Show simple item record

dc.contributor.authorAhmat, Antoni
dc.date.accessioned2018-06-26T03:51:02Z
dc.date.available2018-06-26T03:51:02Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92263
dc.description.abstractTikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan salah satu organime pengganggu tumbuhan utama yang dikategorikan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. Sebagai pulau dengan jumlah spesies tikus yang banyak, pertanian di pulau Sulawesi menjadi rentan terhadap serangan tikus sawah. Khusus di Sulawesi terdapat lebih dari 51 spesies dari famili Muridae. Dengan kondisi tersebut, perlu dilakukan tindakan pencegahan guna menekan serangan tikus sawah, salah satunya dengan melakukan peramalan. Peramalan diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai fenomena serangan hama pada tanaman padi sehingga keputusan dapat dibuat lebih efektif dan efisien. Data yang digunakan untuk membuat model peramalan serangan tikus sawah di pulau Sulawesi adalah jenis data space time. Model data space-time adalah suatu jenis model yang menggabungkan unsur dependensi waktu dan lokasi pada suatu data deret waktu. Salah satu model data space time yang sering digunakan adalah model Space Time ARIMA (STARIMA). Namun dalam kenyataannya, membangun model peramalan tidak hanya melibatkan data respon saja, tetapi juga data penjelas yang mampu menunjang hasil peramalan. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengakomodasi kondisi tersebut adalah model Space Time Transfer Function (STTF). Model STTF merupakan pengembangan dari model fungsi transfer yang menambahkan matriks pembobot spasial pada modelnya. Matriks pembobot spasial yang digunakan dalam model adalah matriks pembobot ketetanggaan dan kebalikan jarak. Orde spasial yang digunakan dalam membangun model STARIMA dan STTF adalah orde satu. Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan proporsi serangan tikus sawah pada padi di Sulawesi menggunakan STARIMA dan STTF serta memilih model terbaik diantara keduanya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsi serangan tikus sawah pada padi di 6 provinsi di pulau Sulawesi. Peubah penjelas yang digunakan adalah luas lahan tanam padi. Periode data yang digunakan adalah dari Januari 2010 hingga Desember 2016. Data dibagi menjadi data pemodelan (training data) yakni data dari periode Januari 2010 sampai Desember 2015 dan data uji (testing data) yakni periode Januari 2016 hingga Desember 2016. Proses pembentukan model STARIMA dan STTF diawali dengan uji stasioneritas untuk data proporsi serangan tikus sawah dan luas lahan tanam padi. Uji kebergantungan spasial menjadi tahapan selanjutnya yang harus terpenuhi dalam pemodelan STARIMA dan STTF. Penentuan model STARIMA didasarkan pada skema plot matrix autocorrelation function (MACF) dan matrix partial autocorrelation function (MPACF). Berdasarkan skema plot MACF dan MPACF, struktur yang membangun data proporsi serangan tikus sawah di Sulawesi adalah STAR (1;1). Pembentukan model STTF diawali dengan membangun model fungsi transfer dsri tiap provinsi. Proses ini bertujuan untuk memperoleh orde optimal dari model fungsi transfer yakni orde b, s, dan r yang dapat digunakan dalam membangun model STTF. Kriteria orde optimal yang dipilih adalah orde b minimum, orde s, r maksimum dari keseluruhan provinsi. Berdasarkan kriteria tersebut, maka orde yang terpilih untuk digunakan dalam model STTF adalah orde (0,3,1). Tahap selanjutnya yang dilakukan membentuk model sisaan STTF. Berdasarkan nilai AICC, model sisaan untuk STTF dengan pembobot ketetanggaan adalah STAR (1;1) dan model sisaan untuk STTF dengan pembobot kebalikan jarak adalah STAR (2;1) . Hasil peramalan menunjukkan bahwa model STTF mampu memprediksi nilai aktual lebih baik dibandingkan dengan model STARIMA. Hal ini ditunjukkan dengan nilai RMSE model STTF yang lebih kecil dibandingkan dengan model STARIMA. Hal ini dapat terlihat pada plot nilai prediksi yang cenderung mengikuti milai aktualnya. Selain itu, hasil perhitungan korelasi antara nilai aktual dan nilai prediksi dari model STTF juga menunjukkan korelasi yang paling kuat jika dibandingkan dengan model STAR yakni sebesar 0.53, semetara model STAR sebesar 0,21. Kata kunci: matriks pembobot spasial, space time ARIMA, space time transfer function, tikus sawah.id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subjectStatisticsid
dc.subjectForecasting modelid
dc.subject2016id
dc.subjectBogor-JABARid
dc.titlePerbandingan Peramalan Serangan Tikus Sawah pada Padi menggunakan Space Time ARIMA Space Time Transfer Functionid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record