Studi Resiliensi Spasial Pulau-pulau Kecil: Kasus Kawasan Konservasi Perairan Nasional, Taman Wisata Perairan Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan (Gili Matra), Nusa Tenggara Barat.
View/ Open
Date
2017Author
Kurniawan, Fery
Adrianto, Luky
Bengen, Dietriech Geoffrey
Prasetyo, Lilik Budi
Metadata
Show full item recordAbstract
Pulau-pulau kecil memiliki keterbatasan sumberdaya alam, terisolasi dan
jauh dari wilayah teritorial, dan terpapar bencana alam, sehingga pulau kecil
memiliki karakteristik dan kerentanan khusus terhadap pengaruh global, regional,
dan lokal. Untuk itu, penting kiranya memahami resiliensi, kerentanan dan daya
dukung kawasan sebagai dasar menyusun bentuk pengelolaan yang sesuai dan
berkelanjutan. Penelitian bertujuan untuk menilai resiliensi spasial di pulau-pulau
kecil, dengan kerangka sistem ekologi-sosial (SES) yang terintegrasi
menggunakan metode dan analisis kerentanan, daya dukung, kapasitas adaptif dan
siklus adaptif berdasarkan pendekatan sejarah dan model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan ruang yang terjadi
mempengaruhi dinamika dari variabel-variabel resiliensi spasial di Pulau Gili
Matra, baik untuk biokapasitas (BC), spasial ecological footprint (SEF), indeks
konektivitas (CI) dan heterogenitas spasial (SH). Pulau Gili Matra memiliki
tingkat resiliensi dari moderat hingga tidak resilien, dan memiliki kapasitas
adaptif dari tinggi hingga sedang (satu sampai enam tahun). Variabel-variabel
yang memilik kapasitas adaptif yang baik adalah variabel CI dan SH, meskipun di
Pulau Gili Meno variabel BC juga mengindikasikan kapasitas adaptif yang baik.
Berdasarkan penilaian dan simulasi, nilai total resiliensi di Pulau Gili Ayer
berkisar antara 0.566551 sampai 0.51322 (moderat), Gili Meno berkisar antara
0.604796 sampai 0.608992 (resilien) dan Gili Trawangan berkisar antara
0.326409 sampai 0.142658 (resiliensi rendah hingga tidak resilien).
Berdasarkan nilai-nilai yang ada, Pulau Gili Matra berada pada fase
reorganisasi untuk Pulau Gili Ayer dan Gili Meno dan eksploitasi untuk Pulau
Gili Trawangan dalam siklus adaptif resiliensi. Kondisi ini menegaskan bahwa
Pulau Gili Ayer dan Meno sedang terjadi penyusunan kembali struktur-struktur
spasial dan arah pembangunan yang ada, yaitu wisata pulau kecil, yang
menunjukkan geliat pembangunan, sedangkan untuk Pulau Gili Trawangan
menggambarkan pembangunan dan pertumbuhan wisata yang intensif. Untuk itu,
upaya pengelolaan harus dilakukan agar fase-fase yang ada dapat dilewati,
sehingga sistem tidak berkutat pada fase eksploitasi saja, tanpa melewati fase
konservasi, pelepasan dan reorganisasi, sehingga sistem spasial dapat resilien dan
pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.
Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari hasil studi, yaitu Kawasan Pulau
Gili Matra memiliki tingkat kerentanan dari kelas rendah sampai moderat, namun,
dengan melihat nilai Coastal Water Quality Indeks (CWQI) yang buruk, EF yang
tinggi dan BC yang rendah, serta hasil simulasi perubahan lahan, maka tingkat
kerentanan kawasan akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini diperkuat
dari hasil penilaian kapasitas adaptif yang rendah dan waktu yang lama dari titik
tekan yang ada, dan terkonfirmasi dari hasil penilaian resiliensi yang rendah.
Collections
- DT - Fisheries [725]