Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri Karet di Kabupaten Landak Berbasis Keberlanjutan Cagar Alam Mandor
View/ Open
Date
2017Author
Novitawati, Ita
Widiatmaka
Budi, Sri Wilarso
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Landak merupakan salah satu wilayah di Provinsi Kalimantan
Barat yang memiliki posisi strategis sebagai wilayah pengembangan kawasan
industri di dalamnya. Pengembangan areal eks-pertambangan emas di wilayah
Mandor dan sekitarnya menjadi kawasan industri (industrial estate) yang ramah
lingkungan menjadi salah satu sasarannya dan karet merupakan komoditas yang
akan menjadi leading sector. Menjadi penting untuk diperhatikan ketika kawasan
industri ini berbatasan langsung dengan Cagar Alam Mandor (CA. Mandor)
sehingga dalam pengembangannya dibutuhkan pengendalian yang cukup ketat
supaya tidak mengganggu keberadaan cagar alam tersebut. Oleh karena itu perlu
adanya arahan pengembangan kawasan industri yang sesuai dengan tata guna
lahan yang ada serta perencanaan pengelolaan kawasan CA. Mandor dan wilayah
penyangga sekitarnya secara tepat dan berkelanjutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan arahan pengembangan
kawasan industri yang menjamin keberlanjutan CA. Mandor dengan tujuan antara:
(1) Menganalisis dinamika perubahan tutupan lahan di CA. Mandor dan kawasan
penyangganya; (2) Mengevaluasi kesesuaian lokasi untuk Kawasan Industri
Mandor dan bahan baku karet; (3) Menganalisis persepsi masyarakat mengenai
CA. Mandor serta prakiraan pengaruh dan dampak pembangunan Kawasan
Industri Mandor; (4) Menganalisis persepsi stakeholders terhadap upaya
pengelolaan kawasan CA. Mandor; dan (5) Membuat rekomendasi arahan rencana
pengembangan kawasan industri karet dan pengelolaan kawasan konservasi CA.
Mandor di Kabupaten Landak. Analisis tutupan lahan pada CA. Mandor dan
sekitarnya dilakukan untuk mengetahui dinamika perubahan tutupan lahan yang
terjadi dalam kurun waktu tahun 2000-2015. Evaluasi kesesuaian lokasi kawasan
industri dilakukan dalam dua tahap yaitu evaluasi kesesuaian dan ketersediaan
lahan untuk sumber bahan baku karet dengan metode matching dan evaluasi
kesesuaian lahan untuk lokasi industri dengan metode Multi Criteria Evaluation.
Untuk mengetahui fungsi dan keberadaan kawasan CA. Mandor, tingkat
ketergantungan dan aksesibilitas masyarakat terhadap kawasan, prakiraan
pengaruh dan dampak pembangunan Kawasan Industri Mandor (KIM)
menggunakan persepsi masyarakat, sedangkan untuk mengetahui kriteria penting
dalam pengelolaan CA. Mandor digunakan metode Analytical Hierarchy Process
berdasarkan persepsi stakeholders. Perencanaan pengelolaan CA. Mandor dan
arahan pengembangan kawasan industri disusun dengan pertimbangan hasil
analisis sebelumnya.
Data sekunder yang digunakan antara lain citra satelit SPOT Tahun 2015,
Peta Penutupan Lahan Kalimantan Barat Tahun 2000-2015 dan Peta Kawasan
Hutan, Peta Curah Hujan, Peta Rencana Pola Ruang, Peta perijinan perkebunan
dan kawasan pertanian tanaman pangan, Satuan Peta Tanah, Peta Lereng,
Dokumen ANDAL dan Peta Penggunaan lahan Kabupaten Landak, Peta kawasan
CA. Mandor dan hasil-hasil kegiatan teknis di CA. Mandor, Peta Sarana dan
prasarana Propinsi Kalimantan Barat, Peta batas administrasi serta citra Landsat 5,
7 dan 8. Data primer diperoleh dari hasil survey lapangan dan wawancara. Data
hasil wawancara antara lain adalah persepsi masyarakat, pendapat pakar/ahli di
bidang pengelolaan kehutanan dan atau lingkungan hidup untuk persepsi
stakeholders dan pakar untuk Multi Criteria Evaluation lokasi industri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama kurun waktu 15 tahun, CA.
Mandor telah mengalami perubahan tutupan hutan yang sangat signifikan. Hal ini
terlihat dari perubahan tutupan hutan sekitar 56,96% menjadi semak belukar dan
areal terbuka. Selain itu, perubahan kawasan berhutan menjadi lahan terbuka juga
terjadi menyebar di hampir seluruh wilayah penyangga. Berdasarkan metode
matching, kelas kesesuaian lahan untuk tanaman karet di Kabupaten Landak,
Kalimantan Barat adalah cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) serta kelas
kesesuaian tidak sesuai (N). Untuk ketersediaan lahan untuk pengembangan
tanaman karet, Kabupaten Landak hanya memiliki lahan sesuai (S) tersedia
sebesar 273.275,9 ha (33,13%) dan sisanya merupakan lahan tidak tersedia
sebesar 551.772 ha (66,87 %). Hasil analisis kesesuaian lahan untuk lokasi
kawasan industri diketahui untuk kelas lahan sangat sesuai (S1 hanya 5.579,3 ha
(0,67%) sedangkan lahan paling luas berada pada kelas sesuai marginal (S3)
dengan luas 438.805,6 ha (53,12%) dan untuk kelas tidak sesuai (N) sebesar
111.079,1 ha (13,44%). Untuk kesesuaian lokasi industri, KIM Blok I termasuk
dalam kelas S1 sedangkan KIM Blok II termasuk dalam kelas S2.
Sebagian besar masyarakat Mandor dan Kayu Ara memiliki persepsi tinggi,
mereka memandang hutan tidak hanya dari fungsi ekonomi dan sosial, tetapi
fungsi ekologis. Hasil wawancara juga menunjukan bahwa 95% responden
menyatakan mendukung dengan adanya KIM di wilayah mereka dan 59%
menyatakan bahwa pembangunan KIM akan berdampak positif terhadap Cagar
Alam Mandor serta 60 % responden menyatakan keberadaan industri tidak akan
merusak lingkungan. Berdasarkan hasil AHP, diperoleh tiga prioritas kriteria
penting dalam pengelolaan CA. Mandor yaitu pemberdayaan masyarakat sebagai
kriteria yang dianggap paling utama, kemudian kriteria SDM pengelola dan
aksesibilitas sebagai kriteria penting ketiga dimana aksesibilitas terhadap kawasan
berhubungan erat dengan tingkat gangguan, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keberlangsungan dan keutuhan kawasan.
Arahan perencanaan pengelolaan kawasan CA. Mandor mengacu pada
Permenhut Nomor P.48 tahun 2014 dimana kegiatan rehabilitasi dan restorasi
ekosistem dilakukan pada wilayah kawasan CA. Mandor dan sekitarnya yang
telah mengalami perubahan tutupan lahan. Kawasan Industri Landak perlu
didisain dan salah satunya adalah menambah luas Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Sedangkan untuk mengantisipasi ancaman dan gangguan akibat pembangunan
KIM, maka perlu adanya zonasi pada daerah penyangga CA. Mandor dibagi ke
dalam 3 jalur (zonasi) yaitu : (1) Jalur hijau; (2) Jalur interaksi; (3) Jalur budidaya.
Untuk mendukung kegiatan perindustrian berbahan baku karet di Kabupaten
Landak maka arahan pengembangan kawasan industri berbasis kesesuaian lahan
dan daya dukung lingkungan digunakan sebagai dasar arahan pemanfaatan ruang
bagi pemerintah daerah. Selain itu, penentuan lokasi kawasan industri seyogyanya
jauh dari kawasan konservasi.
Collections
- MT - Agriculture [3683]