Strategi Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Gunung Tambora.
View/ Open
Date
2018Author
Rismunandar
Sulistyantara, Bambang
Fatimah, Indung Sitti
Metadata
Show full item recordAbstract
Taman Nasional Gunung Tambora (TNGT) ditetapkan menjadi taman nasional melalui Surat Keputusan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 7 April 2015 seluas 71 645.74 Ha yang secara administratif terletak di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan wisata alam di TNGT harus sesuai dengan fungsi kawasan, daya dukung serta obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA) di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis potensi dan daya tarik wisata alam; (2) menganalisis daya dukung; (3) menganalisis perspektif dan partisipasi masyarakat; dan (3) merumuskan strategi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat di TNGT.
Analisis potensi obyek dan daya tarik wisata alam menggunakan pedoman Analisis Daerah Operasi-Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) dan untuk menilai jenis wisata unggulan dianalisis dengan menghitung kualitas keindahan lanskap digunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Analisis daya dukung menggunakan formula Douglass (1982). Untuk menganalisis perspektif dan partisipasi masyarakat dengan analsis deskriptif. Sementara untuk merumuskan strategi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat di TNGT menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) dan SWOT.
Obyek dan daya tarik wisata alam di TNGT layak untuk dikembangkan. Adapun potensi wisata tersebut adalah: (1) padang savana; (2) flora dan fauna; (3) kaldera gunung tambora; (4) air terjun; (5) kebun kopi; (6) pura tambora; dan (7) rumah lebah madu. Obyek wisata yang menjadi unggulan adalah: (1) kaldera gunung tambora; (2) air terjun; (3) padang savana doro ncanga; dan (4) padang savana piong. Jumlah wisatawan yang sesuai dengan daya dukung ekologi kawasan untuk masing-masing wisata yaitu: (1) kegiatan berkemah 9 258 orang/tahun di lokasi Jalur Pancasila dan 3 600 orang/tahun di lokasi Jalur Kawinda Toi; (2) wisata piknik/rekreasi di Air Terjun Oi Marai sebanyak 2 034 orang/tahun. Perumusan strategi wisata alam berbasis masyarakat di TNGT dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah: (1) dalam mewujudkan wisata alam berbasis masyarakat di TNGT, aspek prioritas yang paling diutamakan adalah aspek ekonomi (39.7%), sosial (36.7%), dan ekologi (23.6%); (2) alternatif strategi dari aspek ekonomi mendapatkan hasil strategi prioritas yaitu meningkatkan dan memadukan promosi/pemasaran paket wisata alam beserta produk lokal; (3) alternatif strategi dari aspek sosial adalah dengan edukasi sejarah, konservasi dan lingkungan bagi wisatawan dan masyarakat lokal; dan (4) alternatif strategi dari aspek ekologi adalah penataan zonasi TNGT secara keseluruhan bersama masyarakat yang artinya mempertegas fungsi dari zonasi TNGT. Rumusan strategi dengan menggunakan analisis SWOT adalah: (1) Meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat dengan memberikan modal usaha untuk memproduksi dan menjual jasa/produk wisata guna meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat dan kepuasan wisata bagi pengunjung; (2) Melaksanakan penyuluhan dan edukasi tentang sejarah kawasan, konservasi dan pentingnya
menjaga lingkungan pada masyarakat disekitar TNGT; (3) Membangun infrastruktur penunjang dalam memenuhi kebutuhan wisata; (4) Mengoptimalkan promosi wisata TNGT; (5) Meningkatkan kapasitas SDM dari masyarakat sekitar kawasan untuk menunjang kegiatan wisata; (6) Melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat dalam pengelolaan sekaligus menjadikannya kontrol untuk pengawasan dan monitoring dalam kawasan wisata TNGT; (7) Memberikan sanksi dan efek jera bagi pelanggar yang sifatnya merusak kawasan dan fasilitas wisata TNGT