Mutu Fisiologis dan Invigorasi Benih Jabon Putih [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser] Setelah Penyimpanan
View/ Open
Date
2018Author
Rustam, Evayusvita
Suharsi, Tatiek Kartika
Rahmad, Suhartanto M
Sudrajat, Dede J
Metadata
Show full item recordAbstract
Penurunan pasokan kayu dari hutan alam dan belum optimalnya produksi
hutan tanaman yang sebagian besar menggunakan jenis-jenis eksotik telah
mendorong pengembangan jenis-jenis lokal yang potensial. Salah satunya adalah
jabon putih [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser]. Pengembangan jabon putih
terkendala dengan ketersediaan benih bermutu tinggi yang sering kali sulit
didapatkan dan masih terbatasnya informasi mengenai mutu fisiologis benih
setelah penyimpanan serta metode invigorasi untuk meningkatkan vigor benih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mutu fisiologis benih jabon putih setelah
disimpan serta hubungannya dengan geo-iklim, unsur makro tanah dan
karakteristik morfo-fisiologis benih, mendapatkan metode priming dan dosis
iradiasi sinar gamma yang efektif untuk meningkatkan vigor benih jabon putih.
Penelitian terdiri dari tiga percobaan yaitu: (1) pengujian mutu fisiologis
benih jabon putih setelah penyimpanan selama 52 bulan, (2) invigorasi benih
dengan metode priming dan (3) invigorasi benih dengan metode iradiasi sinar
gamma. Pengujian mutu fisiologis benih menggunakan 8 provenan (Ogan
Kemiring Ilir, Alas Purwo, Nusa Kambangan, Kampar, Batu Hijau, Kapuas,
Pomalaa dan Garut) yang telah disimpan di refrigrator (suhu 0-4 ºC dan
kelembaban nisbi 40-50%) selama 52 bulan dengan kadar air awal antara 5.58-
7.52%. Invigorasi benih dilakukan dengan metode hydropriming (perendaman
air), osmoconditioning (perendaman dengan larutan polyethylene glicol 6000
kosentrasi 0, -0.4, -0.8 dan -1.2 MPa) dan hormone priming (perendaman dengan
larutan asam giberelat kosentrasi 0 250, 500 dan 750 ppm) selama 0, 12, 24 dan
48 jam serta radiasi sinar gamma dengan dosis 0-100 Gy.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah disimpan selama 52 bulan
terjadi penurunan mutu fisiologis benih kecuali provenan Batu Hijau (63.00-
67.50%). Kadar air kesetimbangan benih setelah disimpan antara 3.98 – 6.27%
dengan penurunan daya berkecambah untuk provenan Pomalaa (82.75-79.00%),
Alas Purwo (53.25-40.75%), Kapuas (75.25-38.75%), Kampar (69.00-26.50%),
Garut (62.25-15.75%), Nusa Kambangan (69.50-5.50%) dan Ogan Kemiring Ilir
(48.75-2.50%). Semakin besar garis bujur, berat benih dan kandungan protein
benih mengindikasikan mutu fisiologis benih semakin baik dan memiliki
kemampuan disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Osmoconditioning dengan perendaman PEG 6000 -1.2 MPa selama 24 jam
paling efektif meningkatkan nilai perkecambahan semua provenan, kecuali Batu
Hijau. Osmoconditioning dengan perendaman PEG 6000 -0.8 MPa selama 12 jam
dan PEG 6000 -0.8 MPa selama 24 jam efektif meningkatkan tinggi dan indek
kekokohan bibit semua provenan jabon putih.
Iradiasi sinar gamma tidak dapat meningkatkan vigor benih jabon putih.
Iradiasi dosis 40 Gy meningkatkan tinggi bibit pada semua provenan dan berat
kering total bibit pada semua provenan, kecuali untuk provenan Pomalaa. Indeks
kekokohan bibit meningkat pada dosis 20 Gy dan dosis 100 Gy meningkatkan
jumlah daun pada semua provenan. Secara umum PEG 6000 -0.8 MPa selama 12
jam dan iradiasi dosis 40 Gy dapat direkomendasikan sebagai teknik invigorasi
untuk memperbaiki vigor benih jabon putih.
Collections
- MT - Agriculture [3683]