Pemodelan Spasial Pemilihan Opsi Manajemen Di Kph Bogor
View/ Open
Date
2016Author
Hutauruk, Ricca Rohani
Puspaningsih, Nining
Saleh, Muhammad Buce
Metadata
Show full item recordAbstract
Kelestarian hasil hutan merupakan tanggung jawab semua pihak, termasuk KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Bogor. Sebagai suatu Badan Usaha Milik Negara di bidang kehutanan (Perhutani), KPH Bogor dituntut untuk dapat menjaga keberlanjutan hutan, dan keberlanjutan usahanya. Tetapi kenyataannya, sampai saat ini kelestarian tersebut belum dapat dicapai oleh KPH Bogor. Beberapa tahun terakhir, KPH Bogor mengalami banyak masalah baik teknis, lingkungan dan sosial, sehingga mempengaruhi finansial perusahaan. Kondisi yang dialami tersebut tentunya mensyaratkan perlunya terobosan-terobosan baru berupa opsi manajemen dalam pengelolaan hutan KPH Bogor. Saat ini KPH Bogor telah merumuskan 12 opsi manajemen. Permasalahan yang kemudian muncul adalah dimana lokasi tiap opsi manajemen akan diterapkan.
Tujuan penelitian ini adalah identifikasi peubah dan membangun model spasial dalam memilih opsi manajemen tingkat tapak di KPH Bogor. Model spasial dibangun berdasarkan peubah yang diidentifikasi dari expert judgment menggunakan metoda ranking. Hasilnya adalah sejumlah peubah dari berbagai kriteria. Peubah dari kriteria lingkungan adalah ketinggian, topograpi, jenis tanah, kedalaman solum tanah, batuan, Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan tingkat erosi. Peubah dari kriteria ekonomi adalah kelas hutan, jenis tanaman, potensi wisata, kemudahan aksesibilitas, dan kemudahan tenaga kerja. Peubah dari kriteria sosial adalah intensitas pencurian, intensitas perencekan, intensitas penggarapan, dan intensitas penggembalaan. Model spasial juga dibangun berdasarkan perhitungan skor tiap unit lahan menggunakan skala intensitas, sementara bobot diperoleh dengan menggunakan pairwise comparison yang juga menggunakan expert judgment, sehingga model spasial dapat ditulis dalam persamaan matematis berikut : Total skor untuk penataan hutan produksi = 0.14 (0.06x1 + 0.11x2 + 0.09x3 + 0.08x4 + 0.10x5 + 0.31x6 + 0.25x7) + 0.72 (0.08y1 + 0.22y2 + 0.46y3 + 0.13y4 + 0.12y5) + 0.14 (0.45z1 + 0.05z2 + 0.44z3 + 0.06z4). Sementara total skor untuk penataan hutan lindung = 0.49 (0.06x1 + 0.11x2 + 0.09x3 + 0.08x4 + 0.10x5 + 0.31x6 + 0.25x7) + 0.07 (0.08y1 + 0.22y2 + 0.46y3 + 0.13y4 + 0.12y5) + 0.44 (0.45z1 + 0.05z2 + 0.44z3 + 0.06z4). Hasil total skor kemudian dibagi menjadi 5 kelas menggunakan metode equal interval. Hasil setiap opsi manajemen, kemudian diagregasi dengan menggunakan SIG untuk menghasilkan pola manajemen KPH Bogor. Pada wilayah yang terjadi “over lap” karena memiliki kesamaan opsi, dilakukan decision support system menggunakan analisis spasial kesamaan dengan tetangga.
Hasil model spasial telah diverifikasi dengan tingkat erosi yang dianalisis pada kondisi dimana opsi manajemen berhasil diterapkan. Model ini memberikan produkstivitas lahan karena opsi terpilih tidak hanya terdiri dari satu tanaman pokok, tetapi juga dengan adanya sistem penanaman lahan di bawah tegakan dari berbagai jenis tanaman. Model ini juga dapat mengurangi konflik sosial terhadap masyarakat, karena opsi terpilih melibatkan masyarakat dan stakeholder dan juga berimplikasi terhadap lingkungan dan sesuai dengan tata ruang wilayah Bogor.
Dengan metoda tersebut maka model spasial dapat dibangun dengan berbagai peubah biofisik, sosial dan ekonomi. Model spasial ini dapat memetakan 12 macam opsi manajemen pada tingkat petak di penataan produksi di KPH Bogor dan 7 macam opsi manajemen pada tingkat petak di penataan lindung.
Collections
- MT - Forestry [1412]