Minyak ikan kaya omega-3 dan squalene: Kombinasi minyak lemuru (Sardinella sp.) dan minyak hati cucut (Centrophorus sp.) serta uji kestabilannya
View/ Open
Date
2017Author
Insani, Sri Ayu
Suseno, Sugeng Heri
Jacoeb, Agoes M
Metadata
Show full item recordAbstract
Minyak ikan lemuru dan minyak hati ikan cucut merupakan sumber
omega-3 dan squalene yang tinggi. Minyak ikan lemuru dan hati ikan cucut di
Indonesia diperoleh dari hasil samping industri pengolahan penepungan dan
pengasinan, biasanya hasil samping pengolahan ini dijadikan sebagai campuran
pakan ternak bahkan dibuang begitu saja. Penelitian peningkatan kualitas minyak
ikan perlu dilakukan, sehingga minyak ikan tersebut memiliki nilai ekonomis dan
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
menentukan karakteristik minyak kasar minyak ikan lemuru dan minyak hati ikan
cucut; (2) melakukan netralisasi dan menentukan kombinasi minyak ikan terbaik;
dan (3) menganalisis stabilitas minyak ikan selama masa simpan.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap pertama yaitu menentukan
karakteristik minyak ikan kasar (crude) dari minyak ikan lemuru dan minyak hati
cucut. Tahap kedua yaitu netralisasi dan menentukan formulasi minyak ikan
terbaik. Tahap terakhir yaitu pengujian stabilitas minyak ikan selama masa
penyimpanan. Parameter analisis yang dilakukan yakni analisis profil asam lemak,
parameter oksidasi perimer dan sekunder serta kandungan squalene secara
kualitatif menggunakan GC-MS. Minyak ikan kasar yang telah dimurnikan
selanjutnya dicampur dengan berbagai kombinasi rasio yakni 1:1, 1:2, 1:3, 1:4,
2:1, 3:1 dan 4:1(lemuru:cucut). Kombinasi yang terbaik selanjutnya ditambahkan
α-tokoferol dan diuji kestabilannya dengan metode schaal oven test dalam bentuk
kapsul keras dan metode real time pada sediaan cair. Parameter kestabilan minyak
ikan dilihat dari parameter oksidasi primer maupun sekunder yang melebihi batas
ketentuan standar IFOS.
Karakteristik ekstrak kasar minyak ikan lemuru mengandung EPA 9.14%
dan DHA 13.33%, sedangkan pada minyak ikan cucut mengandung EPA 1.54%
dan DHA 4.78%. Hasil pengamatan oksidasi pada ekstrak kasar minyak ikan
lemuru dan minyak hati ikan cucut tidak sesuai standar IFOS. Metode pemurnian
minyak ikan kasar mampu menurunkan nilai oksidasi primer maupun sekunder
dengan persentase penurunan pada minyak ikan lemuru yaitu FFA 87.61%, PV
58.58%, p-AV 48.92% dan nilai TOTOX 48.15%, sedangkan penurunan pada
minyak hati ikan cucut yaitu FFA 96.98%, PV 60.65%, p-AV 51.92% dan nilai
TOTOX 48.53%. Senyawa squalen dalam ekstrak kasar minyak hati ikan cucut
muncul pada waktu retensi 23.35 menit dengan luas total area 12.49%, sedangkan
pada minyak hati cucut murni senyawa squalene muncul pada waktu retensi 23.28
menit dengan luas total area 22.14%. Berat molekul senyawa squalene yang
terukur yaitu sebesar 410.39 g/mol. Hasil uji parameter oksidasi primer dan
sekunder menunjukkan formulasi minyak ikan dengan rasio 4:1 (lemuru:cucut)
merupakan kombinasi terbaik dengan nilai FFA 0.68%, PV 4.27 mEg/kg, p-AV
5.97 mEg/kg, dan Totox 14.51 mEg/kg, hasil tersebut sesuai dengan standar IFOS.
Kandungan EPA dan DHA pada minyak dengan perbandingan 4:1 yaitu EPA 7.88%
dan DHA 12.30%. Hasil uji stabilitas berdasarkan nilai oksidasi menunjukkan
bahwa minyak ikan perlakuan P3 memiliki masa simpan yang lebih lama
dibandingkan dengan P0, P1 dan P2. Perlakuan P3 memiliki nilai oksidasi melebihi
batas standar IFOS pada nilai FFA sebesar 1.56 mEq/kg di hari ke-5 (H5), nilai PV
sebesar 6.53 mEq/kg pada H6, nilai p-AVsebesar 20.72 mEq/kg pada H15 dan nilai
Totox sebesar 29.69 mEq/kg pada H9. Penambahan α-tokoferol pada minyak ikan
mampu mencegah proses oksidasi dan memperpanjang masa simpan hingga 45
hari. Minyak ikan yang disimpan dalam bentuk kapsul lebih stabil dibandingkan
minyak ikan yang disimpan dalam bentuk sediaan.
Collections
- MT - Fisheries [3016]