Studi Pulau Pulau Kecil Sebagai Habitat Singgah Sikep Madu Asia (Pernis ptylorhynchus) Di Flores Bagian Timur
Abstract
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau
mencapai 17.504 pulau dan memiliki peran sendiri dalam migrasi raptor. Pulaupulau
kecil menjadi batu loncatan bagi raptor sebelum memasuki pulau-pulau besar
di Indonesia. Berdasarkan data sattelite-tracking empat Individu Sikep-madu Asia
(ARGOS 2007-2012), Flores bagian timur merupakan jalur migrasi Sikep-madu
Asia yang menjadi habitat singgah sebelum memasuki habitat musim dingin di
Pulau Timor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakter lanskap
habitat singgah Sikep-madu Asia di Flores bagian timur, membandingkan
karakteristik lanskap habitat singgah Sikep-madu Asia di Flores bagian timur dan
Karangasem, mengidentifikasi perilaku singgah Sikep-madu Asia di Flores bagian
timur, dan membuat rekomendasi pengelolaan lanskap habitat singgah Sikep-madu
Asia di Flores bagian timur. Karakteristik lanskap habitat singgah dianalisis
menggunakan metode Analisis Komponen Utama (AKU) dikombinasikan dengan
SIG. Lima karakterstik utama menjelaskan 79.80% dari variasi data bagi
karakteristik habitat singgah. Karakteristik lanskap habitat singgah Sikep-madu
Asia di Flores bagian timur dipengaruhi dengan ketersediaan angin termal dan
pakan. Karakteristik lanskap habitat di Flores bagian timur dan Karangasem
memiliki persamaan berupa kebutuhan angin termal dan ketersediaan pakan. Akan
tetapi, memiliki perbedaan dalam komposisi penyusun area berburu. Perilaku
singgah Sikep-madu Asia dilihat berdasarkan kunjungan pada pulau kecil dan
periode singgah. Semua pulau dapat berpotensi sebagai stepping stone jalur migrasi
Sikep-madu Asia, meskipun pulau dengan ukuran kecil sekalipun. Individu Sikepmadu
Asia juga memiliki rute bervariasi dalam bermigrasi, hal ini dikarenakan
kumpulan pulau menyediakan rute alternatif bagi setiap individu. Sikep-madu Asia
melakukan migrasi dengan waktu yang konstan setiap tahunnya dan cenderung
menetap lebih lama pada pulau dengan ukuran yang lebih besar dari pulau lainnya.
Hasil dari studi ini dapat menjadi informasi dasar dalam pembangunan berbasis
ekologi, khususnya untuk manajeman lanskap dan konservasi keanekaragaman
hayati.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]