Deliniasi dan Arahan Penggunaan Lahan Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Studi Kasus Daerah Penyangga di Kabupaten Bogor).
View/ Open
Date
2017Author
Kurniawan, Iwan
Barus, Baba
Pravitasari, Andrea Emma
Metadata
Show full item recordAbstract
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) memiliki potensi
keanekaragaman hayati yang tinggi dan menghasilkan berbagai jasa lingkungan
yang berperan penting sebagai sistem penyangga kehidupan, tetapi masih
menghadapi berbagai permasalahan yang mengancam kelestariannya akibat
tekanan masyarakat yang sebenarnya juga sangat bergantung dari keberadaan
kawasan TNGHS. Kerusakan kawasan TNGHS salah satunya disebabkan oleh terus
meluasnya konversi hutan menjadi lahan garapan dan permukiman oleh masyarakat
sekitar. Pengendalian terhadap konversi lahan tersebut perlu dilakukan untuk
mencegah terus terjadinya kerusakan kawasan TNGHS. Pengendalian dapat
dilakukan secara efektif apabila telah diketahui wilayah-wilayah yang rentan akan
mengalami konversi lahan dengan cara mempelajari pola dan tren perubahan
penggunaan lahan yang telah terjadi untuk kemudian digunakan memprediksi
penggunaan lahan pada masa depan.
Wilayah di sekitar taman nasional seharusnya diharapkan mampu berperan
sebagai penyangga fisik maupun ekologis bagi taman nasional, bukan malah
memberikan tekanan terhadap kawasan taman nasional. Melihat kegagalan fungsi
dari daerah penyangga kawasan TNGHS, maka diperlukan pengelolaan daerah
penyangga untuk mengatasi tekanan masyarakat terhadap kawasan TNGHS.
Wilayah-wilayah yang memenuhi kriteria untuk dikelola sebagai daerah penyangga
kawasan TNGHS perlu diidentifikasi dan dideliniasi untuk kemudian ditetapkan
sebagai daerah penyangga. Pengelolaan daerah penyangga salah satunya dilakukan
melalui peningkatan produktivitas lahan dengan tetap memperhatikan kelestarian
kawasan taman nasional. Oleh karena itu diperlukan arahan penggunaan lahan pada
daerah penyangga.
Penelitian ini mengambil studi kasus di kawasan TNGHS wilayah Kabupaten
Bogor dan kecamatan penyangganya di Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) menganalisis perubahan penggunaan/penutupan lahan di dalam kawasan
TNGHS wilayah Kabupaten Bogor dan kecamatan penyangganya, (2) memprediksi
penggunaan/penutupan lahan dan sensitivitas serta tren perubahan penggunaan/
penutupan lahan di dalam kawasan TNGHS wilayah Kabupaten Bogor dan
kecamatan penyangganya pada tahun 2025, (3) mendeliniasi daerah penyangga
yang sesuai untuk kawasan TNGHS wilayah Kabupaten Bogor (4) menyusun
arahan penggunaan lahan pada daerah penyangga kawasan TNGHS di wilayah
Kabupaten Bogor. Perubahan penggunaan/penutupan lahan dianalisis berdasarkan
hasil interpretasi dan klasifikasi citra satelit multi temporal. Pemodelan perubahan
penggunaan lahan menggunakan metode multi-layer perceptron neural network
dengan Markov chain (MLPNN-M) digunakan untuk memprediksi penggunaan/
penutupan dan sensitivitas serta tren perubahan penggunaan/penutupan lahan pada
tahun 2025. Deliniasi daerah penyangga dilakukan menggunakan metode matching
antara kriteria daerah penyangga dengan kondisi fisik dan ekologi wilayah
penyangga. Arahan penggunaan lahan pada daerah penyangga dianalisis secara
spasial dan deskriptif dengan mempertimbangkan kondisi penggunaan/penutupan
tahun 2015, prediksi perubahan penggunaan lahan pada tahun 2025, pola ruang
RTRW Kabupaten Bogor 2016-2036, sebaran kawasan lindung dan kondisi
kemampuan lahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan/penutupan
lahan antara tahun 2005-2015 berupa penurunan luasan hutan lahan kering primer
sebesar 2.45%, hutan lahan kering sekunder sebesar 3.23%, kebun campuran
sebesar 9.47%, dan lahan pertanian sebesar 4.11% serta diikuti kenaikan luasan
perkebunan sebesar 4.17%, permukiman sebesar 75.21% dan semak belukar
sebesar 25.31%. Penggunaan/penutupan lahan pada tahun 2025 diprediksi berupa
hutan lahan kering primer (35.43%), hutan lahan kering sekunder (20.43%), kebun
campuran (7,70%), perkebunan (5,55%), permukiman (9.90%), lahan pertanian
(19.05%), semak belukar (1.43%) dan tubuh air (0.51%). Lahan yang rentan atau
sensitif mengalami perubahan antara tahun 2015-2025 adalah lahan-lahan pada
kawasan hak guna usaha (HGU), batas kawasan TNGHS, hutan lindung, batas
kawasan hutan produksi, lahan pertanian dan kebun campuran. Tren perubahan
penggunaan/penutupan lahan antara tahun 2015-2025 yang perlu diwaspadai dan
segera dikendalikan karena cenderung mengancam keberadaan kawasan TNGHS
adalah tren perubahan penggunaan/penutupan lahan menjadi hutan lahan kering
sekunder di Kecamatan Sukajaya dan Nanggung; tren perubahan penggunaan/
penutupan lahan menjadi perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Sukajaya; tren
perubahan penggunaan/penutupan lahan menjadi lahan pertanian di Kecamatan
Nanggung, Leuwiliang, dan Pamijahan; serta tren perubahan penggunaan/
penutupan lahan menjadi semak belukar di Kecamatan Nanggung dan Pamijahan.
Daerah penyangga potensial kawasan TNGHS wilayah Kabupaten Bogor seluas
41,646 hektar yang tersebar pada 74 desa di 10 kecamatan. Arahan penggunaan
lahan pada daerah penyangga kawasan TNGHS di wilayah Kabupaten Bogor
merupakan masukan untuk penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Bogor
yang terdiri dari l4 tipe arahan penggunaan lahan dengan proporsi arahan
penggunaan lahan sebagai tanaman tahunan mendominasi 41.67% dari total luas
daerah penyangga.
Collections
- MT - Agriculture [3683]