Sistem Keselamatan Kerja Pengawas Perikanan pada Patroli Laut di Pangkalan PSDKP Jakarta
View/ Open
Date
2017Author
Aji, Singgih Prihadi
Iskandar, Budhi Hascaryo
Purwangka, Fis
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengawasan aktivitas penangkapan ikan terhadap kapal-kapal perikanan yang dilakukan oleh pengawas perikanan dilakukan di pelabuhan-pelabuhan perikanan dan juga di laut. Pengawasan aktifitas penangkapan ikan di laut tersebut dilakukan melalui patroli pengawasan perikanan. Patroli di laut yang dilakukan oleh pengawas perikanan penuh dengan tantangan serta dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Jumlah kecelakaan yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia antara tahun 2011-2014 yaitu sebanyak 80 kejadian yang terdiri dari kecelakaan darat, laut dan udara. Dari 80 kejadian kecelakaan, sebanyak 55 kejadian merupakan kecelakaan di laut yang melibatkan kapal-kapal dari berbagai jenis termasuk kapal milik pemerintah. Penting untuk mempelajari keselamatan pengawas perikanan pada patroli laut dalam rangka pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan di Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi aktivitas dan intensitas kerja pengawas perikanan serta konsekuensinya terhadap bahaya, mengukur tingkat risiko terbesar terhadap konsekuensi kegagalan akibat kesalahan manusia (human error) sehingga dapat dianalisis dan disusun rekomendasi yang tepat untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja yang disebabkan oleh human error pada aktvitas patroli laut yang dilakukan oleh pengawas perikanan di Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Jakarta.
Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2016 di Pangkalan PSDKP Jakarta. Analisis data yang digunakan menggunakan metode Formal Safety Assesment (FSA) untuk menganalisis sistem keselamatan kerja pengawas perikanan pada patroli laut di Pangkalan PSDKP Jakarta. Data yang dihimpun meliputi data primer yang diperoleh dari hasil wawancara 9 orang awak kapal, 14 orang pengawas perikanan dan 4 orang pimpinan unit kerja. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik penentuan contoh dengan pertimbangan tertentu (purposive sampling). Data sekunder digunakan untuk menunjang kelengkapan data primer yang diperoleh dari penelusuran pustaka. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas patroli laut yang dilakukan pengawas perikanan mulai dari awal sampai akhir. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur tingkat risiko kecelakaan kerja yang diakibatkan karena human error sehingga diperoleh nilai human error producing (HEP). Nilai tersebut yang akan dianalisis dan digunakan sebagai input dari analisis sistem keselamatan kerja pengawas perikanan. Analisis sistem dilakukan untuk menyusun rekomendasi sistem manajemen keselamatan kerja pengawas perikanan pada patroli laut.
Penilaian dalam menentukan identifikasi konsekuensi kegagalan pada aktivitas patroli laut terhadap dampaknya bagi pengawas perikanan dikelompokkan atas 5 (lima) jenis yaitu kelelahan, luka ringan, cedera ringan, cedera berat dan fatal. Identifikasi aktivitas patroli laut yang dilakukan di Pangkalan PSDKP Jakarta terdiri dari 5 tahap dan 84 aktivitas yang harus dilakukan dengan nilai Intensitas Kerja Total (IKT) 232 OA (Orang Aktivitas).
Nilai indeks tertinggi yaitu pada tahap ke 3 (pelayaran dan pengawasan di laut). yaitu sebesar 0,293 dan memiliki total intensitas kerja primer paling tinggi yaitu 68 OA. Nilai tersebut menunjukkan potensi yang lebih menimbulkan peluang terjadinya kecelakaan kerja dibandingkan aktivitas lainnya.
Hasil pengukuran tingkat risiko dengan metode FSA, Risiko kegagalan akibat kesalahan manusia (human error) terjadi pada aktivitas patroli laut yang dilakukan oleh pengawas perikanan. Peluang risiko kegagalan terbesar teridentifikasi terjadi pada tahap 3 yaitu pelayaran dan pengawasan di laut dengan aktivitas yaitu pengejaran kapal perikanan yang diduga illegal (step 7.5) dengan nilai HEP sebesar 0,979200 dengan kategori konsekuensi fatal. Secara keseluruhan terdapat 53,57 % dari total aktivitas patroli laut yang dilakukan oleh pengawas perikanan berada pada kriteria tinggi dan memerlukan pengendalian risiko yaitu 38,10% dengan kategori cedera berat dan 15,48% dengan kategori fatal. Pengendalian risiko dilakukan untuk menekan risiko serendah mungkin dengan cara penyusunan prosedur keselamatan kerja baik dari cara kerja, penggunaan peralatan, pemenuhan kompetensi SDM dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Penerapan sistem manajeman keselamatan kerja pada patroli laut yang dilakukan pengawas perikanan belum sepenuhnya dilaksanakan di Pangkalan PSDKP Jakarta. Penyusunan pedoman keselamatan kerja secara menyeluruh dan usulan penyusunan standar operasional prosedur (SOP) menjadi titik berat yang utama dalam merekomendasikan sistem manajemen keselamatan kerja. Hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai kajian akademik untuk melengkapi data dukung usulan penyusunan program kerja di tingkat Unit Pelaksana Teknis (UPT) PSDKP dalam sistem penganggaran, yang kaitannya dengan perlindungan diri aktif berupa pengadaan sarana dan prasarana peralatan keselamatan kerja dan pasif berupa asuransi jiwa pada patroli laut yang dilakukan pengawas perikanan.
Pendekatan sistem keselamatan kerja pengawas perikanan pada patroli laut di Jakarta dapat dilakukan dengan berdasarkan pada metode FSA-IMO sebagai batasan parameter rancang bangun sistem. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk manajemen pengendalian sistem dengan analisis biaya-manfaat (cost benefit analysis) karena penilaian kinerja pemerintahan saat ini berdasarkan sistem kinerja berbasis anggaran. Analisis tersebut dapat digunakan sebagai bahan input yang terkontrol untuk mengurangi output yang tidak dikehendaki dalam sistem serta pengembangan pola sistem keselamatan kerja pengawas perikanan lainnya di Pangkalan PSDKP Jakarta.
Collections
- MT - Fisheries [2935]