Kajian Lanskap Budaya Melayu Deli Untuk Meningkatkan Identitas Kota Medan
View/ Open
Date
2017Author
Dewi, Hafni
Arifin, Nurhayati Hs
Munandar, Aris
Metadata
Show full item recordAbstract
Kota Medan yang sekarang dihuni oleh masyarakat multi-etnis memberikan
pengaruh budaya pada masyarakat adat dan menyebabkan tuntutan yang
kebutuhan ruang yang lebih besar dan beragam. Pada akhirnya identitas asli yang
mencerminkan nilai sebuah kota akan sulit untuk mengidentifikasinya. Kondisi ini
menimbulkan ancaman bagi kota Medan yang akan semakin menjauh dari
identitas nya sebagai kota berkebudayaan Melayu. Kekhawatiran terhadap
keberlanjutan lanskap budaya pada suatu kota di masa yang akan datang adalah
latar belakang kajian lanskap budaya di Kota Medan. Sangat penting untuk
mengetahui berbagai karakter dan menilai keberlanjutan lanskap budaya yang
terbentuk dan berkembang sebagai dasar pedoman atau rekomendasi pemerintah,
masyarakat, dan semua pihak terkait dalam menentukan arah perencanaan dan
pengembangan lanskap Kota Medan. Nantinya kajian ini diharapkan dapat
mencegah hilangnya situs-situs kebudayaan Melayu Deli yang ada di kota Medan.
Kajian ini dilakukan dengan penelusuran sejarah perkembangan kota dan kawasan
yang bercirikan Melayu serta pengkajian terhadap elemen utama pembentuk form
yang menunjukkan suatu value lanskap Melayu di Kota Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter dari lanskap budaya
Melayu di Kota Medan dan filosofi yang mendasarinya, menganalisis nilai
lanskap yang relevan dan menyusun strategi konservasi lanskap budaya Melayu
di Kota Medan untuk meningkatkan identitas Kota Medan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian akan
dilakukan melalui beberapa tahapan penelitian yang mencakup tahap persiapan,
tahap pengumpulan data, analisis dan sintesis serta tahap penyusunan strategi
pengembangan dan pelestarian lanskap budaya Melayu sebagai identitas kota
Medan. Tahap Analisis dan sintesis meliputi identifikasi filosofi dan karakteristik
lanskap budaya Melayu di Kota Medan serta analisis nilai lanskap budaya Melayu
yang relevan di Kota Medan. Identifikasi karakter lanskap Melayu di Kota Medan
menggunakan pendekatan kombinasi sebelas karakteristik lanskap perkotaan
(Arifin 2011) di (Artha 2014), delapan elemen desain perkotaan (Shirvani 1985)
dan lima unsur pembentuk kota (Lynch 1981) dan untuk analisis dari nilai lanskap
yang relevan menggunakan Hierarchy Process (AHP). Penggunaan AHP dimulai
dengan membuat struktur hirarki dari masalah yang harus diamati. Penentuan
struktur hirarkis terdiri dari tiga tingkatan, tingkat pertama adalah tujuan dari
analisis ini yaitu untuk menentukan nilai lanskap budaya Melayu yang masih
relevan. Tingkat kedua adalah komponen yang digunakan dalam analisis ini.
Tingkat ketiga, adalah variabel komponen pembentuk nilai lanskap budaya
Melayu di Kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa filosofi lanskap budaya
Melayu menekankan kepada ajaran agama yang mereka anut yaitu Islam,
sehingga masyarakat melayu mengangap bahwa seluruh fungsi lingkungan atau
lanskap alami berperan penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan dari
identifikasi karakter lanskap Melayu di kota Medan menunjukkan bahwa lanskap
budaya Melayu di kota Medan terbentuk pada kawasan pinggir Sungai Deli
dimana penggunaan lahan berupa pusat pemerintahan, perkampungan,
pertanian/perkebunan yang masih bersifat konvensional dan hutan. Batas wilayah
masih berupa batas alam yaitu berupa sungai dan jalur sirkulasi utama
masyarakatnya adalah sungai. Aktivitas utama masyarakat adalah perdagangan
dan pertanian/perkebunan konvensional dan masih sangat tergantung dengan hasil
alam. Ruang publik yang tersedia adalah pekan, bandar dan area depan Istana
Sultan sebagai tempat dilaksanakannya berbagai acara adat dan keagamaan
masyarakat Melayu. Pemerintahannya bersifat monarki atau kesultanan.
Arsitektur bangunan merupakan arsitektur tradisional Melayu yang berbentuk
panggung dengan memanfaatkan hasil alamseperti kayu, bambu, ijuk dan daun
nipah sebagai bahan bangunan. Elemen utama pembentuk lanskapnya terdiri dari
sungai, lahan pertanian/perkebunan, hutan, Istana, Gedung Mahkamah, Masjid,
Pekan, bandar dan perkampungan penduduk. Seiring dengan perkembangannya
maka pada masa sekarang peninggalan yang tersisa adalah pada kawasan Maimun
yang berada di penggir sungai Deli dan masuk dalam kawasan pusat Kota Medan,
dengan elemen fisik yang tersisa adalah Istana Maimun, Maasjid Al Mashun dan
Taman Sri Deli.
Nilai penting lanskap Melayu yang masih relevan saat ini didapatkan pada
tiga komponen yang menjadi prioritas yaitu komponen area bersejarah dengan
bobot 0,238 kemudian landmark dengan bobot 0,159 dan aktivitas budaya dengan
bobot 0,115. Usulan strategi adalah zonasi untuk melindungi dan melestarikan
setiap variabel area bersejarah dan landmark sebagai satu kawasan cagar budaya
yang mencerminkan lanskap budaya Melayu di Kota Medan, pembangunan
fasilitas pada area bersejarah Melayu sebagai ruang publik yang dapat
menampung aktifitas budaya Melayu dan sebagai sarana untuk menggiatkan
aktivitas budaya Melayu. Strategi selanjutnya adalah menguatkan karakter
Melayu di Kota Medan khususnya pada zonasi perlindungan yang telah diusulkan
(kawasan cagar budaya Maimun) melalui penerapan berbagai ornamen dan
vegetasi khas Melayu yang dipakai untuk tradisi /acara adat seperti pohon pinang,
tembakau Deli, gambir, sirih, sepenuh (Eurycles ambourensis), sidingin
(Kalanchoe pinnata), jejurun (Starcytarpheta folia), rumput sambau Eeleusine
indica), ganda rusa /sitawar (Justicia gendarussa vulgaris), pepulut (Urena lobata
pepulut), dan kalinjuhang (Cordyline fruticosa).
Collections
- MT - Agriculture [3772]