Kontribusi P dari aktivitas mikrob pelarut fosfat, fosfat alam dan SP-36 berdasarkan teknik isotop
View/ Open
Date
2017Author
Flatian, Anggi Nico
Iswandi, Anas
Sutandi, Atang
Ishak
Metadata
Show full item recordAbstract
Ketersedian hara fosfor (P) merupakan salah satu faktor pembatas utama produksi pertanian di seluruh dunia. Pada umumnya, P dalam tanah diikat oleh Ca, Fe dan Al sehingga menyebabkan ketersediaan P bagi tanaman rendah. Pengikatan-pengikatan tersebut juga menyebabkan efisiensi pemupukan P rendah. Penggunaan mikrob pelarut fosfat (MPF) merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan ketersedian P di dalam tanah dan meningkatkan efisiensi pupuk P seperti fosfat alam dan SP-36. Namun, seberapa besar kapasitas aktivitas MPF dalam tanah dapat menyumbang P secara langsung bagi tanaman dan seberapa besar MPF dapat meningkatkan penyerapan pupuk P hingga saat ini belum banyak ditentukan secara kuantitatif.
Teknik isotop 32P dapat digunakan untuk menelusuri perilaku P di dalam tanah dan sistem tanah-tanaman, sehingga memungkinkan untuk merinci sumbangan P dari masing-masing sumber P yang ada di dalam tanah. Penentuan kontribusi P berasal dari aktivitas MPF, fosfat alam dan SP-36 diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang peranan MPF dalam menyumbang P bagi tanaman dan meningkatkan efisiensi pemupukan P.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kemampuan MPF dalam melarutkan sumber P dan K sukar larut, menentukan kontribusi P berasal dari aktivitas MPF, fosfat alam dan SP-36 melalui P yang diserap oleh bagian-bagian tanaman jagung (brangkasan, biji, tongkol) menggunakan teknik isotop 32P serta bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Penelitian ini terbagi atas dua tahap percobaan. Percobaan tahap 1 dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah DITSL Fakultas Pertanian IPB. Percobaan tahap 2 dilakukan di rumah kaca bidang pertanian PAIR-BATAN. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari sampai November 2015.
Tahapan pelaksanaan percobaan tahap 1 adalah: (1) Uji indeks pelarutan P dan K (2) Uji kemampuan MPF dalam melarutkan sumber P sukar larut (Ca3(PO4)2, FePO4.4H2O, AlPO4, fosfat alam) dan sumber K sukar larut (feldspar) pada media cair, (3) Uji patogenitas MPF dan (4) Uji kompatibilitas MPF. Percobaan tahap 2 merupakan percobaan untuk menentukan kontribusi P berasal dari aktivitas MPF, fosfat alam dan SP-36. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan. Pada percobaan tahap 2 ini digunakan 2 isolat MPF terbaik yang diinokulasikan secara kultur tunggal (Aspergillus niger strain JK1 dan Burkholderia cepacia strain SS19.7) dan secara kultur campuran (Aspergillus niger strain JK1+Burkholderia cepacia strain SS19.7) serta menggunakan 2 sumber P berupa fosfat alam Blora dan SP-36. Perlakuan yang dicobakan adalah: 1) tanpa inokulasi MPF dan tanpa sumber fosfat (kontrol); 2) inokulasi B. cepacia strain SS19.7; 3) inokulasi A. niger strain JK1; 4) inokulasi B. cepacia strain SS19.7+inokulasi A. niger strain JK1 (kultur campuran); 5) fosfat alam Blora (FA); 6) inokulasi B. cepacia strain SS19.7+FA; 7) inokulasi A. niger strain JK1+FA; 8) inokulasi kultur campuran+FA; 9) SP-36; 10) inokulasi B. cepacia strain SS19.7+SP-36; 11) inokulasi A. niger strain
JK1+SP-36; 12) inokulasi kultur campuran+SP-36. Teknik isotop 32P metode tidak langsung digunakan untuk mengetahui sumbangan P berasal dari aktivitas MPF, fosfat alam dan SP36.
Hasil percobaan tahap 1 menunjukkan bahwa MPF secara signifikan meningkatkan kelarutan P sukar larut. Besarnya indeks pelarutan P berkisar antara 1.028-2.680. Peningkatkan kelarutan Ca3(PO4)2 pada media cair hingga 8,8 kali kontrol, AlPO4 hingga 69,3 kali kontrol, FePO4.4H2O hingga 928 kali kontrol dan fosfat alam hingga 26 kali kontrol. Sebanyak 6 dari 14 isolat secara signifikan mampu melarutkan sumber K sukar larut. Besarnya indeks pelarutan K berkisar antara 1.019-2.107. Peningkatkan kelarutan feldspar pada media cair hingga 2.3 kali kontrol. Hasil percobaan tahap 1 juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi signifikan antara pH media dengan besarnya pelarutan sumber P sukar larut berupa Ca3(PO4)2, AlPO4 dan pelarutan sumber K sukar larut berupa feldspar. Namun, pada penelitian ini tidak ditemukan korelasi signifikan antara indeks pelarutan dengan besarnya pelarutan sumber P maupun sumber K sukar larut pada media cair.
Isolat JK1 (Aspergillus niger) dan SS19.7 (Burkholderia cepacia) adalah isolat MPF yang digunakan dalam percobaan tahap 2 berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan P, tidak patogen dan kompatibel satu sama lainnya. Hasil percobaan tahap 2 menunjukkan bahwa MPF menyebabkan aktivitas jenis (32P/31P) tanaman lebih rendah dibanding kontrol dan perlakuan MPF disertai pemberian sumber fosfat (fosfat alam dan SP-36) menyebabkan aktivitas jenis tanaman lebih rendah dibandingkan perlakuan sumber fosfat saja. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa MPF menyumbang P bagi tanaman melalui pelepasan P (31P) tidak tersedia dalam tanah dan melalui peningkatkan penyerapan P (31P) berasal dari fosfat alam dan SP-36.
Pelepasan P tidak tersedia dalam tanah oleh MPF menyumbang P sebesar 22%-34% pada brangkasan fase vegetatif, 21.1%-31.8% pada brangkasan fase generatif, 14.0%-19.7% pada biji dan sebesar 9.5%-42.2% pada tongkol. MPF meningkatkan sumbangan P dari fosfat alam pada brangkasan fase vegetatif sebesar 7.8%-68.8% serta meningkatkan sumbangan P dari SP-36 pada brangkasan fase vegetatif, biji dan tongkol masing-masing sebesar 49.35%-126.8%, 27.7%-38.8% dan 2.4%-73.1%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sumbangan P berasal dari aktivitas MPF, fosfat alam dan SP-36 menyebabkan peningkatan total serapan P tanaman. Perlakuan juga menyebabkan peningkatan bobot kering brangkasan fase vegetatif dan bobot kering biji.
Penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa MPF meningkatkan kelarutan sember P sukar larut (Ca3(PO4)2, AlPO4, FePO4.4H2O dan fosfat alam) dan kelarutan sumber K sukar larut (feldspar), menyumbang P bagi tanaman, meningkatkan efisiensi fosfat alam dan SP-36, meningkatkan total serapan P tanaman serta meningkatkan bobot kering brangkasan fase vegetatif dan bobot kering biji.
Collections
- MT - Agriculture [3772]