Studi Perkecambahan Benih Zigotik dan Organogenesis Dua Aksesi Tacca chantrieri Andre Secara in vitro
View/ Open
Date
2017Author
Sushanty, Rezky Yuanikha Nur
Krisantini
Wiendi, Ni Made Armini
Metadata
Show full item recordAbstract
Tacca chantrieri André adalah herbasius tahunan famili Dioscoreaceae yang
ditemukan di wilayah tropika Asia Tenggara. Nama lokal Indonesianya adalah
bunga kelelawar dan tergolong tanaman hias bernilai tinggi. Rimpangnya
mengandung taccalonolida, evelynin, dan spirostanol yang bersifat cytotoxic
terhadap sel kanker. Kerusakan habitat alami, daya berkecambah benih yang
rendah dalam waktu lama membuat tanaman ini langka. Penelitian eksploratif ini
dilakukan untuk memberikan informasi mengenai metode perkecambahan benih
zigotik dan potensi organogenesis T. chantrieri aksesi Kalimantan dan aksesi
Queensland secara in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
II dan Laboratorium Mikroteknik, IPB, sejak November 2015 hingga Oktober
2016. Kultur disimpan di ruangan dengan suhu 22±2°C, kelembaban 40±1% dan
penyinaran lampu hemat energi 15 Watt setara dengan ± 1340 lux selama 24 jam
setiap hari. Penelitian perkecambahan benih menggunakan empat faktor yaitu :
pencahayaan, umur benih, durasi perendaman dalam Gibberellic Acid (GA3) dan
komposisi media. Kondisi inkubasi perkecambahan terdiri dari kondisi gelap dan
terang. Benih berasal dari buah muda dan benih dari buah matang. Durasi
perendaman dalam GA3 terdiri dari 1, 2, 3 dan 5 hari. Media perkecambahan
terdiri dari empat komposisi media yaitu TC (MS0 + 1 mgL-1 GA3 + 1 mgL-1
Kinetin), TC1 (MS0 + 1 mgL-1 GA3 + 1 mgL-1 Kinetin + 1 gL-1 arang aktif), TC2
(MS0 + 1 mgL-1 GA3 + 1 mgL-1 Kinetin + 2 gL-1 arang aktif), dan TC3 (MS0 + 5
mgL-1 GA3). Kecambah kemudian disubkultur ke media MS13K (MS0 + 0,1 mgL-1
IAA + 1,5 mgL-1 2iP + 4 mgL-1 CaP + 100 mlL-1 air kelapa muda) sebagai media
pertumbuhan. Induksi proliferasi dilakukan pada eksplan kecambah aksesi
Kalimantan dan tunas adventif aksesi Queensland masing-masing berukuran
±10 mm. Induksi organogenesis dilakukan pada eksplan potongan daun berukuran
±5 mm2 dan tangkai daun berukuran ±10 mm. Media induksi proliferasi
merupakan MS0 + 100 mlL-1 air kelapa muda+6-benzyladenin (BA) (1,0; 2,0; 3,0
mgL-1) + Indole Acetic Acid (IAA) (0,25; 0,50; 0,75 mgL-1). Media induksi
organogenesis merupakan komposisi MS0 + 100 mlL-1 air kelapa muda +
benzyladenin (BA) (1,0; 2,0; 3,0 mgL-1) + Indole Acetic Acid (IAA) (0,5; 1,0; 1,5
mgL-1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya berkecambah benih zigotik
paling optimum berasal dari benih buah matang dengan durasi perendaman dalam
GA3 10 ppm selama 3 hari kemudian ditanam pada media TC3 untuk aksesi
Kalimantan dan pada media TC untuk aksesi Queensland. Induksi proliferasi
terbaik diperoleh pada media B9 (MS0 + 100 mlL-1 air kelapa muda + 3,0 mgL-1
BA + 0,75 mgL-1 IAA) untuk eksplan kecambah aksesi Kalimantan dan media B5
(MS0 + 100 mlL-1 air kelapa muda + 2,0 mgL-1 BA + 0,50 mgL-1 IAA) untuk
eksplan tunas adventif aksesi Queensland. Induksi organogenesis eksplan
potongan daun pada media D3 (MS0 + 100 mlL-1 air kelapa muda + 3,0 mgL-1 BA
+ 0,50 mgL-1 IAA) untuk aksesi Kalimantan menunjukkan hasil terbaik. Aksesi
Queensland memberikan respon browning pada semua media induksi
organogenesis yang diuji. Eksplan tangkai yang ditanam pada media D3
menunjukkan organogenesis lebih cepat dibandingkan eksplan daun