Kajian Pengelolaan Ekosistem Mangrove Secara Berkelanjutan Kota Tarakan Kalimantan Timur (Studi Kasus Desa Binalatung Kecamatan Tarakan Timur)
Abstract
Potensi sumberdaya pesisir Kota Tarakan, hingga saat ini belum mengalami pengelolaan yang optimal. Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu potensi yang dimiliki, dan saat ini mengalami degradasi yang sangat tinggi. Kondisi tersebut akan berdampak terhadap keberlanjutan pembangunan di masa yang akan datang. Pengelolaan sumberdaya secara optimal dan berkelanjutan akan memberikan manfaat terhadap masyarakat (welfare society) dan manfaat terhadap negara (welfare state). Tujuan penelitian yaitu 1) Mengetahui potensi dan permasalahan pemanfaatan ekosistem hutan mangrove, 2) Merumuskan alternatif pengelolaan ekosistem hutan mangrove. Penelitian ini bersifat studi kasus (case study) dengan mengambil data primer dan data sekunder. Analisis yang dilakukan adalah analisis potensi biofisik, analisis NET (nilai ekonomi total) dan analisis MCDM (multy criteria decision making). Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai kerapatan relatif jenis (RDi) api-api (Avicennia sp) sebesar 51,37% dan prepat (Sonneratia sp) sebesar 48,63%, nilai frekuensi relatif jenis (RFi) api-api (Avicennia sp) sebesar 50% dan prepat (Sonneratia sp) sebesar 50%, nilai penutupan relatif jenis (RCi) api-api (Avicennia sp) sebesar 49,86% dan prepat (Sonneratia sp) sebesar 50,14%, berdasarkan hasil tersebut diperoleh bahwa peranan api-api (Avicennia sp) lebih dominan dalam ekosistem dibanding dengan jenis prepat (Sonneratia sp) dengan indeks nilai penting (INP) untuk api-api (Avicennia sp) sebesar 151,23 dan prepat (Sonneratia sp) sebesar 148,77. Nilai ekonomi total (NET) diperoleh Rp.1.112.305.240. Hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh bahwa penyebab utama terjadinya degradasi hutan mangrove yakni sedimentasi di muara sungai dan genangan air tawar yang tinggi. Untuk itu diperlukan alternatif pengelolaan ekosistem hutan mangrove kedepan. Berdasarkan hasil analisis MCDM diperoleh bahwa program rehabilitasi kawasan hutan mangrove merupakan alternatif utama dengan nilai keputusan 0,525, dan alternatif kedua yakni program pengelolaan DAS dengan nilai keputusan 0,418.
Collections
- MT - Fisheries [2934]