Analisis dan Formulasi Strategi Ketersediaan Air Bersih di Lokasi Transmigrasi (Studi Kasus: Kecamatan Lasalimu Selatan Kabupaten Buton)
Abstract
Upaya meningkatkan akses ketersediaan air bersih secara kuantitas maupun kualitas di lokasi areal tanah yang terkontaminasi bahan kimia seperti senyawa hidrokarbon (minyak mentah), membutuhkan pengkajian terhadap ketersediaan sumber air, kebutuhan akan penggunaan air bersih, pengelolaan sumber daya air bersih dan pengolahan air baku serta strategi pengelolaan khusus yang berbasis masyarakat. Guna mewujudkannya dilakukan penelitian di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton dengan tujuan sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi potensi dan persebaran ketersediaan sumber daya air; 2) Menghitung kebutuhan air bersih untuk masyarakat; 3) Menentukan pengelolaan sumber daya air yang tepat sehingga kebutuhan air bersih dapat dikelola secara optimal; 4) Menentukan proses pengolahan air baku yang efisien agar air dapat layak konsumsi; 5) Merancang strategi pengelolaan sumber daya air yang efektif.
Penelitian dilakukan sejak bulan Mei hingga Agustus 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kualitas air, skala Guttman, analisis kuantitas air dan analisis SWOT. Analisis kualitas air dilakukan untuk mengetahui kualitas air bersih yang biasa digunakan oleh masyarakat Desa Harapan Jaya serta cara pengolahan air baku yang tepat dan efisien. Skala Guttman dilakukan untuk mengetahui kondisi ketersediaan sumber air baku, kualitas maupun jumlah kebutuhan air bersih. Analisis kuantitas air untuk menentukan cara pengelolaan sumber daya air yang tepat sedangkan untuk merumuskan strategi pengelolaan yang efektif digunakan analisis SWOT yang meliputi: analisis matriks IFAS, matriks EFAS, diagram SWOT dan matriks SWOT.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: Hasil identifikasi persebaran potensi ketersediaan sumber daya air di lokasi transmigrasi Desa Harapan Jaya terdiri dari: air sumur, air Sungai Tokulo dan air hujan. Kebutuhan air bersih setiap individu rata-rata per orang sebesar 59 L/hari/orang sehingga kebutuhan air bersih seluruh penduduk lokal daerah adalah 15 656 m3/tahun. Hal ini sangat penting untuk mengelola sumberdaya air untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Salah satu alternatif untuk pengelolaan air bersih dengan memanfaatkan air hujan sebagai pasokan air bersih. Dengan curah hujan sekitar 3 681 mm/tahun, akan tersedia sekitar ± 18 405 m3/tahun air bersih yang dapat dikumpulkan dari air hujan. Adapun tahapan dalam memanfaatkan air hujan terdiri dari embung, filtrasi dan distribusi gravitasi. Penelitian ini juga memberikan strategi alternatif pengelolaan sumberdaya air yang efektif digunakan untuk meminimalkan kelemahan (strategi W-O), dengan prioritas utama meminta dukungan pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mengelola sumberdaya air.