Potensi Ekstrak Etanol Daun Kipahit (Tithonia diversifolia) sebagai Antipiretik melalui Pendekatan Sitokin Proinflamasi Interleukin 6 (IL-6) dan Tumor Necrosis Factor α (TNF-α).
Abstract
Demam adalah suatu respons peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh
infeksi dan materi toksik yang memengaruhi pusat pengaturan temperatur tubuh.
Hampir semua penyakit, baik yang menular maupun tidak menular seperti
malaria, demam berdarah, atau penyakit infeksi lainnya, ditandai dengan gejala
demam. Beberapa penelitian terkait antipiretik alami maupun sintetis
menunjukkan adanya potensi suatu senyawa yang mampu menurunkan demam
melalui penghambatan sintesis prostaglandin dengan menurunkan aktivitas enzim
cyclooxygenase (COX) dan menghambat keberadaan sitokin proinflamasi
sehingga peradangan dapat dikurangi pada kondisi demam. Salah satu tanaman
berkhasiat yang memiliki mekanisme kerja menghambat enzim COX ialah daun
tanaman Kipahit (Tithonia diversifolia). Berdasarkan senyawa aktif dan
mekanisme kerja daun Kipahit, tanaman ini diperkirakan dapat menurunkan
demam (antipiretik) dan sitokin proinflamasi (IL-6 dan TNF-a). Penelitian
dilakukan untuk mengetahui khasiat daun Kipahit sebagai antipiretik melalui
pendekatan sitokin proinflamasinya.
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ialah tikus jantan galur
Sprague-dawley dengan kisaran bobot badan antara 150-200 g yang telah
diaklimatisasi selama 2 minggu. Induksi demam pada tikus pecobaan dilakukan
dengan menyuntikkan vaksin DTP HB-Hib dosis 0.2 mL/200 g BB secara
intramuskuler pada bagian paha.
Tahap penentuan dosis efektif ekstrak daun kipahit digunakan tikus
percobaan sebanyak 20 ekor. Tikus percobaan dibagi ke dalam 5 kelompok
dengan 4 ulangan pada setiap kelompok. Kelompok yang digunakan pada tahapan
ini terdiri atas kelompok kontrol normal (K0), tikus percobaan yang diinduksi
demam tanpa diberikan perlakuan sebagai kontrol negatif (K-), dan tikus
percobaan yang diinduksi demam dan diberi perlakuan daun kipahit dosis 100
mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 300 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB sebagai perlakuan.
Rancangan percobaan yang digunakan ialah rancangan acak lengkap. Parameter
yang digunakan ialah suhu rektal tikus yang diamati pada menit ke-0, 90, 120,
150, dan 180 pascainduksi demam. Tahap berikutnya ialah tahap pengujian
kombinasi dosis efektif dan waktu pemberian ekstrak daun kipahit dalam
menurunkan demam. Tahapan ini menggunakan rancangan acak lengkap pola
faktorial ukuran 2 x 5 dengan 3 ulangan. Faktor pertama ialah waktu pemberian
ekstrak daun Kipahit, yaitu pada waktu awal demam dan puncak demam.
Sementara itu, faktor kedua ialah jenis perlakuan yang terdiri atas kontrol normal
(K0), kontrol negatif (demam dengan induksi vaksin DPT HB 0.2 mL/200 g BB
tikus), kontrol positif (Aspirin dosis 4.5 mg/g BB tikus), ekstrak daun Kipahit
dosis 100 mg/kg BB tikus dan dosis 200 mg/kg BB tikus. Parameter yang diukur
meliputi suhu rektal, sitokin proinflamasi (IL-6 dan TNF-α), sel TCD4, sel
makrofag (CD68), SGPT, SGOT, ureum, BUN, dan kreatinin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus percobaan mengalami awal
demam pada menit ke-30 pascapenyuntikan dan puncak demam terjadi pada menit
ke-90 pascapenyuntikan. Pemberian EEDK dosis 100 dan 200 mg/kg BB
merupakan rentang dosis efektif yang dapat menurunkan suhu rektal tikus
percobaan yang diinduksi demam. Tahap penelitian berikutnya menunjukkan
bahwa EEDK dosis 100 mg/kg BB terbukti efektif menurunkan demam dan
sitokin proinflamasi (IL-6 dan TNF-α). Senyawa aktif kuat pada EEDK, yakni
steroid, tanin, dan saponin, diduga berperan sebagai antipiretik alami. Kelompok
yang diberi EEDK memberikan pengaruh yang sama dengan kelompok kontrol
terkait kadar SGOT, SGPT, ureum, BUN, dan kreatinin. Hal ini mengindikasikan
bahwa pemberian EEDK tidak memberikan efek gangguan fungsi pada organ hati
dan ginjal. Kesimpulan dari penelitian ialah EEDK memiliki aktivitas antipiretik.
Collections
- MT - Veterinary Science [909]