Efektivitas Pemberian Jamu Atoke sebelum Periode Kebuntingan pada Perbaikan Gambaran Darah Merah Tikus Betina (Rattus norvegicus).
Abstract
Gangguan kesuburan sering dialami oleh wanita usia produktif di Indonesia.
Jamu atoke merupakan jamu yang secara empiris diyakini dapat memperbaiki
kesuburan pada wanita. Penelitian ini bertujuan mempelajari efek pemberian jamu
atoke sebelum periode kebuntingan pada perbaikan gambaran darah merah tikus
betina. Sebanyak 18 ekor tikus betina dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan
dengan 6 ulangan, yaitu kontrol (tidak diberi jamu atoke), perlakuan JAD (diberi
jamu atoke konsentrasi 2.5%), dan perlakuan JAL (diberi jamu atoke konsentrasi
5%). Jamu atoke diberikan selama 30 hari melalui air minum. Variabel yang diamati
antara lain jumlah sel darah merah (BDM), nilai hematokrit (PCV), dan hemoglobin
(Hb). Pengambilan sampel darah dilakukan pada periode awal (hari ke-8) dan akhir
(hari ke-16) kebuntingan. Data yang diperoleh diuji ANOVA dan dilanjutkan uji
Tukey dengan tingkat kepercayaan 95%. Korelasi antara BDM, PCV, dan Hb diuji
regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki
jumlah BDM, PCV, dan Hb paling rendah dibandingkan dengan kelompok lainnya,
sedangkan kelompok perlakuan JAL memiliki nilai tertinggi. Jumlah BDM semua
kelompok perlakuan berbeda secara signifikan (p<0.05) pada periode akhir
kebuntingan. Nilai PCV kelompok JAD dan JAL tidak berbeda secara signifikan
(p>0.05). Kadar hemoglobin kedua kelompok ini juga tidak berbeda secara
siginifikan (p>0.05) pada periode akhir kebuntingan. Hasil analisis regresi linear
menunjukkan bahwa BDM, PCV, dan Hb memiliki korelasi positif dan
menghasilkan nilai koefisien determinasi (r2) yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian jamu atoke konsentrasi 2.5% dan
konsentrasi 5% dapat meningkatkan jumlah BDM, nilai PCV, dan kadar Hb.
Konsentrasi efektif jamu atoke adalah konsentrasi 2.5%.