Suplementasi Kapsul Daun Kelor (Moringa oleifera Lam) terhadap Kadar Prostaglandin pada Remaja dengan Sindrom Pramenstruasi.
View/ Open
Date
2017Author
Muhdar, Izna Nurdianty
Damanik, Rizal Martua
Faisal, Anwar
Metadata
Show full item recordAbstract
Remaja merupakan kelompok wanita usia subur yang rentan menderita premenstrual syndrome (PMS). Prevalensi PMS di Indonesia diperkirakan sebesar 85% dialami oleh wanita usia produktif. Sementara itu, gejala PMS tingkat sedang dialami oleh sebesar 58% remaja di Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor. Penyebab munculnya gejala-gejala PMS masih belum diketahui secara pasti tetapi perubahan hormonal, prostaglandin, diet, obat-obatan dan gaya hidup merupakan beberapa faktor penyebab munculnya PMS yang dapat mempengaruhi kerja hormon serotonin di otak. Daun kelor (Moringa oleifera Lam) mengandung komponen fitokimia dan bermanfaat sebagai antioksidan, antiinflamasi serta analgesik yang berpotensi menghambat prostaglandin dan aktivitas reseptor pusat nyeri. Belum ada penelitian yang meneliti tentang efek pemberian daun kelor terhadap kadar prostaglandin pada remaja dengan PMS. Oleh karena itu, dilakukan penelitian suplementasi kapsul daun kelor terhadap kadar prostaglandin pada remaja dengan PMS.
Penelitian ini bertujuan: 1) menganalisis status gizi dan aktivitas fisik pada remaja dengan PMS; 2) menganalisis pola konsumsi dan asupan gizi pada remaja dengan PMS; 3) menganalisis jenis dan tingkat keluhan PMS pada remaja; 4) menganalisis perubahan kadar prostaglandin dan keluhan PMS pada remaja dan 5) menganalisis hubungan prostaglandin dan keluhan PMS pada remaja. Penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan randomized pre-post control study. Sebanyak 446 subjek remaja diskrining kemudian dipilih sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 30 subjek yang kemudian dibagi secara random menjadi dua kelompok, yakni kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 siklus menstruasi. Kelompok kontrol diberikan intervensi berupa 1 kapsul amilum sehari selama 14 hari tiap siklus dan kelompok perlakuan diberikan 2 kapsul daun kelor sehari selama 14 hari tiap siklus. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA, paired t-test, independent t-test dan uji korelasi Spearman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata subjek berusia 15 tahun (15.36±0.62). Sebagian besar subjek memiliki status gizi normal. Rerata subjek mulai mengalami menstruasi pada usia 12 tahun (12.39±1.03) dengan rerata lama menstruasi 6 hari (6.36±1.22) dan panjang siklus menstruasi 29 hari (29.61±4.64). Hasil independent t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0.05) terhadap karakteristik status gizi, usia awal menstruasi, lama menstruasi dan panjang siklus menstruasi subjek antara kelompok kontrol dan perlakuan sebelum diberikan intervensi kecuali pada karakteristik usia (p=0.038). Sebanyak dua subjek mengundurkan diri dari penelitian ini.
Hasil independent t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara rerata konsumsi dan rerata tingkat kecukupan energi, protein, lemak, kalsium, magnesium dan zat besi antara kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan. Aktivitas fisik subjek pada kedua kelompok
berada pada kategori sedang dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) terhadap aktivitas fisik antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan baik sebelum dan sesudah intervensi.
Sebagian besar subjek dalam penelitian ini memiliki keluhan PMS tingkat sedang. Sebesar 46.2% subjek pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan mengalami perubahan emosional (PMT-A) dengan skala frekuensi sering. Semua subjek (100%) pada kelompok perlakuan dan 33.3% pada kelompok kontrol mengalami retensi air dan garam (PMT-H) dengan skala frekuensi sering dengan keluhan kram di bawah perut, tangan, kaki dan payudara. Semua subjek pada kelompok perlakuan (100%) mengalami perubahan pola makan (PMT-C) dengan skala frekuensi sering dengan keluhan merasa ingin makan terus atau merasa tidak ingin makan sama sekali. Sebesar 76.9% subjek pada kelompok perlakuan dan 26.7% subjek pada kelompok kontrol mengalami depresi (PMT-D) dengan skala frekuensi sering.
Hasil paired t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) terhadap rerata penurunan skor PMS sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) terhadap rerata skor penurunan keluhan PMS pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah intervensi. Hasil independent t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) terhadap rerata penurunan skor keluhan PMS antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Hasil paired t-test menunjukkan terdapat perbedaan rerata penurunan kadar prostaglandin serum yang signifikan (p<0.05) antara sebelum dan setelah intervensi pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) rerata penurunan kadar prostaglandin serum antara sebelum dan setelah intervensi. Hasil independent t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) terhadap selisih rerata penurunan kadar prostaglandin serum antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan rerata penurunan sebesar 160.08±672.64 pg/dl pada kelompok kontrol dan 757.59±688.11 pg/dl pada kelompok perlakuan. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan(p>0.05) antara rerata penurunan kadar prostaglandin serum dengan rerata penurunan total skor keluhan PMS tetapi berhubungan signifikan dengan sub keluhan PMS retensi air dan garam (PMT-H) (p=0.032) dengan kekuatan hubungan sedang (r=0.406), menandakan bahwa semakin tinggi kadar prostaglandin, semakin tinggi skor sub keluhan PMS retensi air dan garam yang berkaitan dengan nyeri/kram perut bagian bawah, kram tangan dan kaki serta nyeri payudara.
Kesimpulan penelitian ini adalah kapsul daun kelor dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menurunkan kadar prostaglandin dan skor keluhan PMS pada remaja dengan sindrom pramnestruasi. Tradisi-tradisi mengonsumsi daun kelor yang masih melekat pada beberapa wilayah di Indonesia harus tetap dipertahankan, khususnya pada remaja yang mengalami PMS.
Collections
- MT - Human Ecology [2255]