Identifikasi dan Mitigasi Air Asam Tambang Melalui Hutan Rawa Buatan di Lahan Pasca Tambang
View/ Open
Date
2018Author
Yusmur, Armaiki
Ardiansyah, Muhammad
Mansur, Irdika
Metadata
Show full item recordAbstract
Metode identifikasi dan mitigasi sumber penyebab air asam tambang di lahan pasca
tambang berbeda dengan metode mitigasi air asam tambang (AAT) saat operasi
penambangan. Salah satu pilihan pengelolaan AAT adalah passive treatment melalui hutan
rawa buatan yang merupakan teknik yang dapat dilakukan di lahan pasca tambang.
Aplikasi penginderaan jarak jauh menggunakan teknologi Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) untuk mengidentifikasi distribusi AAT telah dilakukan sebagai bagian dari proses
mitigasi yang telah dilakukan di PT. Jorong Barutama Greston. Citra UAV ditafsirkan
secara visual untuk menghasilkan peta tutupan lahan. Lahan terbuka dari peta tutupan lahan
digunakan sebagai batas wilayah analisis untuk mitigasi sumber AAT. Warna tanah pada
gambar UAV digunakan sebagai area contoh dalam proses klasifikasi terbimbing untuk
membedakan pH yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa distribusi tanah dengan pH
antara 2 - ≤3 adalah 1,2 ha, pH >3 - ≤4 adalah 4,5 ha, dan pH >4 - ≤5 adalah 9 ha. Analisis
ini dapat menunjukkan bahwa hasil pemetaan dengan menggunakan foto udara efektif
untuk mengetahui pH tanah di lahan kosong sebagai sumber penyumbang asam terhadap
air dalam void dan digunakan sebagai masukan untuk perencanaan revegetasi dan arahan
pengelolaan AAT melalui hutan rawa sebagai upaya perbaikan kualitas air melalui biofitoremediasi.
Hutan rawa sebagai lahan basah merupakan salah satu usaha mitigasi AAT untuk
meningkatkan pH dan mengurangi kandungan logam berat. Keberhasilan hutan rawa yang
dibangun sebagai metode pasif melalui bio-fitoremediasi ditentukan oleh penentuan lokasi
yang tepat, pemilihan jenis tanaman, desain dan konstruksi hutan rawa serta pemeliharaan.
Typha latifolia, Melaleuca leucadendra, Melaleuca cajuputi, Nauclea subdita dan Nauclea
orientalis L. direkomendasikan sebagai tanaman pilihan lokal untuk fitoremediasi. Enam
variabel yang secara signifikan mempengaruhi penentuan lokasi untuk hutan rawa adalah
elevasi (T), kemiringan (S), tutupan lahan (L), area cathment (C), jarak dari saluran (K)
dan jarak dari kolam pemantauan (P). Model X = 0.2T + 0.2S + 0.1L + 0.15C + 0.3K +
0.05P diterapkan untuk menemukan area yang sangat sesuai untuk hutan rawa dengan nilai
α = 0,05 dan R-square (R2) 93,4%.
Collections
- MT - Agriculture [3682]