Efektivitas Seed Coating dan Biopriming Cabai dengan Rizobakteri terhadap Daya Simpan Benih, Pengendalian Busuk Phytophthora, dan Pertumbuhan Tanaman di Lapangan
View/ Open
Date
2017Author
Madyasari, Ita
Ilyas, Satriyas
Manohara, Dyah
Metadata
Show full item recordAbstract
Salah satu penyakit yang sering menyerang cabai adalah busuk
phytophthora yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora capsici. Cendawan
P. capsici dapat terbawa benih dan dapat menyebabkan kerusakan mulai dari
persemaian sampai produksi. Penggunaan agen hayati yang diaplikasikan pada
benih merupakan salah satu cara pengendalian penyakit yang ramah lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan metode perlakuan benih cabai dengan
rizobakteri yang dapat mempertahankan viabilitas, vigor benih dan rizobakteri
selama penyimpanan, mengendalikan busuk phytophthora, serta meningkatkan
pertumbuhan tanaman di lapangan. Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan yaitu
1) Seleksi bahan coating terbaik untuk benih cabai, 2) Evaluasi efektivitas seed
coating dan biopriming benih dengan rizobakteri dalam mempertahankan
viabilitas benih dan rizobakteri selama penyimpanan, 3) Evaluasi efektivitas seed
coating dan biopriming dalam mengendalikan busuk phytophthora, dan
meningkatkan pertumbuhan tanaman di lapangan.
Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan pertama adalah
rancangan acak lengkap satu faktor yaitu formula coating yang terdiri atas 11
perlakuan yaitu kontrol, arabic gum 20%, arabic gum 50%, Na alginat 2.5%, Na
alginat 5%, xantan gum 2.5%, xantan gum 5%, Na alginat 2.5% + xantan gum
2.5%, Na alginat 5% + xantan gum 2.5%, Na alginat 2.5% + xantan gum 5%, Na
alginat 5% + xantan gum 5%. Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa Na
alginat 2.5% merupakan bahan coating terbaik untuk benih cabai berdasarkan
viabilitas dan vigor benih, warna benih setelah diberi perlakuan, serta efisiensi
dalam penggunaan bahan. Na alginat 2.5% selanjutnya digunakan untuk
percobaan kedua dan ketiga.
Percobaan kedua menggunakan rancangan petak tersarang dua faktor, yaitu
faktor pertama periode simpan (0, 4, 8, 12, 16, 20, 24 minggu) sebagai faktor
utama dan perlakuan benih (kontrol, seed coating dengan Na alginat 2.5% plus E1
+ F2B1, seed coating dengan Na alginat 2.5% plus ST116B, seed coating dengan
Na alginat 2.5% plus CM8, biopriming E1 + F2B1 24 jam, biopriming ST116B 24
jam, biopriming CM8 24 jam, biopriming E1 + F2B1 48 jam, biopriming ST116B
48 jam, biopriming CM8 48 jam, priming metalaksil 800 ppm) sebagai faktor
tersarang. Benih yang telah diberi perlakuan dikemas dalam plastik polipropilen
0.8 mm dan disimpan pada suhu 27-30 oC. Setiap akhir periode simpan dilakukan
pengujian kadar air, viabilitas dan vigor benih, serta populasi rizobakteri di
permukaan dan di dalam jaringan benih. Hasil percobaan kedua menunjukkan
bahwa perlakuan rizobakteri mampu mempertahankan daya berkecambah pada
periode simpan 24 minggu (79.3-88.5%) dibandingkan fungisida metalaksil
(54.3%). Perlakuan biopriming dengan isolat E1 + F2B1 selama 24 jam dan
biopriming dengan isolat CM8 48 jam memiliki indeks vigor paling tinggi setelah
disimpan 24 minggu. Pada periode simpan 0 minggu, populasi rizobakteri di
permukaan benih yang diberi perlakuan seed coating sebanyak 106 cfu g-1,
ii
sedangkan pada perlakuan biopriming 24 jam dan 48 jam sebanyak 103–106 cfu g-
1. Rizobakteri di permukaan benih pada periode simpan 24 minggu hanya terdapat
pada perlakuan seed coating Na alginat 2.5% plus ST116B, seed coating Na
alginat 2.5% plus CM8, biopriming dengan isolat E1 + F2B1 selama 24 jam,
biopriming dengan isolat ST116B selama 24 jam dengan populasi 102 cfu g-1.
Populasi rizobakteri pada periode simpan 0 minggu di jaringan benih yang diberi
perlakuan biopriming 24 dan 48 jam sebesar 105-107 cfu g-1 dan mengalami
penurunan menjadi 104 cfu g-1 setelah disimpan selama 24 minggu. Pada
perlakuan seed coating, populasi rizobakteri di jaringan benih 0 minggu simpan
sebesar 104 cfu g-1 dan tetap bertahan 104 cfu g-1 setelah disimpan selama 24
minggu.
Percobaan ketiga menggunakan rancangan percobaan rancangan kelompok
lengkap teracak satu faktor yaitu perlakuan benih. Perlakuan benih pada
percobaan ketiga sama dengan percobaan kedua hanya ditambahkan kontrol
positif. Kontrol positif adalah benih yang tidak diberi perlakuan rizobakteri tetapi
diberi inokulum P. capsici saat di lapangan. Hasil percobaan ketiga, perlakuan
benih dengan rizobakteri tidak mampu meningkatkan tinggi tanaman selama di
persemaian. Perlakuan seed coating dengan Na alginat 2.5% plus ST116B mampu
meningkatkan jumlah daun dibandingkan kontrol 38 hari setelah tanam (HST) di
persemaian. Pada 25 hari setelah pindah tanam (HSP), perlakuan seed coating
dengan Na alginat 2.5% plus CM8 dan biopriming dengan isolat E1 + F2B1
selama 24 jam nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan kontrol negatif,
sedangkan pada 32 HSP biopriming dengan isolat CM8 selama 24 jam nyata
meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan kontrol negatif. Perlakuan seed
coating dengan Na alginat 2.5% plus E1 + F2B1 nyata meningkatkan jumlah daun
pada 18 dan 25 HSP dibandingkan kontrol negatif dan positif. Perlakuan
biopriming selama 48 jam tidak lebih efektif dibandingkan dengan biopriming
selama 24 jam dalam meningkatkan tinggi tanaman maupun jumlah daun di
persemaian dan lapangan. Perlakuan seed coating dengan Na alginat 2.5% plus
isolat ST116B mampu menurunkan kejadian penyakit secara nyata sebesar 22.5%,
sedangkan perlakuan seed coating dengan Na alginat 2.5% plus isolat E1 + F2B1
dan biopriming dengan isolat E1+F2B1 selama 24 jam menurunkan kejadian
penyakit 20% dibandingkan benih yang diberi perlakuan fungisida metalaksil
(100%) 17 hari setelah inokulasi P. capsici ke tanah.
Collections
- MT - Agriculture [3772]