Pemodelan Keparahan Penyakit Blas ( Pyricularia oryzae Cav.) pada Tanaman Padi di Kabupaten Subang.
View/ Open
Date
2017Author
Zulaika
Soekarno, Bonny Poernomo Wahyu
Nurmansyah, Ali
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit blas (Pyricularia oryzae Cav.) merupakan salah satu penyakit
utama pada tanaman padi di Indonesia. Banyak faktor yang memengaruhi
terjadinya penyakit blas diantaranya intensifikasi budidaya tanaman padi,
penggunaan berbagai bahan kimia yang berlebihan dalam teknik pengendalian,
serta kondisi cuaca yang sesuai bagi perkembangan penyakit ini. Berbagai teknik
pengendalian seperti penggunaan varietas tahan, pengaturan waktu tanam, rotasi
tanaman, perlakuan benih dan pemupukan unsur hara telah dilakukan namun
belum menunjukkan hasil yang nyata. Penelitian terkait penyusunan model
keparahan penyakit blas berdasarkan faktor budidaya dan unsur iklim merupakan
salah satu alternatif pengendalian penyakit blas yang potensial dan belum banyak
dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model peramalan keparahan
penyakit blas berdasarkan faktor praktik budidaya yang dilakukan oleh petani,
unsur iklim dan letak geografi, serta mengetahui korelasi antara infeksi patogen
pada benih sebelum tanam dan setelah panen. Faktor praktik budidaya meliputi
kerentanan varietas, aplikasi jerami, sistem penanaman, pengandalian gulma,
intensitas penggunaan herbisida, intensitas penggunaan fungisida, intensitas
aplikasi pupuk N dan umur tanaman. Faktor unsur iklim meliputi suhu,
kelembapan dan curah hujan serta kondisi letak geografi seperti ketinggian
tempat. Penyusunan model menggunakan analisis regresi liner berganda.
Penelitian dilaksanakan pada November 2016 hingga April 2017. Pengamatan
infeksi penyakit blas di lapangan dilakukan di Kecamatan Cisalak (Subang
Selatan) dan Kecamatan Sukamandi (Subang Utara) Kabupaten Subang, Jawa
Barat. Pengambilan data cuaca harian dilakukan di Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. Pengamatan patogen terbawa benih menggunakan metode blotter
test dilakukan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi
Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Keparahan penyakit blas di Kecamatan Cisalak dan Sukamandi berturutturut
4.37-37.23% dan 1.34-20.63%. Hasil persamaan pemodelan keparahan
penyakit blas yaitu Y= -67.1797+5.51896X1-10.5418X2 +13.2687X3+
8.51078X4+ 2.2940X5+ 1.320167X6 +8.47796X7 +0.310759X8 +4.53702X9 (nilaip
<0.0001, R2 0.8500). Intensitas penggunaan pupuk N dan umur tanaman
memiliki hubungan yang nyata terhadap peningkatan keparahan penyakit blas.
Peningkatan 1 kali intensitas pupuk N dapat meningkatkan keparahan penyakit
blas sebesar 8.478%. Peningkatan umur tanaman setiap harinya meningkatkan
keparahan penyakit sebesar 0.31%. Infeksi patogen pada benih setelah panen
memiliki korelasi positif yang kuat dengan infeksi sebelum tanam dengan nilai
korelasi 0.7817, artinya keparahan penyakit benih setelah panen dipengaruhi
sebesar 78.17% infeksi patogen benih sebelum tanam. Hal ini diperkuat dengan
hasil analisis regresi linier sederhana Y= 5.98+2.41X (nilai-p: 0.0076, R2: 0.6111)
yang menunjukkan bahwa kenaikan 1% patogen terbawa benih sebelum tanam
akan meningkatkan persentase keparahan penyakit sebesar 2.41% setelah benih
dipanen.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel
memiliki pengaruh sebesar 85% terhadap perkembangan keparahan penyakit blas.
Secara parsial variabel umur tanaman dan intensitas penggunaan pupuk N
berpengaruh sangat nyata terhadap perkembangan penyakit blas dengan asumsi
faktor lain konstan. Hasil deteksi dan analisis regresi menunjukkan bahwa infeksi
patogen terbawa benih setelah panen memiliki korelasi positif yang kuat dengan
infeksi patogen setelah benih dipanen dan menjadi sumber inokulum potensial
pada masa tanam berikutnya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
menyusun teknik pengendalian secara preventif dan mengurangi risiko patogen
terbawa benih yang berperan sebagai sumber inokulum awal.
Collections
- MT - Agriculture [3772]