Kualitas Semen Sapi Bali dan Kriopreservasinya dalam Pengencer Tris dan Sitrat Kuning Telur
View/ Open
Date
2017Author
Nabilla, Anna
Arifiantini, Raden Iis
Purwantara, Bambang
Metadata
Show full item recordAbstract
Perkembangbiakan sapi bali sebagian besar dilakukan dengan teknik
Inseminasi Buatan (IB) menggunakan semen beku. Proses pembekuan semen
akan menurunkan kualitas semen, sehingga diperlukan modifikasi pengencer.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kualitas semen segar sapi bali
pada kelompok produktif dengan kelompok umur lewat produktif dan
mengevaluasi kualitas semen beku sapi bali setelah kriopreservasi pada pengencer
Tris kuning telur (TKT) dan Sitrat kuning telur (SKT) menggunakan
Dimethylformamide (DMF) dan gliserol dalam tiga konsentrasi (5%, 6%, dan 7%).
Semen dikoleksi menggunakan vagina buatan dari dua kelompok umur sapi yaitu
kelompok umur produktif dan kelompok umur lewat produktif masing-masing
tiga ekor, yang dievaluasi semen segarnya. Semen dari tiga ekor sapi bali
kelompok umur produktif dibekuan dalam pengencer TKT dan SKT dengan
gliserol dan DMF sebagai krioprotektan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada semua
parameter antar dua kelompok umur sapi (P>0.05). Motilitas setelah thawing
dalam pengencer TKT dengan berbagai konsentrasi gliserol adalah 5%, 6%, dan
7% masing-masing adalah 50.22±2.60%, 44.06±2.47%, dan 40.72±2.20%.
Motilitas setelah thawing dalam pengencer TKT dengan berbagai konsentrasi
DMF 5%, 6%, dan 7% berturut-turut adalah 50.44±1.94%, 47.83±2.34% dan
48.00±2.17%. Penggunaan gliserol pada pengencer SKT pada semen sapi tidak
cocok. Motilitas setelah thawing sangat rendah antara 14.22±1.24% sampai
22.44±2.73%. Krioprotektan DMF dalam pengencer SKT menunjukkan hasil
yang lebih baik. Konsentrasi DMF 5% (50.94±2.78%), dan 6% (54.33±1.59%)
menunjukkan hasil yang sama dan keduanya lebih tinggi dibandingkan dengan
7% (43.94±2.95%).
Tidak ada perbedaan kualitas semen segar antara kelompok sapi umur
produktif dan sapi lewat umur produktif, pada penelitian ini kemungkinan
disebabkan karena seluruh sapi yang digunakan milik Balai Inseminasi Buatan
Daerah (BIBD) Baturiti. Baturiti merupakan satu-satunya balai IB yang hanya
memproduksi semen beku sapi bali. Sapi-sapi yang terdapat di BIBD Baturiti
adalah sapi bibit unggul yang dipelihara dengan manajemen yang sangat baik
sehingga sapi yang telah melewati umur produktif pun masih mampu
menghasilkan semen yang berkualitas sama baiknya dengan semen dari kelompok
umur produktif.
Motilitas setelah thawing dalam pengencer TKT tidak berbeda antara
konsentrasi gliserol 5% dengan DMF 5%, 6%, dan 7%. Motilitas setelah thawing
dalam pengencer SKT menunjukkan hasil di bawah 40% dengan semua
konsentrasi gliserol sehingga tidak memenuhi syarat untuk digunakan IB dan
motilitas setelah thawing dalam pengencer SKT paling tinggi pada konsentrasi
DMF 6% (54.33±1.59). Penggunaan gliserol menunjukkan nilai di bawah 40%,
sedangkan konsentrasi DMF optimum pada konsentrasi 6% kemungkinan
disebabkan oleh kemampuan pengencer SKT yang menyamai pengencer TKT
yang memiliki kandungan lengkap untuk perlindungan spermatozoa saat proses
pembekuan.
Collections
- MT - Veterinary Science [909]