Evaluasi Status Kesehatan dan Kualitas Daging Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus (Burchell 1822) yang Dipelihara Menggunakan Aplikasi Teknologi Bioflok

Abstract

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah kualitas air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik pengolahan limbah domestik secara konvensional. Bioflok diduga dapat mengontrol bakteri patogen pada kolam budidaya dan sebagai pakan alami yang dapat meningkatkan sistem imun pada ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status kesehatan dan kualitas daging ikan lele dumbo Clarias gariepinus (Burchell 1822) yang dipelihara menggunakan aplikasi teknologi bioflok dan non-bioflok dengan kepadatan berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di SEAMEO BIOTROP Bogor pada bulan Mei sampai Juni 2016 dengan lama pemeliharaan ikan lele selama 45 hari dan kemudian di hari ke-46 dilakukan uji tantang dengan menggunakan bakteri Aeromonas hydrophila. Uji tantang dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh aplikasi teknologi bioflok terhadap sistem imun ikan lele dumbo yang dipelihara kembali selama 14 hari. Serangkaian uji yang dilakukan yaitu uji gambaran darah yang dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan, uji proksimat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ikan, uji kualitas air dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur Departemen Budidaya Perairan IPB dan uji organoleptik dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan IPB. Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dengan 4 kali ulangan, yang terdiri dari: K500 (kontrol): aplikasi teknologi non-bioflok dengan kepadatan ikan 500 ekor/m3, perlakuan BF500: aplikasi teknologi bioflok dengan kepadatan ikan 500 ekor/m3 dan perlakuan BF700: aplikasi teknologi bioflok dengan kepadatan ikan 700 ekor/m3. Aplikasi teknologi bioflok dilakukan dengan menambahkan tepung tapioka sebagai sumber karbon pada estimasi rasio C/N sebesar 15/1 serta inokulasi bakteri probiotik. Sistem kontrol dilakukan dengan tanpa bioflok dan tanpa penambahan sumber karbon. Ikan yang digunakan berukuran panjang 10-12 cm. Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi 2 kali sehari selama 6 hari dalam seminggu menggunakan pakan komersil yang mengandung 29,76% protein. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan uji perlakuan BF500 dan BF700 berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol. Kelangsungan hidup rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan BF500 yaitu 74,55%, diikuti perlakuan BF700 yaitu 69,43%, kelangsung hidup rata-rata terendah terdapat pada kontrol 32.65%, sedangkan tingkat kelangsungan hidup antara perlakuan setelah uji tantang pada BF500 dan BF700 berbeda secara signifikan (P<0.05) yaitu masing-masing sebesar 98% dan 95% dengan perlakuan K500. Hasil gambaran darah menunjukan bahwa status kesehatan ikan lele yang dipelihara menggunakan bioflok baik sebelum uji tantang yaitu hari ke-0, 15, 30, dan 45 maupun setelah uji tantang dihari ke-60 masih dalam standar kadar gambaran darah yang normal untuk kesehatan ikan lele yang dibudidaya. Laju pertumbuhan ikan lele pada perlakuan K500 (kontrol) lebih rendah dibandingkan perlakuan lain yaitu sebesar 3,64±0,56% sedangkan pada perlakuan lain yaitu BF500 dan 700 masing-masing sebesar 5,59±0,30% dan 5,45±0,14%. Hasil pengujian organoleptik menunjukkan bahwa ikan yang dipelihara dalam aplikasi teknologi bioflok menghasilkan kualitas daging yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan K500. Hasil proksimat daging menunjukkan bahwa protein pada BF500 dan BF700 tidak berbeda nyata yaitu 59.13±0.71% dan 58.91±0.55% dan lebih tinggi dibandingkan dengan K500 yaitu sebesar 53.94±0.46%. Hasil uji kualitas air pada semua perlakuan masih dalam kualitas air yang normal untuk lingkungan budidaya ikan lele Dumbo. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi teknologi bioflok dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas daging ikan lele Dumbo.