Karakterisasi beberapa sifat tanah pada berbagai posisi lereng dan penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu
View/ Open
Date
2017Author
Putri, Marissa Dwi
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Tarigan, Suria Darma
Wahjunie, Enni Dwi
Metadata
Show full item recordAbstract
Sistem lahan terbentuk karena adanya proses geomorfologi dan
pedogenesis, proses-proses tersebut mempengaruhi bentuk lahan dan bentang
lahan. Bentuk lahan dikenal juga sebagai satuan penggunaan lahan yang pada fase
tertentu atau takson tertentu akan tergantung sistem pemetaan. Semakin detail
pemetaan semakin detail juga sifat-sifat tanah yang diamati sehingga dalam proses
pembentukkan Hidrology Respone Unit (HRU) yang biasa menganggap satuan
peta lahan dalam satu kesatuan ternyata memiliki sifat-sifat tanah yang berbeda
pada setiap satuan posisi lereng karena adanya perbedaan proses geomorfologi
dan pedogenesis pada setiap satuan lereng.
Penentuan areal lokasi penelitian menggunaan metode purposive
sampling, yaitu penentuan lokasi secara sengaja yang dianggap representatif.
Daerah penelitian di kawasan DAS Ciliwung Hulu, secara administrasi termasuk
Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor (Gambar 1). Lokasi
penelitian dapat ditempuh dari kota bogor sekitar ±1 jam, kemudian dilanjutkan
dengan jalan kaki karena tidak bisa dilalui dengan kendaraan sejauh 500 meter.
Lokasi penelitian telah ditentukan dari hasil overlay untuk mendapatkan tiga
satuan lereng atau satuan penggunaan lahan yang terdiri dari hutan sekunder
dengan koordinat 0641’27,98” Lintang Selatan dan 10659’21,68” Bujur Timur
pada ketinggian 1580mdpl, Kebun teh dengan koordinat 0640’18,78” Lintang
Selatan dan 10657’26,20” Bujur Timur pada ketinggian 1476 mdpl, Tegalan
dengan koordinat 0640’16,97” Lintang Selatan dan 10656’57,94 Bujur Timur
pada ketinggian 1355mdpl.
Prosedur penelitian dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama pengukuran
konfigurasi lereng dan pengumpulan contoh tanah. Tahap kedua analisis contoh
tanah di laboratorium fisika tanah Institut Pertanian Bogor dan analisis data
dengan menggunakan software MS-excel. Sebaran data selanjutnya di analisis
secara kuantitatif dengan teknik deskriptif untuk melihat variasi rata-rata, standar
deviasi dan koefisien keragaman yang selanjutnya di analisis sidik ragam dan uji
lanjut beda nyata terkecil (BNT).
Pengamatan meliputi pengkuran panjang lereng dan menentukan bentuk
dari masing-masing konfigurasi lereng. Parameter yang diamati yaitu Bobot isi,
permeabilitas, stabilitas agregat dan kadar bahan organik. Untuk pengambilan
sampel tanah utuh dilakukan dengan menggunakan ring sampel dan pengambilan
contoh tanah terganngu dengan menggunakan sekop kecil dan kantong plastik.
Selanjutnya sampel tersebut diukur berdasarkan penuntun analisis sifat-sifat
tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi lereng memiliki tingkat
keragaman tinggi pada beberapa penggunaan lahan. Dari pengamatan yang telah
dilakukan diketahui bahwa posisi lereng dapat dibagi menjadi tiga yaitu posisi
lereng atas, lereng tengah dan lereng bawah. Bobot isi dan pemeabilitas
merupakan parameter yang sangat berbeda nyata nilai keragamannya sehingga
dengan adanya keragaman sifat-sifat tanah pada berbagai posisi lereng, maka
satuan penggunaan lahan yang biasanya sifat-sifat tanahnya dianggap homogen
ternyata memiliki tingkat keragaman yang berbeda-beda sedangkan jenis tanah
dan kemiringan lereng juga sama. Sifat tanah yang memiliki tingkat keragaman
tertinggi yaitu permeablitas yang merupakan juga sifat tanah yang memiliki
pengaruh terhadap permodelan hidrologi yaitu SWAT , sehingga untuk satuan
penggunaan lahan yang telah diolah secara intensif pada daerah yang berlereng
memiliki keragaman yang berbeda-beda dan perlu adanya pembagian posisi
lereng yaitu atas, tengah , dan bawah.
Collections
- MT - Agriculture [3772]