Pengaruh Jamu Veteriner pada Frekuensi Napas, Frekuensi Denyut Jantung, dan Suhu Rektal Induk Domba Pascamelahirkan.
Abstract
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa jamu veteriner merupakan jamu
yang digunakan untuk meningkatkan performa ternak domba. Domba
pascamelahirkan umumnya mengalami kondisi fisiologis yang tidak stabil akibat
stres pascamelahirkan. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh adanya peningkatan
suhu rektal, frekuensi denyut jantung, dan frekuensi napas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur pengaruh jamu veteriner pada respons fisiologis induk
domba pascamelahirkan. Sebanyak 15 ekor domba betina pascamelahirkan
digunakan dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan, yaitu kontrol (tidak diberi jamu),
perlakuan 1 (diberi jamu sebanyak 3 mL setiap 3 hari sekali), dan perlakuan 2
(diberi jamu sebanyak 3 mL setiap 6 hari sekali). Pemberian jamu veteriner
dilakukan pada pagi hari selama 90 hari melalui pencekokan. Pengambilan data
fisiologis dilakukan setiap 6 hari sekali. Parameter yang diamati adalah frekuensi
napas, frekuensi denyut jantung, dan suhu rektal. Pengukuran mikroklimat
dilakukan sebagai data pendukung untuk lingkungan kandang penelitian. Data
dianalisis menggunakan one way ANOVA, Tukey’s test, dan Uji Regresi Linear.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok domba yang diberi jamu veteriner
memiliki frekuensi denyut jantung dan suhu rektal yang lebih rendah dibanding
dengan kelompok kontrol. Akan tetapi, frekuensi napas kelompok domba yang
diberi jamu veteriner tidak berbeda secara signifikan dari domba kontrol. Selain
itu, pemberian jamu veteriner menunjukkan korelasi positif antara denyut jantung
dan frekuensi napas sebesar 0.029 dan antara suhu rektal danfrekuensi napas
sebesar 0.036. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian jamu veteriner
pada domba pascamelahirkan mampu menurunkan frekuensi denyut jantung dan
suhu rektal (p<0.05), namun tidak berpengaruh pada frekuensi napas (p>0.05).
Frekuensi pemberian jamu veteriner yang efektif berdasarkan penelitian ini adalah
6 hari sekali.