Modifikasi hang-in ratio jaring insang dasar dan pengaruhnya terhadap karakteristik hasil tangkapan di Palabuhanratu Jawa Barat
View/ Open
Date
2017Author
Khikmawati, Liya Tri
Martasuganda, Sulaeman
Sondita, Muhammad Fedi Alfiadi
Metadata
Show full item recordAbstract
Jaring insang merupakan alat tangkap yang banyak digunakan oleh
nelayan kecil Indonesia. Jaring insang dasar digunakan oleh nelayan untuk
menangkap ikan demersal. Selain digunakan untuk menangkap ikan demersal,
jaring ini juga digunakan untuk menangkap lobster sebagai spesies target
penangkapan oleh nelayan di Palabuhanratu. Lobster merupakan salah satu
komoditas perikanan ekspor Indonesia yang bernilai jual tinggi. Nilai jual lobster
dipengaruhi oleh jenis, ukuran, dan kondisi atau kelengkapan tubuhnya. Secara
morfologi hampir seluruh tubuh lobster ditutupi oleh duri keras dan tajam.
Salah satu faktor yang memengaruhi efisiensi dan tertangkapnya ikan pada
jaring insang dasar adalah besar hang-in ratio yang digunakan. Semakin tinggi
HR yang digunakan maka jumlah bahan (mata jaring) persatuan panjang semakin
banyak sehingga jaring semakin kendur. Hang-in ratio (HR) yang biasa
digunakan nelayan jaring insang dasar Palabuhanratu sebesar 0,5234. Sudah
efisien kah penggunaan HR tersebut untuk menangkap lobster sebagai spesies
target? Sedangkan tubuh lobster sendiri dipenuhi oleh duri. Keberadaan duri
tersebut memberikan peluang besar untuk lobster terpuntal pada jaring dan
semakin sulit dilepaskan ketika memiliki HR tinggi. Kesulitan melepaskan lobster
yang terpuntal pada jaring memungkinkan patahnya bagian tubuh lobster. Selain
itu, hasil tangkapan lain yang berukuran kecil pun berpeluang untuk terpuntal
pada jaring serta kesulitan untuk melepaskan ikan dari puntalan jaring. Selama ini
jika nelayan mendapatkan tangkapan yang sangat terpuntal pada jaring, mereka
melepaskan hasil tangkapan dengan cara memotong jaring terlebih untuk
mempertahankan kualitas lobster (tidak ada bagian tubuh yang patah).
Pemotongan jaring secara terus menerus dapat merugikan nelayan. Upaya
perbaikan terhadap desain jaring insang dasar yang ada di Palabuhanratu adalah
dengan merubah ukuran HR jaring yang digunakan menjadi lebih kecil.
Perubahan HR jaring diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bahan
jaring dan kelayakan hasil tangkapan, jumlah jenis hasil tangkapan serta
memudahkan nelayan melepaskan hasil tangkapan dari jaring.
Persiapan penelitian meliputi identifikasi (desain dan konstruksi) jaring
insang dasar yang biasa digunakan nelayan untuk menangkap lobster, menghitung
HR yang biasa digunakan yaitu 0,5234 kemudian menentukan HR pembanding
dengan studi literatur yaitu 0,4082 dan 0,2930. Setelah itu, dilakukan pembuatan
jaring insang dasar dengan HR 0,5234; 0,4082 dan 0,2930. Masing-masing HR
dibuat sebanyak 2 pis. Desain jaring insang dasar ini hanya membedakan HR
selebihnya adalah sama dengan yang biasa digunakan nelayan Palabuhanratu.
Uji coba alat tangkap di teluk Palabuhanratu sebanyak 23 kali pengulangan
(trip penangkapan) untuk mengetahui desain HR terbaik. Data yang diambil
adalah bahan jaring yang digunakan, komposisi hasil tangkapan, kemudahan
melepaskan lobster dari jaring, karakteristik hasil tangkapan lobster yang
tertangkap meliputi rata-rata hasil tangkapan per trip, presentase kelayakan
tangkap dan keutuhan bagian tubuh. Penentuan kelayakan lobster berdasarkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 dan
Surat Edaran Nomor 18/MEN-KP/I/2015 bahwa lobster yang boleh ditangkap
adalah berukuran panjang karapas lebih dari 8 cm atau ukuran berat lebih dari 300
gram dan tidak sedang membawa telur. Pengoperasian jaring insang dasar sendiri
sesuai dengan yang biasa dilakukan nelayan. Pengangkatan jaring dilakukan
setiap pagi kemudian jaring direndam kembali dan diangkat keesokan harinya
lagi, begitu seterusnya.
Data jumlah hasil tangkapan lobster per trip dan proporsi lobster layak
tangkap (legal size) dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Data kemudian
diuji nonparametrik Kruskal Wallis untuk melihat ada tidaknya pengaruh
perlakuan perbedaan HR terhadap hasil tangkapan. Pemilihan desain HR terbaik
dengan skoring setiap indikator (6 data penelitian). Semakin bagus pengaruh HR
terhadap indikator maka nilai yang diberikan adalah nilai maksimum yaitu 3.
Semakin jelek pengaruh indikator yang diberikan, maka nilai akan semakin kecil
dengan nilai minimum adalah 1.
Rata-rata hasil tangkapan lobster per trip pada HR berbeda adalah sama,
begitu pula pada komposisi kelayakan hasil tangkapan lobster, perbedaan HR
tidak berpengaruh terhadap presentase kelayakan hasil tangkapan lobster. Hasil
tangkapan lobster pada masing-masing HR memiliki bagian tubuh yang lengkap.
Walaupun tidak memberikan beda pada ketiga indikator tersebut, jumlah bahan
yang digunakan pada masing-masing jenis hang-in ratio adalah berbeda, dimana
HR 0,2930 membutuhkan bahan jaring yang paling sedikit (efisiensi penggunaan
bahan). Kemudahan melepaskan hasil tangkapan dari jaring semakin mudah
dirasakan oleh nelayan ketika menggunakan jaring dengan HR kecil. Berdasarkan
komposisi total hasil tangkapan, bahwa semakin rendah HR yang digunakan
semakin sedikit pula jumlah jenis hasil tangkapan (selektif terhadap jenis hasil
tangkapan).
Pemilihan jaring terbaik dengan skoring pada 6 indikator memberikan nilai
terbanyak pada desain dengan HR 0,2930 kemudian HR 0,4082 dan 0,5234.
Sehingga dapat dikatakan bahwa desain jaring insang dasar terbaik yang dapat
digunakan nelayan di Palabuhanratu adalah desain jaring dengan HR 0,2930.
Collections
- MT - Fisheries [3011]