Peran Insulin-Like Growth Factor-I (IGF-I) dan Cairan Folikel terhadap Kompetensi Perkembangan In Vitro Embrio Sapi Bali
View/ Open
Date
2017Author
Hasbi
Setiadi, Mohamad Agus
Supriatna, Iman
Karja, Ni Wayan Kurniati
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran insulin-like growth factor-I (IGF-I) dan cairan folikel (CF) pada media maturasi dan kultur terhadap kompetensi perkembangan in vitro embrio sapi bali. Penelitian tahap I oosit dimatangkan secara in vitro dalam medium 199 dengan penambahan 0 (kontrol), 50, 100, dan 150 ng/ml IGF-I selanjutnya difertilisasi. Penelitian Tahap II folikel dikelompokkan menjadi empat kategori yakni folikel berdiameter (Ø) <4 mm, 4≤ Ø <6 mm, 6≤ Ø <8 mm, dan Ø ≥8 mm, masing-masing berdasarkan status reproduksi ovarium (fase luteal dan folikuler). Cairan folikel dikumpulkan dengan teknik aspirasi, selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 1500 G selama 30 menit pada suhu 24 ⁰C. Supernatan dikoleksi selanjutnya disimpan pada suhu -20 ⁰C hingga digunakan dan dianalisis. Oosit dimaturasi dalam medium 199 tanpa penambahan bovine serum albumin (BSA), penambahan BSA, 10% CF (vol/vol) yang berasal dari fase luteal dengan folikel Ø <4 mm, 4≤ Ø <6 mm, 6≤ Ø <8 mm, dan Ø ≥8 mm selanjutnya difertilisasi. Penelitian tahap III CF dikumpulkan dengan teknik aspirasi, selanjutnya di sentrifugasi pada kecepatan 1500 G selama 30 menit pada suhu 24 ⁰C. Supernatan dikumpulkan selanjutnya disimpan pada suhu -20 ⁰C hingga digunakan. Oosit dimaturasi dalam medium 199 dengan penambahan 0.3% BSA, 10% CF (vol/vol) yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm, 100 ng/ml IGF-I, dan kombinasi CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm dengan 100 ng/ml IGF-I selanjutnya difertilisasi dan dikultur pada media CR1aa dengan penambahan 0.3% BSA, CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm, 100 ng/ml IGF-I, dan kombinasi CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm dengan 100 ng/ml IGF-I.
Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa jumlah oosit yang mencapai tahap MII dengan penambahan 0 (kontrol), 50, 100, dan 150 ng/ml IGF-I pada media maturasi tidak berpengaruh nyata (P>0.05), berturut-turut adalah 80.6±2.7%, 81.5±3.1%, 87.5±2.5%, dan 84.1±4.4%. Tingkat fertilisasi pada penambahan 100 ng/ml IGF-I dalam media maturasi nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kontrol dan penambahan 50 ng/ml IGF-I (78.3±2.8% vs 67.1±3.7% vs 64.6±2.5%), tetapi tidak berbeda nyata (P>0.05) dibandingkan dengan penambahan 150 ng/ml (78.3±2.8% vs 73.5±3.9%).
Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa konsentrasi IGF-I CF yang berasal dari fase luteal nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan CF yang berasal dari fase folikuler. Konsentrasi IGF-I CF pada folikel berdiameter <6 mm nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan CF pada folikel berdiameter >6 mm. Tingkat kematangan inti oosit yang dimaturasi dengan penambahan cairan folikel dari folikel berdiameter <4 mm nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kelompok yang lain. Penambahan BSA dan CF secara nyata meningkatkan tingkat fertilisasi (P<0.05) dibandingkan dengan tanpa penambahan BSA.
Hasil penelitian tahap III menunjukkan bahwa persentase oosit yang mencapai tahap MII dengan penambahan CF yang berasal dari folikel berdiameter
<4 mm, 100 ng/ml IGF-I, dan kombinasi CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm dengan 100 ng/ml IGF-I nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan penambahan 0.3% BSA. Penambahan CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan penambahan 100 ng/ml IGF-I, tetapi tidak berbeda nyata (P>0.05) dibandingkan dengan kombinasi CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm dengan 100 ng/ml IGF-I. Persentase oosit yang membentuk 2 pronukleus dan tingkat fertilisasi dengan penambahan CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm pada media maturasi nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan penambahan 0.3% BSA dan 100 ng/ml IGF-I, tetapi tidak berbeda nyata (P>0.05) dibandingkan dengan kombinasi CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm dengan 100 ng/ml IGF-I. Persentase pembelahan embrio dengan penambahan CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm pada media maturasi dan kultur nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan penambahan 0.3% BSA dan 100 ng/ml IGF-I, tetapi tidak berbeda nyata (P>0.05) dibandingkan dengan kombinasi CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm dengan 100 ng/ml IGF-I. Sedangkan jumlah embrio yang mencapai tahap morula dan blastosis tidak berbeda nyata (P>0.05) pada semua perlakuan.
Simpulan, penambahan 100 ng/ml IGF-I pada media maturasi dapat meningkatkan jumlah oosit sapi bali yang terfertilisasi. Konsentrasi IGF-I CF yang berasal dari fase luteal lebih tinggi dibandingkan fase folikuler. Konsentrasi IGF-I cairan folikel pada folikel kecil (diameter <6 mm) lebih tinggi dibandingkan folikel besar (diameter ≥6 mm). Penambahan cairan folikel pada media maturasi dapat meningkatkan tingkat kematangan inti dan fertilisasi. Penambahan CF yang berasal dari folikel berdiameter <4 mm pada media maturasi dapat meningkatkan jumlah oosit yang mencapai tahap MII, membentuk 2 pronukleus dan tingkat fertilisasi, sedangkan penambahan pada media maturasi dan kultur dapat meningkatkan tingkat pembelahan embrio.
Collections
- DT - Veterinary Science [283]