konvensional. Pendapatan hasil optimasi pada skenario ini belum mampu memberikan pendapatan optimal sesuai standar UMR. Sedangkan hasil analisis skenario 2 dengan menambahkan input mekanisasi dengan asumsi sub skenario mesin sewa masing-masing sistem sawah organik dan konvensional secara berurutan adalah Rp2 515 750 per orang.bulan dan Rp2 446 225 per orang.bulan. Kemudian asumsi sub skenario kedua mesin milik sendiri memperoleh total pendapatan sebagai berikut, Rp3 103 999 per orang.bulan organik dan Rp2 962 799 per orang.bulan konvensional. Berdasarkan asumsi dari kedua sub skenario ini, asumsi mesin milik sendiri lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan asumsi mesin sewa karena total pendapatan tenaga kerja sudah memenuhi standar UMR Kabupaten Bogor.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2276]