Penilaian Risiko dan Arahan Mitigasi Bencana Banjir di Wilayah Cekungan Bandung
View/ Open
Date
2017Author
Hannan, Muh. Fitrah Irawan
Hidayat, Yayat
Tjahjono, Boedi
Metadata
Show full item recordAbstract
Banjir merupakan salah satu bencana hidrometereologi yang jumlah
kejadiannya tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana) bahwa dalam kurun waktu tahun 2000 – 2016 di seluruh
provinsi di Indonesia tercatat ada 7106 kejadian banjir dimana jumlah kejadian
banjir yang paling tinggi yaitu pada tahun 2010 sebanyak 1024 kejadian Provinsi
Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumah kejadian banjir yang tinggi sebesar
863 jumlah kejadian banjir, dan jumlah kejadian banjir terbesar berada di
Kabupaten Bandung yang tercatat 228 kejadian. Salah satu penyebab banjir yaitu
kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang belum terkelola dengan baik, dan terdapat
Cekungan Bandung sebagai penyebab daerah penelitian menjadi daerah langganan
banjir. Bencana alam seperti banjir mungkin tidak dapat kita cegah secara langsung,
tapi kita dapat mengurangi risiko yang ditimbulkan dari bencana tersebut.Salah satu
upaya untuk mengurangi risiko bencana yaitu dengan melakukan kajian penilaian
risiko bencana. Penilaian risiko banjir sangatlah diperlukan sebagai bahan masukan
untuk menyusun kebijakan pengelolahan lahan, dengan adanya hal tersebut
diharapkan pemerintah dapat mengambil keputusan yang tepat sehingga kerugian
akibat bencana tersebut dapat kita kurangi.
Metode yang digunakan untuk penilaian risiko di wilayah Cekungan Bandung
adalah dengan mengidentifikasi potensi bahaya banjir dengan memanfaatkan data
DEM (Digital Elevation Model) dengan metode Modifikation Topografi Wetness
Indeks dan menduga tingkat kerentanan dengan metode spasial MCDA (Multi
Criteria Decision Analysis) yang menggabungkan kerentanan fisik, sosial, dan
ekonomi. Arahan mitigasi banjir dianalisis secara deskriptif dengan
membandingkan hasil analisis resiko dengan data penggunaan lahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelas bahaya tinggi di lokasi penelitian
yaitu 2,36 % dari total luas daerah rawan banjir, bahaya sedang 7,15 %, bahaya
rendah 90,49 %. Secara administrasi Kecamatan Baleendah, Ciparay, Katapang,
Dayeuhkolot, dan Bojongsoang merupakan lokasi dengan bahaya tinggi yang
cukup luas. Kemudian secara administrasi Kecamatan Baleendah merupakan
lokasi dengan kerentanan tinggi yang terluas yaitu 257,58 ha atau 4,95 % dari total
luas daerah terdampak bahaya, diikuti dengan Kecamatan Margahayu seluas 151,03
ha (2,90 %), Kecamatan Katapang seluas 134,55 ha (2,59 %). Untuk kelas risiko
tinggi terdapat pada Kecamatan Baleendah, Margahayu, Katapang, Dayeuhkolot
dengan masing-masing luas daerah risiko adalah 383,46 ha, 151,19 ha, 142,78 ha,
74,61 ha. Dapat disimpulkan bahwa banjir di wilayah Kecamatan Baleendah,
Bojongsoang, Dayeuhkolot serta daerah lain yang merupakan titik rawan banjir
disebabkan kawasan tersebut memiliki elevasi lebih rendah dibandingkan aliran
Sungai Citarum dan padatnya pemukiman di wilayah tersebut.
Arahan mitigasi banjir di Cekungan Bandung dibagi kedalam 5 zona. Zona V
merupakan zona prioritas dalam penanggulangan banjir di wilayah Cekungan
Bandung. Arahan mitigasi pada zona tersebut yaitu pembuatan saluran drainase
perkotaan yang dibuat dengan rekayasa teknik sipil untuk mengalirkan air dari
cekungan-cekungan terendah. Menurunkan tingkat kerentanan dengan peningkatan
kapasitas masyarakat melalui program penyuluhan pengelolaan lingkungan dan
sampah, serta kemampuan tanggap bencana. Selain itu dilakukan upaya mitigasi di
DAS Citarum Hulu yang bertujuan untuk mengurangi debit aliran yang masuk ke
Cekungan Bandung dengan penataan ruang di DAS Citarum Hulu, Rehabilitasi
hutan dan lahan terutama pada lahan kritis, dan Penegakan hukum pada penggunaan
lahan yang tidak sesuai pola ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Jawa Barat
Collections
- MT - Agriculture [3778]