Tingkat Maturasi Oosit dan Perkembangan Awal Embrio Sapi dengan Penambahan Insulin pada Media Maturasi dan atau Media Kultur secara In Vitro
View/ Open
Date
2017Author
Nanda, Syafri
Karja, Ni Wayan Kurniani
Setiadi, Mohamad Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Tingkat keberhasilan produksi embrio in vitro (PEIV) pada sapi saat ini
masih sangat rendah karena sebagian besar oosit gagal berkembang sampai ke
tahap blastosis. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses PEIV
adalah sistem kultur dan komponen dari media yang digunakan. Media maturasi
maupun kultur sering mengandung asam amino dan glukosa sebagai sumber
energi, tetapi oosit atau embrio tidak dapat menyerap glukosa secara maksimal.
Sehingga diperlukan suatu zat untuk meningkatkan ambilan glukosa dan asam
amino yang terdapat dalam media. Insulin berikatan dengan reseptor pada
permukaan sel dan merangsang kapasitas sel untuk menggunakan glukosa dan
asam amino sebagai sumber energi.
Penelitian ini bertujuan mengkaji penambahan insulin ke dalam media
maturasi dan atau media kultur terhadap pematangan inti oosit dan tingkat
pembelahan awal embrio sapi secara in vitro. Penelitian tahap I, oosit hasil seleksi
dibagi menjadi dua kelompok, oosit dimaturasi dalam media maturasi tanpa
insulin (IVM I-) atau dengan 10 μg/mL insulin (IVM I+). Penelitian tahap II,
maturasi oosit dilakukan seperti pada penelitian tahap I, selanjutnya oosit
difertilisasi dengan spermatozoa, kemudian kelompok oosit yang telah dimaturasi
dengan tanpa insulin dibagi menjadi 2 (dua) secara random dan dikultur dalam
medium kultur dengan penambahan 10 μg/mL insulin (kelompok IVM I-/IVC I+)
atau tanpa penambahan insulin (kelompok IVM I-/IVC I-). Demikian juga oosit
yang dimaturasi dengan 10 μg/mL insulin, dikultur dalam medium kultur dengan
penambahan 10 μg/mL insulin (kelompok IVM I+/IVC I+) atau tanpa
penambahan insulin (kelompok IVM I+/IVC I-).
Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa penambahan insulin (IVM I+)
dengan konsentrasi 10 μg/mL meningkatkan jumlah oosit mencapai tahap MII
(87%) (P<0.05) dibandingkan tanpa diberi perlakuan insulin (IVM I-) (70.1%).
Oosit yang dimaturasi tanpa insulin berhenti perkembangannya sampai pada tahap
metaphase I sebanyak 20% (P<0.05). Penelitian tahap II menunjukkan bahwa
persentase perkembangan awal embrio pada hari ke-2 setelah kultur pada
kelompok oosit yang dimaturasi dan dikultur dengan insulin (IVM I+/IVC I+)
(76.6%) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok IVM I-/IVC I- (55.8%),
IVM I+/IVC I- (64.1%), dan IVM I-/IVC I+ (59.9%) (P<0.05). Pada hari ke-2
setelah kultur, 5-13% embrio sudah berkembang mencapai stadium 8 sel.
Sedangkan pengamatan pada hari ke-4 setelah kultur embrio, ditemukan 2-27%
embrio berkembang mencapai stadium 16 sel. Embrio yang berkembang
mencapai stadium 16 sel ditemukan paling banyak pada kelompok IVM I-/IVC I+
dan IVM I+/IVC I+ (P<0.05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penambahan insulin pada medium maturasi dapat meningkatkan persentase
oosit sapi yang mencapai metaphase II. Penambahan insulin pada medium
maturasi dan kultur dapat meningkatkan jumlah embrio yang membelah.
Collections
- MT - Veterinary Science [914]