Status dan konservasi biodiversitas di kebun tembawang Desa Sungai Mawang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
View/ Open
Date
2017Author
Pradityo, Teguh
Santoso, Nyoto
Zuhud, Ervizal A.M
Metadata
Show full item recordAbstract
Perencanaan pembangunan nasional Indonesia selama ini menggunakan
pendekatan top-down yang terbukti telah gagal dalam memelihara tujuannya.
Tembawang merupakan salah satu contoh bentuk jalan keluar dari pendekatan
bottom-up (pendekatan yang dipercaya lebih efektif untuk jangka waktu yang lama)
yang bertujuan untuk mewujudkan hakikat pembangunan nasional, yakni
keberlanjutan peningkatan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat Indonesia secara
merata. Tembawang, yang merupakan salah satu bentuk pengelolaan lahan oleh
Suku Dayak Iban di Desa Sungai Mawang, memiliki sejarah dan peran dalam upaya
konservasi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali dan mendiskripsikan sejarah
kebun tembawang Desa Sungai Mawang. Selain itu juga untuk menganalisis
keanekaragaman hayati, peranan tembawang dalam konservasi dan merumuskan
strategi konservasi berkelanjutan kebun tembawang Desa Sungai Mawang. Metode
yang digunakan adalah wawancara terhadap informan kunci untuk mendapatkan
penelusuran sejarah tembawang, analisis vegetasi, analisis SWOT dan pengamatan
langsung. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Sungai Mawang, Kecamatan
Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat mulai tanggal 1 April
2015 hingga 31 Mei 2015.
Sejarah tembawang di Desa Sungai Mawang berkaitan dengan sejarah migrasi
komunitas Dayak Iban itu sendiri. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan pada
semua lokasi tembawang berkisar antara sangat rendah – sedang (0,35 ≤ H’≤ 2,63)
untuk tingkat semai; rendah – sedang (1,38 ≤ H’≤ 2,52) untuk tingkat pancang;
rendah – sedang (1,30 ≤ H’≤ 2,71) untuk tingkat pancang dan rendah – sedang (1,60
≤ H’≤ 2,84) untuk tingkat pohon. Untuk satwa burung pada semua lokasi
tembawang, indeks keanekaragaman jenis berkisar antara sedang – tinggi (2,58 ≤
H’≤ 3,74) sedangkan pada satwa herpetofauna nilai indeks keanekaragaman jenis
berkisar antara rendah – sedang (1,05 ≤ H’≤ 2,26).
Strategi pengelolaan berkelanjutan tembawang yang digunakan adalah
strategi ST yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang. Dari perumusan matriks faktor-faktor nilai SWOT tersebut menghasilkan
rumusan kebijakan-kebijakan yakni: (1) pembuatan papan larangan berisikan
aturan adat beserta sanksinya (pengrusakan area tembawang) dan diletakkan di
sekitar area tembawang; (2) mengenalkan sejak dini kepada generasi muda akan
jenis-jenis flora-fauna beserta manfaatnya; (3) memberikan penyuluhan kepada
masyarakat setempat akan jenis-jenis flora-fauna yang termasuk kategori dilindungi
agar ke depannya tidak dilakukan perburuan terhadapnya dan (4) memperkuat
peran lembaga adat khususnya yang berkaitan dengan perlindungan tembawang.
Collections
- MT - Forestry [1373]