Peran Hutan Kemasyarakatan Terhadap Mitigasi Iklim dan Nafkah Rumah Tangga Petani di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
View/ Open
Date
2017Author
Fitria, Deasy
Dharmawan, Arya Hadi
Prasetyo, Lilik Budi
Metadata
Show full item recordAbstract
Upaya penting dalam tindakan mitigasi iklim guna mengurangi emisi gas
rumah kaca dan peningkatan kesejahteraan masyarakat salah satu kebijakan
pemerintah, yaitu pengelolaan HKm (Hutan Kemasyarakatan). Penelitian ini
bertujuan menganalisis kontribusi ekonomi karbon terhadap pendapatan
rumahtangga yang bersumber dari kegiatan karbon inisiatif oleh masyarakat di
HKm di Desa Ngeposari Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
dan mengusulkan pola/model kelembagaan yang mendukung implementasi
pengembangan karbon inisiatif oleh masyarakat di kawasan HKm di Desa
Ngeposari Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam, pengamatan dan
analisis dokumen untuk mendapatkan data primer dan sekunder. Analisis
deskriptif dan teknik skoring digunakan untuk mengetahui struktur nafkah
rumahtangga petani dan tambahan insentif dari ekonomi karbon dengan beberapa
asumsi. Asumsi pertama dihitung berdasarkan pembagian rata untuk semua 254
KK. Asumsi kedua yaitu pembagian hasil penjualan menurut kesepakatan
koperasi, dengan semua pihak terkait yang dapat memanfaatkan hasil penjualan
karbon(benefit sharing). Asumsi ketiga pembagian hasil penjualan karbon seratus
persen dibagi berdasarkan luas andil lahan HKm yang dimiliki oleh rumah tangga
petani. Skenario ini tidak mengikuti skema bagi hasil kelompok Sedyo Makmur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan HKm menghasilkan
sumbangan ekonomi karbon terhadap pendapatan dan bisa menjadi alternatif
sumber nafkah bagi rumahtangga petani, tidak hanya dari sisi ekonomi, dari sisi
ekologi sebagai upaya mitigasi iklim yang berdampak kepada pemanasan global.
Dari sisi ekonomi dalam bentuk rupiah, penebangan tanaman jati yang sudah
direncanakan oleh kelompok tani dalam RKT Sedyo Makmur memang lebih
menguntungkan, dilihat dari besaran nominalnya.
Namun dari sisi ekologi (seperti jasa pengaturan iklim (penyimpan
karbon), hidrologis, keindahan pemandangan dan ekowisata serta manfaat
ekstraksi hutan non kayu), total nilai ekonomi ‘dengan penebangan’ akan lebih
rendah kurang lebih sebesar Rp 650.426.000,- jika dibandingkan dengan ‘tanpa
penebangan’. Kelembagaan terkait, seperti Kelompok tani Sedyo Makmur, Dinas
Kehutanan Gunungkidul, lembaga non goverment atau LSM dan, perusahaan atau
korporasi, diharapkan siap melaksanakan perdagangan karbon termasuk di
dalamnya.
Skema yang diusulkan dalam kelembagaan ini adalah skema bisnis kepada
komunitas, dimana Kelompok Tani Sedyo Makmur secara langsung dapat
menjual karbon yang berada di areal HKm kepada pihak penghasil emisi atau
pembeli karbon. Seperti yang sudah diterapkan oleh perusahaan swasta yang
membayarkan insentif karbon untuk Gunung Walat karena tetap dijaga
kelestariannya. Dengan keberhasilan Gunung Walat, skema ini bisa diadaptasi dan
diimplementasikan di Desa Ngeposari Daerah Gunungkidul yang sudah menjaga
kelestarian HKm.