Pengembangan Indeks Ketahanan Pangan dan Gizi Tingkat Kabupaten dan Evaluasi Kondisi Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi di Kabupaten Bandung Barat
View/ Open
Date
2018Author
Lestari, Dewi Aprilia Ajeng
Martianto, Drajat
Tanziha, Ikeu
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengukuran ketahanan pangan dan gizi telah ada pada tingkat global yaitu Global Food Security Index (GFSI) dan pada tingkat nasional adalah Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia (FSVA). FSVA indikatornya masih terfragmentasi oleh sub sistem, lebih ditujukan untuk mengidentifikasi wilayah yang rentan tahan pangan untuk dijadikan prioritas pembangunan. Diperlukan metode pengukuran ketahanan pangan dan gizi yang sesuai karakteristik wilayah pada tingkat kabupaten melalui pengembangan indeks yang mengacu pada GFSI yang disesuaikan ketersediaan data di tingkat kabupaten sehingga dapat dijadikan alat atau tolak ukur untuk wilayah kabupaten lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi calon indikator untuk mengembangkan sistem skoring evaluasi ketahanan pangan dan gizi secara menyeluruh di tingkat kabupaten, 2) Mengevaluasi tergambarkannya situasi ketahanan pangan dan gizi menggunakan indikator yang dikembangkan, 3) Menyusun serta terumuskannya strategi untuk perencanaan ketahanan pangan dan gizi di Kabupaten Bandung Barat
Desain penelitian ini adalah cross sectional study, pengambilan data dilakukan di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bandung Barat merupakan kabupaten baru dari pemisahan Kabupaten Bandung yang belum evaluasi ketahanan pangan dan gizi. Penelitian dilakukan selama 5 bulan. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan pada bulan Maret-Agustus Tahun 2017.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Jenis data primer yang akan dikumpulkan yaitu faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Bandung Barat yang diperoleh dari hasil indepth interviews (wawancara mendalam) dengan pejabat pada instansi terkait dan yang tergabung dalam Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Barat yaitu:1) Bagian Perekonomian dan pembangunan pada Sekretariat Daerah, 2) Bagian Perekonomian pada Bapeda 3) Kantor Ketahanan Pangan, 4) Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 5) Dinas Kesehatan, 6) Dinas Bina Marga, Sumber Daya Air dan Pengairan, 7) Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, 8) Dinas Peternakan dan Perikanan 9) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Daerah, 10) Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 11) Dinas Perhubungan.
Jenis data sekunder yang akan dikumpulkan adalah data yang dipublikasikan oleh instansi atau lembaga terkait pada rentang waktu tahun 2011 hingga tahun 2015 antara lain mencakup Neraca Bahan Makanan, laporan situasi pangan Kabupaten Bandung Barat sebagai sumber data produksi dan ketersediaan pangan, laporan analisis situasi pola konsumsi pangan dan harga pangan, Laporan profil Dinas Kesehatan sebagai sumber data program gizi sensitif dan spesifik, Data demografi Kabupaten Bandung Barat, Data Geografi Kabupaten Bandung Barat serta studi pustaka pada berbagai literatur.
Analisis situasi ketahanan pangan dan gizi dilakukan dengan mengembangkan indeks ketahanan pangan dan gizi di wilayah Kabupaten Bandung Barat yang disusun melalui identifikasi indikator bersumber dari FAO, WHO, UNICEF, KS-RANPG dan RPJMD. Indikator diseleksi berdasarkan konsep ketahanan pangan dan gizi serta diklasifikasi berdasarkan tiga pilar yaitu ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan dan pemanfaatan pangan. Seleksi selanjutnya berdasarkan indikator yang memiliki kemiripan/serupa (redundant), ketersediaan data dan spesifitas di tingkat kabupaten. Langkah selanjutnya adalah memperoleh strategi peningkatan ketahanan pangan dan gizi di wilayah Kabupaten Bandung Barat melalui komatriks IFE dan EFE, matriks SWOT dan matriks AHP.
Hasil seleksi terhadap 78 calon indikator diperoleh sebanyak 14 indikator terpilih yang memenuhi persyaratan. Dari indikator yang memenuhi persyaratan digunakan untuk sistem skoring dalam pengembangan indeks ketahanan pangan dan gizi pada tingkat kabupaten berdasarkan pilar ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan. Skoring menggunakan indeks komposit dari rentang waktu tahun 2011-2015 dapat diketahui situasi ketahanan pangan dan gizi Kabupaten Bandung Barat berada pada kondisi tidak tahan pangan dengan nilai berturut-turut adalah 49.7, 49.6, 53.9, 46.1, 56.0.
Alternatif strategi yang digunakan untuk penguatan ketahanan pangan dan gizi di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan analisis SWOT, melalui peningkatan revitalisasi pertanian, peternakan dan perikanan, peningkatan komitmen, peran dan kemitraan antar stakeholder, peningkatan kinerja lembaga ketahanan pangan dan gizi serta peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, peningkatan koordinasi, advokasi dan sosialisasi ketahanan pangan dan gizi. Prioritas utama strategi yang perlu diambil melalui analisis AHP (Analytical Hierarchy Proces) adalah peningkatan kinerja kelembagaan dan kapasitas sumberdaya manusia (skor 0.324) yang diharapkan dapat meningkatkan pilar pemanfaatan pangan.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]