Karakteristik, Gaya Kepemimpinan dan Perilaku Komunikasi GPPT dengan Penilaian Kapasitas Kelembagaan Sekolah Peternakan Rakyat
View/ Open
Date
2017Author
Zakiah
Saleh, Amiruddin
Matindas, Krishnarini
Metadata
Show full item recordAbstract
Perkembangan peternakan di Indonesia secara umum masih
memprihatinkan. Sebagian besar produksi daging sapi di Indonesia hampir
seluruhnya diperoleh dari peternakan rakyat (78%), sisanya dari impor. Pola
pemeliharaan ternak di Indonesia didominasi oleh usaha peternakan berskala
kecil, dengan rata-rata kepemilikan ternak rendah, ternak dijadikan sebagai
tabungan hidup, ternak dipelihara dalam pemukiman padat penduduk, dan usaha
ternak dilakukan secara turun-temurun.
Salah satu upaya untuk meningkatkan usaha ternak di Indonesia adalah
dibentuknya Sekolah Peternakan Rakyat atau biasanya dikenal dengan sebutan
SPR. Pada tahun 2013, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Institut Pertanian Bogor mulai menjalankan program SPR. Program SPR
merupakan upaya IPB untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
peternak Indonesia dengan memberikan pelatihan dan diseminasi teknologi
(khususnya pakan dan reproduksi) serta pembentukan kelembagaan peternak
untuk meningkatkan produksi daging nasional dalam rangka swasembada daging
Indonesia.
Tujuan dari penelitian adalah untuk (1) mendeskripsikan karakteristik,
gaya kepemimpinan dan perilaku komunikasi pengurus GPPT, serta penilaian
kapasitas kelembagaan SPR; (2) menganalisis hubungan karakteristik pengurus
GPPT dengan penilaian kapasitas kelembagaan SPR; (3) menganalisis hubungan
gaya kepemimpinan pengurus GPPT dengan penilaian kapasitas kelembagaan
SPR; (4) menganalisis hubungan perilaku komunikasi pengurus GPPT dengan
penilaian kapasitas kelembagaan SPR. Penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif, dengan desain metode sensus deskriptif korelasional, dikuatkan
dengan analisis kualitatif. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif
dan inferensial berupa koefisien khi-kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan (1) karakteristik pengurus GPPT dominan
berada pada usia dewasa (37-45 tahun), tingkat pendidikan dengan kategori tinggi
(SMA), jumlah ternak dengan kategori sedang (3-4 ekor) dan tinggi (≥5 ekor),
pengalaman beternak dengan kategori baru (1-10 tahun), dan pengalaman
memimpin dengan kategori baru (≤ 1 tahun); (2) karakteristik pengurus GPPT
pada indikator umur berkorelasi dengan penilaian kapasitas kelembagaan SPR
pada indikator struktur kelembagaan (dengan hasil 3.355), pada indikator jumlah
ternak berhubungan dengan penilaian kapasitas kelembagaan SPR pada indikator
struktur (dengan hasil 6.061) dan jumlah ternak cenderung berkorelasi dengan
indikator pembinaan (dengan hasil 3.865); (3) gaya kepemimpinan autokrasi
berkorelasi dengan penilaian kapasitas kelembagaan SPR pada indikator tujuan
(dengan hasil 8.054), gaya autokrasi cenderung berkorelasi dengan indikator
norma (dengan hasil 4.665), dan gaya autokrasi cenderung berkorelasi dengan
indikator fungsi tugas (dengan hasil 4.167). Gaya kepemimpinan laissez faire
cenderung berkorelasi dengan penilaian kapasitas kelembagaan pada indikator
loyalitas (dengan hasil 6.512) dan gaya kepemimpinan laissez faire berkorelasi
dengan indikator konflik (dengan hasil 6.618); (4) perilaku komunikasi pengurus
GPPT pada indikator media massa cenderung berkorelasi dengan penilaian
kapasitas kelembagaan SPR pada indikator konflik (dengan hasil 3.623), sumber
informal cenderung berkorelasi dengan indikator norma (dengan hasil 3.554),
sumber formal berkorelasi dengan indikator struktur (dengan hasil 4.240), sumber
formal berkorelasi dengan indikator pembinaan (dengan hasil 5.978), sumber
formal cenderung berkorelasi dengan indikator suasana (dengan hasil 3.261), dan
sumber formal cenderung berkorelasi dengan indikator loyalitas (dengan hasil
4.240). Sumber komersial cenderung berhubungan dengan indikator loyalitas
(dengan hasil 3.496).
Collections
- MT - Human Ecology [2190]