Potensi Senyawa Bioaktif Daun Karamunting (Melastoma malabathricum L.) pada Pematangan Gonad Kepiting Bakau (Scylla olivacea).
View/ Open
Date
2017Author
Farizah, Nuril
Muhammad Zairin Junior
Junior, Muhammad Zairin
Boediono, Arief
Suprayudi, Muhammad
Metadata
Show full item recordAbstract
Rangsangan pematangan gonad yang umum dilakukan pada golongan krustase adalah ablasi tangkai mata (ESA), namun memiliki kekurangan (memperpendek masa pakai induk, pembentukan vitelogenesis tidak sempurna sehingga mempengaruhi kualitas telur, menurunkan hatching rate, menurunkan jumlah nauplii per pemijahan dan survival post larva). Pendekatan lainnya dengan penggunaan hormon eksogen (hormon sintetik) yang memiliki efek estrogenik, namun penggunaannya dapat mencemari lingkungan perairan. Penggunaan hormon yang berasal dari ekstraksi suatu organ atau jaringan yang bersifat estrogenik juga telah dilakukan, namun memiliki keterbatasan dalam memperolehnya. Organ atau jaringan yang digunakan sebagai sumber material yang bersifat estrogenik, seperti kelenjar hipofisa, ganglion toraks, otak dan organ mandibular pada umumnya berukuran sangat kecil jadi diperlukan keterampilan khusus untuk mendapatkannya.
Penggunaan steroid dari tumbuhan yang memiliki aksi fisiologis serupa dengan hormon steroid pada hewan memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan. Tujuan umum penelitian ini adalah menguji potensi karamunting sebagai sumber pengganti hormon, yang berasal dari tumbuhan untuk digunakan pada proses reproduksi kepiting bakau. Secara garis besar untuk menjawab tujuan umum tersebut penelitian dibagi menjadi empat tahap dengan tujuan spesifik, yaitu : 1) Identifikasi dan karakterisasi kandungan senyawa bioaktif daun karamunting, 2) Evaluasi ekstrak etanol daun karamunting pada performa reproduksi mikrokrustase Daphnia sp. sebagai hewan model, 3) Evaluasi ekstrak etanol daun karamunting pada proses pematangan gonad kepiting bakau (S. olivacea) secara in vitro, dan 4) Evalusi ekstrak etanol daun karamunting pada proses pematangan gonad kepiting bakau (S. olivacea) secara in vivo.
Penelitian tahap pertama bertujuan mengevalusi kandungan senyawa bioaktif daun karamunting yang berpotensi sebagai agen dalam meningkatkan performa reproduksi kepiting bakau. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu identifikasi senyawa bioaktif, ekstraksi, fraksinasi dan karakterisasi menggunakan GC-MS. Hasil fitokimia menunjukkan bahwa daun karamunting mengandung flavonoid, tannin, saponin, fenolik, steroid dan triterpenoid sebagai senyawa bioaktif. Berdasarkan pengujian GC-MS, menunjukkan terdapat tiga senyawa bioaktif dengan nilai kemurnian > 90%, yaitu skualen, α-tokoferol dan sitosterol yang berperan sebagai agen bioaktif dalam meningkatkan kinerja reproduksi.
Penelitian tahap kedua bertujuan mengevaluasi pemberian ekstrak etanol daun karamunting dalam meningkatkan kinerja reproduksi mikrokrustase Daphnia sp. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu pembuatan ekstrak, penentuan konsentrasi ekstrak, produksi betina partenogenesis dan pengamatan 24 jam selama 9 hari. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat ulangan, yaitu; 1. kontrol (tanpa penambahan ekstrak) 2.penambahan ekstrak etanol daun karamunting dengan konsentrasi 50 ppm, 3.penambahan ekstrak etanol daun karamunting dengan konsentrasi 100 ppm dan 4.penambahan ekstrak etanol daun
karamunting dengan konsentrasi 200 ppm. Parameter yang diamati adalah frekuensi memijah dan jumlah anakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun karamunting secara signifikan memberikan pengaruh pada frekuensi memijah dan jumlah anakan pada Daphnia sp. Perlakuan perendaman ekstrak etanol daun karamunting dengan konsentrasi 50 ppm, memberikan jumlah anakan tertinggi (51.00 ± 1.00) dan frekuensi pemijahan lebih sering (5.75 ± 0.50) dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Perlakuan perendaman ekstrak etanol daun karamunting dengan konsentrasi 200 ppm, menunjukkan rerata jumlah anakan yang lebih rendah (33.33 ± 3.06) dibandingkan perlakuan kontrol (44.33 ± 1.53).
Tahap penelitian ketiga bertujuan mengevaluasi pengaruh ekstrak etanol daun karamunting pada perkembangan sel telur kepiting bakau secara in vitro. Tahap penelitian meliputi; pembuatan ekstrak karamunting, kultur in vitro jaringan ovari dan pembuatan preparat histologi. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini meliputi: A. (Explan ovari dengan penambahan hormon PMSG 5 IU), B.(Explan ovari dengan penambahan ekstrak etanol daun karamunting 1 mg/10 ml), C.( Explan ovari dengan penambahan hCG 5 IU) dan D.(Explan ovari tanpa penambahan hCG, PMSG dan ekstrak karamunting). Parameter yang diamati adalah pertambahan ukuran diameter sel telur dan perkembangan ovari (sel telur) yang dikultur secara in vitro melalui tampilan histologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak etanol daun karamunting dapat menstimulasi perkembangan sel telur kepiting bakau. Perlakuan ekstrak etanol daun karamunting memberikan rerata diameter sel telur yang lebih besar, yaitu (46.14 ± 2.66)μm dibandingkan dengan perlakuan kontrol (42.62 ± 2.35)μm. Perlakuan ekstrak etanol daun karamunting memiliki kisaran diameter sel telur yang lebih besar dibandingkan kontrol, yaitu: 30-70μm sedangkan perlakuan kontrol hanya 30-60 μm. Hasil pengamatan histologi menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun karamunting memberikan pengaruh pada explan jaringan ovari. Terlihat adanya butiran (granular-granular) mengisi sitoplasma sel telur. Granular ini nantinya akan terisi dengan glikoprotein, bahan baku kuning telur (vitelogenin).
Penelitian tahap keempat bertujuan mengevaluasi pengaruh ekstrak etanol daun karamunting dengan konsentrasi yang berbeda pada proses pematangan gonad kepiting bakau secara in vivo. Tahap penelitian terdiri dari; pembuatan ekstrak karamunting, pengujian secara in vivo, pemeliharaan selama 20 hari dan pengambilan sampel per lima hari, dan pembuatan preparat histologi. Perlakuan yang digunakan, sebagai berikut; A. Kontrol, penyuntikan dengan larutan aquabidest, sebanyak 100 μl, B. Penyuntikan ekstrak etanol daun karamunting dengan dosis 0.25 mg/g, C. Penyuntikan ekstrak etanol daun karamunting dengan dosis 0.5 mg/g, D. Penyuntikan ekstrak etanol daun karamunting dengan dosis 1 mg/g, dan E. Penyuntikan ekstrak etanol daun karamunting dengan dosis 2 mg/g. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri dari lima perlakuan dan tiga ulangan. Tiap perlakuan dianalisis per lima hari selama 20 hari (empat kali sampling). Parameter yang diamati adalah morforlogi makrokopis ovari, nilai GSI, HSI, konsentrasi estradiol 17 ß, diameter sel telur dan gambaran histologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun karamunting dengan dosis 1 mg/g, memberikan pengaruh pada percepatan pematangan gonad dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Perlakuan pemberian ekstrak etanol daun karamunting dengan dosis 2 mg/g, berperan sebagai inhibitor dalam proses reproduksi kepiting bakau.
Berdasarkan hasil dari seluruh tahap penelitian dapat disimpulkan bahwa karamunting (M. malabathricum L.) memiliki potensi sebagai agen bioaktif yang berperan dalam proses reproduksi baik sebagai stimulator (aprodisiak) maupun inhibitor (antifertilitas). Karamunting dapat digunakan sebagai pengganti hormon yang berperan dalam meningkatkan performa reproduksi pada kepiting bakau.
Collections
- DT - Fisheries [725]